Chapter 13

889 86 16
                                    

Kuambil potongan jari tersebut lalu memasukannya ke dalam saku. Lelaki tadi mengangguk, ia memejamkan mata seiring makhluk itu melahapnya ganas.

Mengetahui mangsanya telah mati, makhluk mengerikan itu menuju mayat yang terkapar, ia lalu memakannya rakus. Kudengar ia kembali memggeram, tidak merasakan rasa darah akan makanannya.

Makhluk itu lalu menoleh pada kami, ia bak melihat makanan segar, ia langsung berlari tanpa rasa kesakitan. Sementara lelaki yang dimangsanya memuntahkan darah kental. Bukankah ia telah mati.

Brakk

Pintu ditutup sebelum makhluk itu menyerang. Gedoran keras terdengar di balik sana.

🍁🍁🍁🍁🍁

Kami terus berjalan menyusuri lantai bawah. Terdengar bunyi 'ting' yang menandakan pintu lift terbuka. Aku mengisyatkan anak buahku untuk bersembunyi di balik tembok.

"Cairan apa yang dokter Fredd suntikan pada putri angkatnya?"

"Berhenti bertanya."

Aku melihat punggung dua orang wanita yang berjalan menjauh. Aku mengingat salah satu dari mereka, tepat saat layar monitor menampilkannya, ia wanita ramping itu yang keluar dari ruangan dibalik pintu besi.

Mereka berhenti, otomotis kamipun kembali bersembunyi.

"Ayolah, kemarin kau ada di ruangannya."

"Tidak."

"Apa nona akan dijadikan zombie, seorang submissive? Atau.. daya ingatnya saja yang dihilangkan?"

"Kita harus istirahat." Jawab wanita ramping tersebut.

"Ck. Kurasa dokter hanya menghilangkan ingatannya. Bukan begitu? Sehingga ia dapat mencuci otak anaknya."

Suara mereka perlahan mulai menjauh, sialan dasar tua bangka. Aku yakin Luna berada dibalik ruangan besi tersebut. Kami terus menyusuri lorong dengan cahaya redup ini.

Lantai bawah sangat buruk dibandingkan dengan lantai atas. Bau besi, aluminium juga obat-obatan tercium sangat menyengat meskipun kami telah mengenakkan masker. Lebih buruk dari rumah sakit, juga terdengar suara deruman yang aku tidak ketahui apa.

Tujuan berada di ujung lorong, sepanjang kiri dan kanan terdapat beberapa ruangan yang dilapisi kaca bening.
Aku melihat salah satunya, di dalam salah satu ruangan memperlihatkan beberapa orang yang terbujur kaku. Aku mengisyaratkan pada ketiga orang untuk pergi terlebih dahulu.
Lorong sunyi dan redup, pintu ruangan ini tidak terkunci.

Pintu dibuka, aku langsung disuguhkan dengan tubuh masing-masing orang yang berjejer rapi dalam sebuah.. lemari? Tidak, ini seperti tabung kaca tebal, masing-masing didalamnya berisikan tubuh seseorang.

Bau ruangan sangat tercium menyengat meskipun aku memakai masker. Beberapa peralatan, obat dan cairan dalam botol khusus yang tidak aku ketahui namanya berjejer rapi.

Aku mendekati pada salah satu tabung yang terdapat orang kaku di dalamnya. Wadah ini dirancang khusus sehingga satu orang telanjang berada di dalam dengan masing-masing kode.

Dia diberi kode A-033, Failed, serta lampu di dalam berwarna merah. Lalu aku mendekat pada lemari yang diberi kampu hijau. Success. Penasaran, akupun mengetuk pintu lemari kaca.

Tukk tukk

Seseorang di dalamnya melotot, kini urat-uratnya tampak menonjol. Ia sedikit menggeram berusaha keluar dari dalam lemari. Orang ini sensitif suara.

"Helpp. Help me, let me out." Ucapnya menatapku.

Lalu perlahan sebelah bola matanya kian berubah. Ia menggeram menatapku, lampu yang tadinya berwarna hijau kini berganti merah. Terus berkedip dan berulang hijau-merah.

"Go."

"Go!"

Nada suaranya meninggi karena aku tidak mematuhi ucapannya. Orang tersebut menunduk, ia tampak lemah. Lampu tabungnya kembali berwarna hijau. Aku memberanikan diri mendekat.

"What's goin on?"

Ia mendongkak, memperhatikan keadaan sekitar lalu menangis.

"Hey?" Aku menempelkan telapak tangan pada kaca.

"He's failed scientist, crazy and... He has killed us, Dia menyuntikan kami beberapa cairan. Mereka berjumlah banyak. Kami gagal." "Tempat ini berbahaya, pergi! Kau akan dijadiakan objek!"

Orang tersebut kembali meronta, lampu lemari kembali berkedip berwarna merah.

"Tidak ada penawar. Jangan bangunkan lemari lampu merah," Ucapmya. Ungkapannya terbata-bata dan kurang jelas.

"Aku akan membebaskanmu." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, aku melenggang mencari sesuatu untuk memecahkan kaca.

"No!" Teriaknya nyaring. Hal tersebut sontak membuat orang-orang dalam lemari lampu merah menggeram. Mungkinkah mereka terganggu.

"Turn off the lamp. I'll tell you something," Ucapnya semakin parau.

Setelelah mematikan sakalar lampu, aku mendekatinya yang tengah menunduk. Tubuhnya yang telanjang menapakann bercak merah seperti iritasi, juga urat-uratnya yang menonjol.

"Kami dijadikan objek. Tidak ada penemuan mereka yang berhasil. Mereka gagal. Ck hahaha."

Aku semakin dibuat pusing, orang tersebut lalu menatapku dalam, ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah samping, pada lemari kecil yang menggantung di dinding.

Aku melangkah melihatnya, kudengar ia menyuruhku untuk membawa cairan berwarna hijau. Ia memberitahuku kode angka untuk membuka lemari kecil tersebut. Segera kuturuti lalu memasukannya pada kantong celana. Kemudian menutup kembali lemari gantung tersebut

"dr. Fredd mengatakan jika itu cairan yang amat dilindungi. Ia hanya mampu membuat satu. Aku tidak tahu, namun sepertinya itu sangat berharga. Pergilah.. tidak ada yang berhasil dalam percobaanya. Aku gagal." Ucapnya tegas.

Aku mengangguk, orang itu semakin terlihat lemah, namu ada sesuatu yang janggal. Di pintu lemari gantung tadi terdapat huruf Z besar.

Senter yang kubawa semakin memanas yang menandakan aku terlalu lama menggenggamnya. Aku lalu menyoroti huruf di bawah Z yang tampak lebih kecil. Sehingga aku harus menyipitkan mata untuk melihatnya jelas.

Z

Z? Lalu aku menyenter bagian atas dari huruf Z. Sebuah kata Tame. Tame Z? Apa maksudnya.

"Itu kami," Ucap orang yang berada dalam lemari tersebut. "itu adalah sebutan untuk kami yang telah dilakukan percobaan.."

"Zombie yang jinak."

🍁🍁🍁🍁

.

Besok update lagi.


March, 17 2022

[3.1] The Apollyon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang