Setiap tarikkan napas yang diambil olehnya, terasa ... begitu sulit. Belum lagi dengan kakinya yang terus bergetar hebat. Kepalanya kini merunduk. Memilih menatap lantai berisi ribuan jejak kaki setiap orang. Ketimbang mengangkat wajah dan menerima berbagai tatapan yang menghunus.
Di situasi seperti ini, siapa pun tidak akan menyukainya. Bahkan kalau diizinkan untuk kabur ... dia sangat bersedia untuk melakukan hal itu.
Ruang perpustakaan harusnya menjadi ruang yang sangat pas untuk menenangkan diri. Tenggelam bersama untaian kata yang terkurung dalam lembaran kertas. Sejenak saja ... mungkin akan lupa dengan kehidupan nyata.
Tapi, bukan itu yang terjadi di perpustakaan Universitas Semesta ini. Perpustakaan yang tidak ketat dengan penjagaannya itu kini dijadikan tempat berkumpulnya segerombolan Mahasiswa yang senang berbuat keramaian.
Iqbaal Dhiafakhri, ditarik dan dipaksa menjatuhkan bokongnya pada kursi kayu yang berhadapan dengan orang lain.
Yang menarik dirinya berdiri di samping Iqbaal.
Iqbaal menutup telinganya.
Suasana semakin ramai sejak kedatangan Iqbaal.
Meja perpustakaan yang memanjang dipenuhi oleh mahasiswa dari berbagai fakultas.
Biasanya perpustakaan selalu sepi. Namun hari ini, perpustakaan penuh hingga di area luar.
"Orangnya udah datang." Leo--mahasiswa fakultas IT menepuk kencang bahu Iqbaal. Tatapannya berpendar seolah mengumumkan pada semua orang kalau rekan terpentingnya berada di sini.
"Hello, Leo yang kadang sintingnya gak tahu tempat! Elo ngapain bawa dia segala?"
Leo melihat ke baris depan. Tiga perempuan yang terkenal cantik nan sombong itu menatapnya dengan tawa mengejek. Bella, Salsha, dan Steffi .
"Enggak usah banyak tanya! Kita mulai langsung aja sidangnya!" ujar Leo terdengar ketus.
Iqbaal perlahan melepas tangannya dari kedua telinga. Dia menatap dua laki-laki di depan dan juga di samping kirinya. Kemudian menatap Leo.
Leo menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan kalau keberadaan Iqbaal di sini bukanlah suatu masalah.
"Gue tahu, kok. Lo, kan yang uninstall laptop gue supaya gue enggak bisa presentasi?!"
"Ada bukti kalau gue ngelakuin hal menjijikkan kayak gitu?"
Sejak aksi saling tuduh dimulai, sorak sorai terdengar menaungi ruang perpustakaan.
Iqbaal mencoba fokus. Matanya menyipit. Telinga lebarnya bergerak sedikit demi sedikit.
BRAK!
"Lo hancurin CCTV kelas, SETAN!"
SETAN? memang. Hahaha.
"Lo nuduh gue, lagi? Lo punya bukti juga kalau gue yang hancurin CCTV kelas?"
Iqbaal membulatkan matanya. Suara yang sama antara suara hati dan suara yang keluar dari mulut laki-laki di sampingnya itu terdengar berlawanan.
Orang di depan Iqbaal--Orion--berdecih sambil melepas kancing kemeja teratasnya. "Wah, gue gerah. Lo udah pernah dapat cap tangan di muka belum?" tanya Orion. Dari tatapannya sangat jelas, kalau Orion membenci Dude. Laki-laki yang duduk di sebelah kiri Iqbaal.
Suasana semakin memanas dengan teriakkan, "Hajar aja Yon, Hajar!"
Iqbaal menatap ke sekeliling.
Tidakkah mereka semua bisa bersikap tidak sinting satu hari, saja?
"Lo tahu kalau lo salah nuduh gue. Dan lo pengin mukul gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Voice [IqNam Series]✅
RomanceIqbaal Dhiafakhri bisa mendengar suara hati orang lain tapi ... dia tidak bisa mendengar suara hati (Namakamu) Falsafa. Iqbaal juga bisa melihat makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Lalu secara kebetulan, dia bisa melihat arwah keka...