Chapter 16

883 89 14
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Siang berlalu menjadi malam. Semilir angin malam datang secara malu-malu menerpa tubuhku. Aku membuang putung rokok ke bawah, suara geraman dari makhluk yang disebut zombie kian reda walaupun beberapa diantara mereka masih mengeluarkan geraman. Mereka belum bermigrasi, ntah apa yang ditunggu zombie itu dari kami yang tinggal.

Suara teriakan seorang perempuan menggema, disebuah ruangan dibalik pintu yang aku pandangi. Itu pasti Luna, ia selalu berteriak saat malam hari.

"Tidur yang nyenyak sayang!" Aku berucap dibalik pintu, kudengar suara besi yang mendekat.

"K-kee! Keegan hiks, aku tidak mau. Disini gelap, b-buka pintunya," Ucap Luna terbata.

Aku terdiam cukup lama. Hingga akhirnya suara tangis Luna perlahan menjauh, sepertinya ia akan tidur. Aku mengambil sebuah kunci ruangan tersebut. Kubuka pintu ini lalu kututup kembali, sedikit berjinjit untuk menekan saklar lampu, Luna tidak dapat menjangkaunya, karena itu ia selalu berteriak.

Mata indah itu membengkak, bibir menggodanya bergetar, serta wajahnya yang terlihat pucat. Luna menatapku, ia tidak berbaring di ranjang melainkan sedang berdiri di samping ranjang.

"Berbaring, sweetherat. Kau harus tidur, aku akan menceritakanmu sebuah cerita," Ucapku menghampirinya.

"Berbaring," Ulangku kembali.

Ck, Luna selalu tidak mendengar ucapanku, lihatlah ia yang hanya berdiri, tidak berteriak seperti tadi.

Aku menarik rantai yang membelit kedua lengannya, Luna kehilangan keseimbangan sehingga ia terjatuh di atas tempat tidur. Aku berjongkok, menahan tubuhnya agar tetap berbaring, ada sebuah pecahan kecil yang menancap pada telapak kakinya.

Setelah mencabut pecahan tersebut, aku ikut berbaring. Aku akan menemani Luna tidur, aku merengkuh tubuh kecilnya, Luna menahan tangannya di depan dada. Masa bodoh. Luna tetap kupeluk, "akan kuceritakan sebuah kisah manis ditaburi bumbu pahit."

"Keegan?"

Luna memanggil namaku, ia begitu lirih ketika mengucapkannya, "ya?"

"S-siapa?" Tanya Luna dengan suara serak. Fuck, ia begitu menggoda.

"Siapa?" Ulangku. Aku menyandarkan kepala Luna, detak jantungku lebih cepat dari biasanya. Aku ragu jika Luna tidak merasakan degupan tersebut.

"Kau. Aku bahkan tidak mengenalmu. Kau penculik," Desis Luna, ia memukul kecil dadaku.

Aku terkekeh, Luna ingin bermain. Bunyi besi yang merantai tangannya seolah mengisi kesunyian bak alunan melodi. Aku semakin merengkuh tubuhnya, menghirup aroma wangi dari rambut sepunggung tersebut serta tanganku yang tidak berhenti untuk mengusap punggungnya.

Seperti ini yang aku inginkan. Apakah sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa Luna ialah takdirku.

"Aku Keegan, Chrysander. Keegan. Aku sudah memberitahumu, hm?"

"Baik Luna, tujuanku kemari ialah menemanimu tidur. Aku akan menceritakan sebuah kisah. Dengarkan baik-baik maka kau akan mengantuk," Ucapku tanpa melepas rengkuhan pada tubuhnya.

"Hampir delapan belas tahun yang lalu, sepasang suami istri akan dikarunia seorang anak. Mereka datang ke rumah sakit menggunakan mobil butut. Sayangnya pihak rumah sakit tidak mau menangani pasien miskin. Mereka menyarankan sepasang suami istri tersebut untuk mencari rumah skit lain."

[3.1] The Apollyon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang