Chapter 07

2.4K 193 51
                                    

Vote/ Tekan bintang di pojok kiri bawah.

.

🍁🍁🍁🍁

Luna- ku benar- benar terjaga hingga pagi menjelang siang. Begitupun dengan aku juga para pekerja di apartemen ini. Kami semua tidak bisa melanjutkan tidur karena adanya kejadian mengerikan tadi. Pemerintah telah mengumumkan via digital jika kota terpapar virus mematikan, mereka menghimbau agar kami tetap di rumah dan menyediakan persediaan makanan yang cukup.

"Sayang, kau harus ikut.", "Dan jangan membantah ataupun bertanya."

Aku meraih pergelangan tangan Luna, gadis ini belum sarapan bahkan ia tidak mengkonsumsi apapun sejak tadi malam. Luna masih terbayang akan perempuan itu, ia masih ketakutan. Kami turun menggunakan lift untuk sampai di aula pertemuan. Sesampainya di lantai tujuan, aku melangkah keluar terlebih dahulu untuk memastikan jika tidak adanya seseorang yang mencurigakan. Setelah dipastikan aman, aku merangkul Luna untuk di bawa ke aula pertemuan.

Beberapa orang yang terkumpul langsung berdiri hormat setelah aku memasuki ruangan. Aku menuntun Luna untuk duduk di tempatku, sementara aku sendiri akan menjelaskan alasan mengapa aku mengumpulkan semua pekerja juga anak buahku di aula ini pada saat ini pukul 11:01.

"Sepertinya tidak perlu kujelaskan ulang  mengenai penyakit misterius yang diumumkan oleh pemerintah tadi pagi..." Aku menahan napas sesaat sebelum melanjutkan kalimat yang akan terlontar dari mulutku.

Ya, mereka semua yang hadir disini pasti merasa takut dan cemas diwaktu bersamaan. Penyakit baru, obat yang belum ditemukan juga beberapa titik lokasi telah kacau akibat serangan dari orang- orang yang terkena penyakit gila. Ntahlah, aku tidak tahu nama penyakit itu sendiri. Beberapa diantara mereka tampak gundah dan kebingungan.

"... Untuk itu aku akan memberikan kalian kebebasan untuk bertemu dan menjaga keluarga kalian masing- masing. Sekarang, kalian ambil dan buka kotak yang telah aku siapkan di atas meja."

Mereka mulai membuka sebuah kotak yang aku siapkan di atas meja. Aku menghampiri Luna dan tersenyum hangat ke arahnya. Kini, hanya Luna satu satunya rumah juga obat untukku. Luna masih menatapku, aku bukan cenayang jadi aku tidak tahu pasti apa yang ada dalam benaknya. Namun yang pasti ia tampak terperangah, mungkinkah Luna baru menyadari ketampananku?

"Sir, ini--" Aku menengok dan mendapati Braddy memegang sesuatu dalam kotak tersebut.

Aku menganggukan kepala "Pulanglah, aku sudah memberikan gaji kalian. Bawa senjata yang aku berikan karena kalian pasti akan membutuhkannya. Keluarga kalian sedang menanti."

Ruangan yang sunyi mulai ricuh, mereka yang aku kerjakan berjumlah seratus tiga puluh tiga orang mulai saling berbicara satu sama lain. Aku tidak akan melarangnya, biarlah mereka mengutarakan argumennya. Sudah kuberitahu jika gedung apartemen ini telah kubeli dan dijadikan tempat tinggal untukku juga Luna. Untuk isi kotak tersebut aku menyiapkan uang cash seberat satu kilogram dengan nominal tinggi. Aku tidak tahu jumlah keseluruhannya, mereka memang telah mendapat gaji di bulan ini. Aku hanya merasa kasihan jika harus memulangkan mereka dengan tangan kosong. Untuk itu aku menambahkan satu senjata tajam berjenis pistol lengkap dengan pelurunya disetiap isi kotak sebagai penutup manis.

"Terima kasih." Ucap seorang pria menghampiriku, ia berbungkuk dan badannya bergetar. Apa-apaan ini! Aku tidak mengajarkan seseorang yang bekerja untukku agar tidak cengeng.

[3.1] The Apollyon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang