Chapter 05

3.5K 266 52
                                    

Pukul dua dini hari aku mengerjapkan mata berulang kali. Kuambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Luna tidur dengan lelap bahkan kedua tangannya memeluk sebelah lenganku erat.

Siapa bajingan yang berani menelponku pagi buta ini? Aku menempelkan ponsel tersebut ke dekat telinga, otomatis panggilan langsung terjawab.

"Sir, kami menemukan penyakit aneh yang terdapat pada tubuh N. Pranita."

Pranita? Siapa itu? Aku melupakannya. Kucoba mengingat nama orang tersebut sembari memijit pellipisku pelan. Aku menyingkirkan tangan Luna yang memelukku begitu erat dengan begitu hati-hati. Kusempatkan untuk mencium keningnya terlebih dahulu sebelum meninggalkannya pergi ke ruang kerja. Aku mengambil sebuah map yang berisi tentang informasi para pelayan. Ahh ternyata ia.

"Excuse me, sir?"

"Ya, aku masih disini. Jelaskan semuanya."

Pranita, wanita kurang ajar yang membuat Luna- ku cemburu. Aku membaca identitas pelayan tersebut. Tak banyak yang didapat, bahkan asal usul wanita tersebut nihil. Hanya diketahui umurnya yang berusia 27 tahun. Para orang yang bekerja untukku bahkan tidak pernah berjumpa dengannya. Mereka terkejut ketika mendapati wanita asing yang ada dalam kawasan apart. Jika seperti ini, bagaimana ia bisa masuk kedalam unitku, urusannya membuatku sedikit jengah. Aku harus memeriksa kamera pengawas.

"Pada pukul sebelas lebih dua menit malam, kami mendengar suara gaduh dari tempatnya dirawat. Beberapa nakes langsung menemuinya, sementara saya berada di ruang laboratorium untuk mengecek sampel darah beserta DNA yang lain milik N. Pranita. Wanita itu mengamuk, ia mencakar, menggigit dan berteriak kepada para nakes yang berusaha menenangkannya. Para nakes tersebut kewalahan, mereka akhirnya keluar dan meminta petugas yang menggunakan APD lengkap untuk menenangkan N. Pranita."

Dapat kudengar pria diseberang sana menghela napas. Aku menunggu untuk kelanjutan ucapannya.

"Sesaat sebelum N pranita hilang kesadaran, urat- uratnya tampak menonjol berwarna ungu kebiruan. Tenaganya bahkan menandingi tiga orang pria dewasa, cengkramannya begitu kuat. Dan matanya tampak tak normal."

Aku mengernyit, matanya tampak tak normal? Apa dokter ini sedang membual.

"Apa maksudmu tak normal? Dan bagaimana keadaan para petugas?"

"Bola matanya hampir semua putih dan hanya menyisakan titik hitam ditengah. Pinggirannya berwarna merah darah.", "Para tenaga kesehatan mengalami kejang hebat setelah N. Pranita menggigit dan mencakar mereka. Kurang dari tiga menit setelahnya, mereka mengalami hal yang serupa yaitu urat-uratnya tampak menonjol berwarna ungu kebiruan. Saya belum sempat melihat bola matanya, sir"

Aku melempar dokumen yang berisi informasi Pranita kesembarang arah. Apa apaan ini!! Wanita itu membawa penyakit yang menular!. Ia benar-benar tidak tahu diri, seharusnya aku bunuh saja langsung saat ia di dapur. Namun aku tak tega bila ada Luna disana. Ia pasti akan semakin ketakutan jika aku melakukan hal keji itu tepat di mata kepalanya sendiri. Mungkin lain kali aku akan menunjukkannya, haha ide bagus.

"Lalu penyakit aneh apa yang kau maksud. Penyakit menular? Mangapa kau tak langsung memberikannya obat  atau vaksin."

"Hasil penelitian saya bersama tim di laboratorium menemukan zat berbahaya dalam tubuh N pranita, banyak sekali kandungan kimia aktif yang ada dalam tubuh nona. Kami juga menemukan zat vaksin jenis A-011, padahal kandungan didalamnya bisa membuat tubuh kebal dan pengaruh yang baik bagi sistem imunitas. Anehnya kami menemukan bakteri juga virus yang terkandung sangat ganas. Kami juga menyimpulkan jika N. Pranita spertinya seorang pecandu narkotika sehingga membuat emosinya tak dapat terkontrol."

[3.1] The Apollyon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang