Chapter 12

1K 91 16
                                    

Vote☆


Kegan pov

🍁🍁🍁🍁🍁

Aku memperhatikan seksama tubuh yang terbaring di lantai. Tepatnya dilantai dua. Kulirik Louise yang asyik memotret tubuh seorang bajingan ini, tubuhnya telah dipenuhi lebam dan beberapa bercak darah. Sadar akan lirikanku, Louise kemudian berdehem dan memasukan ponselnya ke dalam saku jas yang ia kenakan, setelahnya, bocah itupun berdiri tegap seperti yang lain.

"Kemana keparat itu membawa gadisku?" Ucapku maju satu langkah,

Lelaki dibawahku hanya menatap sepatu yang kukenakan, tidak herniat menjawab pertanyaan.

Aku menghirup udara kasar, kemudian berjongkok pada lelaki yang tengah terkapar di bawah ini, senyumku terukir menatapnya yang terengah-engah.

"Ouhh shit!" Lelaki ini melenguh kala aku menarik rambutnya untuk berdiri.

"Bangun!" Geramku karena tubuhnya kembali meluruh.

Aku menatap Hanks dan Bradd secara bergantian. Kemudian mereka maju sementara aku memundurkan langkahku. Aku mengeluarkan pemantik api juga mengambil satu batang rokok. Membakar ujung rokok tersebut kemudian menghirup asap berbahaya ini. Menghirup lalu menghembuskan asp ini secara berulang.

Suara rintihan, erangan juga bunyi tendangan dan pukulan yang diterima dari Rogh dan Hanks.

"Cukup.." Ujarnya lemah.

Aku mengisyaratkan Hanks dan Braddy untuk berhenti, kemudian kembali berjalan ke arahnya.

"Talk." Tekanku.

Lelaki ini masih bergeming, bahkan sebelah matanya membengkak, ia masih tidak mau membuka mulutnya untuk memberitahu keberadan Luna-ku.

Aku berdecih kemudian menarik rambut pendeknya untuk berdiri serta menahan kerah bajunya supaya ia tidak kembali meluruh ke lantai. "Apa yang keparat itu berikan sehingga kau tidak mau memberitahuku keberadannya."

Lalaki ini tidak menjawab, ia menolehkan kepalanya ke samping.

"Uang? Heh." Sindirku.

Kepalanya mengangguk pelan, lelaki ini sudah bersiap jika aku hendak memukulnya kembali.

Aku tertawa, lelaki ini menatapku. Tanpa berlama-lama, aku melempar tubuhnya sehingga ia kembali terkapar.

Kuhirup kembali asap nikotin, lalu menghampiri lelaki yang tengah meringkuk.

"Ahh." Ia melenguh saat aku menekan ujung rokok pada dada kirinya.

"Sakit hm?" Bisikku, "itu yang aku rasakan ketika ia pergi," Ucapku memasang tampang sedih.

"I- i am sorry.. sir."

Aku tersenyum mendengar penuturan maaf darinya. Kujambak lalu kutarik rambutnya untuk berjalan menuju balkon lantai dua, membuat lelaki lemah ini terseok-seok menyeimbangkan langkahnya dengan langkahku.

"Kesempatan terakhir untuk bicara. Katakan dimana gadisku atau kau akan menjadi santapan mereka," Ucapku menarik kepalanya supaya ia melihat makhluk-makhluk gila di bawah sana.

[3.1] The Apollyon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang