Chapter 18

768 76 13
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

Perbincangan yang cukup panjang membuat  kami akhirnya sepakat memutuskan untuk membawa peralatan untuk bertahan hidup. Lantai satu dan tiga merupakan lantai tujuan kami. Dimana  kami akan membawa makanan dari lantai satu dan lantai tiga gudang persenjataan dari hasil lelang ilegal di lantai tiga. Sementara pintu unit, aku sengaja tidak menguncinya untuk memudahkan kami masuk ketika misi selesai.

"C'mon boys." Mereka mengangguk. Hanya empat orang yang akan turun ke bawah. Dua sisanya akan berjaga di dalam unit.

Aku memegang sebuah kapak besar ketika pintu hampir terbuka, sengaja lampu lorong ini kami padamkan guna membutakan zombie yang berada. Cahaya rembulan seolah mendukung kami, ia memeberikan cahayanya lewat celah kaca jendela.

Masing masing dari kami memakai earpiece untuk menghubungi satu sama lain.

"Kalian bisa menggunakan lift hingga lantai lima," ujar TX melalui sambungan earpice uang terpasang.

Kami berempat mengangguk paham, TX dan Tyo akan memberikan arahan pada kami lewat mereka yang memeriksa rekaman cctv melalui server ke dua yang berada di untiku.

Kami mengendap melalui lorong dan berbelok, menekan tombol turun pada lift. Suara dari lift pasti akan mengundang para makhluk tersebut.

"Hati-hati dari tangga arah bawah!" Tyo berseru, selama kami menunggu pintu lift terbuka, kami bersiap memegang senjata masing-masing untuk membunuh zombie tersebut

Membunuh atau di bunuh.

Itulah cara yang akan kami terapkan jika berhadapan dengan zombie. Mereka ganas, mereka liar dan mereka gila.

Kulihat Louise dengan mimik wajah cemas dan panik karena ia berdiri di dekat tangga arah bawah. Aku mengisyaratkan bocah itu untuk berdiri di sampingku. Keadaan lorong yang remang membuatnya tanpa sengaja menginjak kaleng minuman.

Grr

"Go, go!"

Bersamaan dengan suara Tyo dan TX, pintu lift terbuka. Kami bergegas memasuki lift. Sebelum pintu lift tertutup, sebelah lengan mengganjal pintu. Terlihat beberapa makhluk gila itu hendak memangsa kami. Kuayunkan kapak ini sehingga memotong lengan yang mengganjal pintu. Dan akhirnya, pintu lift tertutup. Terlihat darah yang hampir berwarna hitam menggenang di dasar.

Lift perlahan mulai menuruni lantai satu persatu. Lengan tersebut berbau busuk. Kami tidak tahan untuk melemparnya ke luar.

Mendengar seruan dari Tyo dan TX jika lantai lima hanya terdapat kurang dari sepuluh zombie. Kami keluar dari dalam lift, mendengar penuturan dari Tyo dan Tx, jika kami harus langsung menuruni anak tangga menuju lantai empay.

"Hati-hati."

Benar saja, saat anak tangga yang menurun memuju lantai tiga, terdengar geraman dari arah bawah.

"Matikan beberapa lampu di lantai tiga," ujarku pelan melalui sambungan earpiece.

"Yes, sir."

Tiba-lah di lantai tiga, aku menempelkan daun telinga ke pintu tersebut. Tyo berkata jika zombie tidak berkeliaran di dekat pintu, namun aku merasakan perasaan ganjil. Pintu dibuka secara perlahan, keadaan remang langsung menyambut kami. Kami berjalan menuju gudang senjata, sedikit jauh dan berleok memang.

"Rogh belakangmu!"

"FUCK!"

Rogh dan TX berseru bersamaan, salah satu zombie menarik kerah belakang Rogh hingga laki-laki itu terjengkang. Aku berusaha menghindari zombie tersebut dari tubuh Rogh, saat kapak kuayunkan, zombie menengok dan langsung menerjangku hingga kini keadaan berbalik, aku yang tersungkur dan Rogh berdiri. Kapak terpental ke arah kananku, namun aku sulit menggapainya.

[3.1] The Apollyon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang