Setibanya di dalam unit, tubuhku terasa lemas begitu saja. Apalagi dengan Luna yang berada dalam pangkuanku, entah kenapa tenagaku seperti sedikit terkuras.
"Minggir brengsek," seru ku pada Louise yang menghalangi jalan.
Aku buru-buru berjalan menuju kamar kami berada, pintu terbuka lebar semenjak Luna keluar kamar. Kubaringkan tubuh Luna dengan hati-hati di atas ranjang. Kain kasa yang menghalangi sebelah mata cantiknya ku lepas, apakah Luna berfikir jika aku tidak akan menerimanya jika sebelah lensa matanya menyisakan titik hitam?
Aku menunduk, mengusap surainya lalu kukecup kening Luna cukup lama.
Tidak apa,
Aku menerima semua yang ada dalam dirimu, Alluna-ku. Sosok gadis kecil lugu dan cantik, mampu membuat seseorang penuh dosa sepertiku jatuh cinta padanya.
Setelahnya, kukecup beberapa bagian wajah Luna. Kening, kedua pipinya yang menggemaskan, hidung, dan bibirnya.
Aku menjauh, membiarkan Luna untuk beristirahat sebentar. Kakiku melangkah menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, kulihat pantulan diriku lewat cermin. Pikranku memutar kaset kehidupan masalalu, aku menggeleng, guna mematikan kaset rusak yang terus menampilkan kehidupan masa laluku.
Kubuka kaos putih yang melekat pada tubuhku ini, aku membasuh wajah juga membasahi rambut beberapa saat. Rasanya.. aku seperti ingin tidur, namun aku tidak bisa. Aku memandang pantulan wajahku pada cermin ini. Seolah aku dan dia yang berada di dalam pantulan cermin saling berbincang.
Setelah menatap cermin yang tidak ada gunanya, badanku berbalik, segera mengambil pakaian yang berada di lemari. Terasa beberapa bagian tubuhku yang pegal akibat menggendong tas.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Suasana tidak terkendali,"
"Aku tidak ingin terinfeksi. Hey bung, bunuh saja jika aku tergigit oleh mereka,"
"Mereka tidak mati dengan satu peluru yang bersarang di tubuhnya,"
"Bau mereka busuk,"
"Aku tidak melihat satu makhluk itu yang cantik. Mereka tampak mengerikan semua,"
"Ahh aku ingin menghajarnya dengan tangan kosong.. jika mereka manusia,"
"Apakah mereka sadar jika mereka telah berubah?"
"Aku penasaran dengan negara-negara lain. Apa masyarakat mereka terkena virus yang serupa?"
".."
Obrolan ke lima anak buahku masih berlanjut, kami ditemani dengan rokok, minuman juga beberapa camilan yang tersedia di atas meja. Aku menyimpan rokok tersebut, mematikan apinya dan memandangi wajah Tyo.
"Bagaimana ia bisa keluar?"
Seakan paham dengan pertanyaan ku, Tyo bertukar posisi duduk dengan Rogh. Ia duduk di dekatku. Sementara yang lain melanjutkan obrolan mereka.
"Saat kalian telah keluar dari gudang senjata, aku keluar dari ruangan server untuk mengambil air. Terdengar gedoran yang sangat keras dari pintu kamarmu, sir. D-dan aku panik. Aku.. membukanya," ujar Tyo, ia pasti jujur.
"Kulihat nona dengan keadaan yang tampak tidak baik-baik saja, sebelah matanya tertutup kain. Dan deru napasnya terdengar kasar."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3.1] The Apollyon [END]
ActionI am Keegan 🍁🍁🍁 . Start 25112021 #2- stalker, June 02, 2022 #1- crazylove, April 05, 2022 #1- help, Maret 17, 2022 #8- dangerous, Feb 25, 2022 #4- actionromance, Januari 18, 2022 #5- crazylove, Desember 04, 2021