Kemungkinan yang lebih buruk, bahkan tak melintas sedikit pun di pikiran Iqbaal adalah ... tatkala dirinya harus mengantar (Namakamu) pulang.
Iqbaal dan (Namakamu) berjalan beriringan. Dalam keheningan yang tercipta. Keduanya tak ada yang bersuara. Keheningan malam hanya ditemani dengan suara langkah kaki mereka dan suara gesekkan ban sepeda milik Iqbaal dengan jalan aspal yang dingin.
Iqbaal tidak tahu di mana rumah perempuan ini. Jadi sedari tadi dia hanya mengikuti irama langkah (Namakamu).
Mereka sudah melewati dua gang berturut-turut.
Sesekali sambil berjalan, Iqbaal mengedarkan pandangannya ke sekitar.Jalanan yang mereka lalui begitu sepi.
Sudah biasakah (Namakamu) berjalan sendirian seperti ini?"Udah sampai."
Kaki Iqbaal berhenti melangkah. Iqbaal menjenjangkan lehernya, ikut menatap ke halaman rumah (Namakamu) yang dihiasi lampu remang-remang.
"Ka ... kalau gitu, gue balik," ujar Iqbaal. Dia merasa tidak ada keperluan apa-apa lagi. Karena tanggung-jawabnya sudah usai, kan?
(Namakamu) melirik Iqbaal sekilas. "Mm ... oh ya!" (Namakamu) berputar menghadap Iqbaal seraya bersedekap dada. "Gue bukan pacarnya Bastian. Kita kenal karena orang tua kita berteman," lanjut (Namakamu).
Iqbaal terkekeh. "Iya. Gue enggak mau aja kalau lo berpikir aneh soal gue yang ngikutin lo. Gue enggak akan ganggu, kok."
(Namakamu) menyipitkan matanya. "Lo biasa ngikutin orang asing kayak gini, ya?!"
Iqbaal tersentak dan langsung menggeleng kuat. "Enggak. Baru kali ini."
(Namakamu) tertawa ringkih. "Jangan bilang kalau lo laki-laki mesum yang suka ngikutin perempuan cantik kayak gue!" tuduh (Namakamu).
Iqbaal menggeleng lagi. "Masuk sana. Udah malam." Iqbaal mengedikkan dagu ke arah rumah (Namakamu).
(Namakamu) mendelik, kemudian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 22.15 WIB Benar sudah sangat malam.
(Namakamu) kemudian berdeham. "Ma ... makasih udah antar gue pulang."Iqbaal mengangguk. Namun tidak beranjak pergi.
"Lo ngapain masih di sini?" tanya (Namakamu).
"Mastiin lo beneran masuk rumah."
(Namakamu) mengangkat alisnya. "Harus?"
"Harus. Gue harus mastiin juga kalau enggak ada makhluk halus yang ngikutin lo lagi."
(Namakamu) merasa bulu kuduknya terangkat tatkala Iqbaal berkata demikian. "Jangan nakutin gue! Gue tidur sendiri di rumah!" bentak (Namakamu).
Iqbaal mengulum senyumnya. "Mau gue temenin?"
BUGH!
"Aw ...." Iqbaal memegangi perutnya yang barusan di pukul (Namakamu) menggunakan tas selempang.
"Mesum!" Setelah mengumpat karena kesal, (Namakamu) segera melangkah ke dalam pagar rumahnya. Tanpa menoleh lagi, dia memasukkan kunci pintu dan melesat masuk ke dalam rumah.
Sementara itu, Iqbaal tertawa kecil di tempatnya berdiri. Merasa lucu telah mengerjai (Namakamu). Kemudian dia menampar kecil pipinya sendiri. "Gue kenapa, sih?"
***
"(Namakamu) udah ketemu sama orangnya Ma. Tapi ... kok aneh, ya?" (Namakamu) telah membersihkan diri. Sebelum tidur, dia memiliki kebiasaan untuk menelepon Mamanya yang di Bandung. Memberi kabar tentang keseharian yang dia lakukan pada Sang Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Voice [IqNam Series]✅
RomanceIqbaal Dhiafakhri bisa mendengar suara hati orang lain tapi ... dia tidak bisa mendengar suara hati (Namakamu) Falsafa. Iqbaal juga bisa melihat makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Lalu secara kebetulan, dia bisa melihat arwah keka...