16+
.
☆Setelah drama dimana aku memukul tengkuk Louise hingga kini laki-laki itu tersungkur menindih Alluna. Aku dibuat semakin kalap melihat bocah ingusan itu mengambil kesempatan disaat yang buruk.
"Sialan. Menyingkir kau!" Aku menarik kaos belakang Louise, ia masih menindih Luna, oh lihat, bahkan gadisku ini tidak menolak atau bahkan berontak ketika Louise menindihnya.
"Relax, boss."
Aku tidak peduli pada siapa yang berucap, sepertinya Bradd, aku memperhatikan Luna yang masih terbaring kaku. Apa gadis itu tidak mengerti jika semua yang berada di unit ini ialah laki-laki.
Aku membopoh tubuhnya untuk berdiri, Luna hampir kehilangan keseimbangan jika aku tidak menangkapnya.
Luna shock. Aku menggendong tubuhnya untuk dibawa ke kamar. Luna mengalungkan lengannya pada leherku. Ini membuatku hampir hilang kendali, kuhirup aroma rambutnya yang wangi.
Aku menghentikan langkah. Sebentar saja. Kubaringkan tubuh Luna pada sofa. Luna tidak berontak, apa-apaan ini? Luna hanya menatapku sekejap lalu memalingkan wajahnya, lengannya beusaha menahan tubuhku.
Rambut yang menghalangi wajahnya kusingkirkan, kini aku dapat melihat wajah Luna. Aku mencondongkan tubuh ke bawah, kedua tanganku bertumpu di sisi kepala Luna. Sementara kedua kaki ku menahan tubuh bagian bawah Luna. Pandanganku tertuju pada bibir sedikit pucat milik Luna.
"Enggh.."
Luna mengerang, aku menempelkan bibirku pada bibirnya. Rasanya begitu candu, bibir manis ini bak nikotin bagiku. Aku tidak akan pernah bosan untuk melahap dan mencicipinya. Aku melumat dan menyapu perlahan bibir Luna, menggigit kecil supaya gadis cantik ini membalas ciumanku.
Luna belum membuka mulutnya. Sementata cecapan bibirku pada bibirnya terus berlanjut. Tidak ada cara lain selain aku menggigir bibir bawahnya dengan keras. "Emm." Luna sedikit terlonjak, tangannya menahan dadaku supaya tidak terlalu menempel, aku membawa kedua tangan Luna, sehingga tangannya kini mengalung pada leherku.
Kuintip sedikit matanya yang terpejam. Aku menyunggingkan senyuman disela-sela lumatanku pada bibir dan mulutnya. Aku menikmati ciuman ini. Sungguh. Suasana tercipta panas, Luna kerap kali mengerang dalam ciuman kami, membuatku tidak bisa menahan diri lebih lama.
Aku melumat bibirnya rakus, Luna tidak ahli dalam berciuman. Ia tidak bisa membalas, membiarkan sang dominan untuk menyecap bibir Luna sepuasnya. Sebelah tanganku kini tidak menopang di sisi kepalanya, aku mengusap perlahan wajah Luna yang terasa lembut. Pangutan kami belum terlepas, kurasakan bibir Luna yang mulai mengikuti alur permainan kami.
Pertahananku runtuh, meraskan Luna perlahan malu-malu untuk membalas lumatanku. Tanganku turun mengusap permukaan kulitnya yang terbungkus pakaian.
"Bos, kami tidak punya rencana."
Sial. Suara siapa itu?
"O-ow ah, kami punya. Y-ya."
Terdengar seperti suara Tyo. Aku masih menindih tubuh Luna dan menyecap bibirnya. Seakan terganggu, Luna mendorong tubuhku kuat hingga aku melepas pangutan secara tidak rela. Luna bangkit dari terlentangnya, ia mengusap bibirnya sendiri, Luna menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan. Membuat rambut milik gadis tersebut menutupi wajahnya.
Apa ia terganggu? Sepertinya begitu, Luna terganggu dengan kedatangan Tyo. Aku bangkit, melihat Tyo yang buru-buru menjauhi kami, pandanganku tertuju pada sebuah guci tanah liat, aku mengambil benda tersebut dan melemparnya pada langkah yang akan dilalui Tyo.
"Aku mendengar sesuatu." Louise menyembulkan kepalanya dari balik etalase mainan.
Aku masih tidak ingin melihat wajah itu. Louise tersenyum lebar, anak itu seperti mempunyai kelainan jiwa. Namun tak apa, wajar jika ia memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3.1] The Apollyon [END]
ActionI am Keegan 🍁🍁🍁 . Start 25112021 #2- stalker, June 02, 2022 #1- crazylove, April 05, 2022 #1- help, Maret 17, 2022 #8- dangerous, Feb 25, 2022 #4- actionromance, Januari 18, 2022 #5- crazylove, Desember 04, 2021