Kak Sandra menyelimuti tubuh (Namakamu) sampai ke dada. (Namakamu) sudah tidur setelah sebelumnya menangis hebat dan meneriaki nama Aldi.
Kak Sandra menoleh ke belakang, di sana Iqbaal sedang berdiri dengan tangan yang dijejalkan ke dalam saku celana.
Tatapan Iqbaal lurus pada (Namakamu).
"Maaf ya. Jadi ngerepotin," kata Kak Sandra amat sungkan.
Tadi, Iqbaal yang membantunya untuk menenangkan (Namakamu). Kak Sandra merasa ditolong, karena Iqbaal begitu sabar menghadapi (Namakamu) yang sulit untuk dibujuk.
"Nggak apa-apa, Kak." Iqbaal mengekor langkah Kak Sandra yang ke luar dari kamar (Namakamu). Kak Sandra duduk di ruang tamu.
"Udah lama (Namakamu) kayak gitu. Semenjak kehilangan Aldi."
Sebelum Kak Sandra bilang, Iqbaal sudah tahu lebih dulu. Tapi, dia membiarkan Kak Sandra bercerita.
"(Namakamu) sangat menyayangi Aldi. Karena semasa hidup, Aldi selalu menemani (Namakamu) ke mana pun. Paling mengerti dengan keadaan (Namakamu) daripada gue, Kakaknya sendiri." Ada nada penyesalan dari ucapan Kak Sandra. Kak Sandra menunduk dalam. "(Namakamu) pernah ada di kondisi terpuruk. Lagi-lagi, yang ada di sampingnya ... Aldi."
Iqbaal duduk di seberang Kak Sandra. Tangannya saling bertaut. "Apa Aldi laki-laki yang baik untuk (Namakamu)?"
Kak Sandra tersenyum tipis. "Iya. Tapi Tuhan lebih menyayangi Aldi."
"Apa mereka ... saling mencintai?"
"Bahkan mereka hampir bertunangan."
Jadi, sepertinya Iqbaal harus berjuang banyak untuk membantu (Namakamu) melupakan Aldi, begitu?
Iqbaal berdeham. "Kak, lo pernah coba buat kenalin (Namakamu) ke orang lain? Yang bisa bantu (Namakamu) lupa sama Aldi."
Kak Sandra menggeleng singkat. Kemudian mengangkat telunjuknya karena teringat dengan Mama. "Gue memang enggak pernah kenalin (Namakamu) sama siapa pun. Tapi Mama ... Mama pernah kenalin (Namakamu) ke ... ke siapa ya? Gue nggak inget. Intinya, Mama yakin kalau laki-laki yang Mama pilih buat (Namakamu) bisa bantu (Namakamu) untuk melupakan Aldi."
"Oh ya? Siapa?"
Kak Sandra menggeleng. "Gue nggak tahu karena Mama sendiri nggak tahu nama laki-laki itu."
"Kok gak tahu, Kak?"
Kak Sandra menopang sebelah pipinya dengan tangan kiri. "Kata Mama, dia anak temannya Mama yang udah meninggal. Anaknya baik. Mama lebih mempercayakan (Namakamu) dijaga sama dia. Karena Mama sendiri punya keyakinan kalau genetika yang dimiliki temannya yang udah meninggal, mengalir di darah anak itu."
Iqbaal tersenyum takjub. "Sampai gitu, ya."
Kak Sandra mengiyakan. "Mama cuma pengin kalau (Namakamu) hidup normal lagi. Seperti ... sebelum Aldi datang ke hidupnya."
Iqbaal mengerti maksud Kak Sandra.
"Gue juga bakal jadi Kakak yang baik."
"(Namakamu) pasti bangga sama lo, Kak. Dia punya Kakak yang care dan baik."
Pipi Kak Sandra bersemu. Bisa-bisanya tersipu hanya karena pujian Iqbaal.
"Kalau lo sendiri ... gimana sama (Namakamu)?"
Iqbaal menunjuk dirinya. "Gue?"
"Iya. Lo ... ada kemungkinan, suka nggak sama (Namakamu)?"
Mata Iqbaal membelalak dengan lebar. Kak Sandra tersenyum jahil. Iqbaal segera menggeleng. "Nggak ada pemikiran sampai ke situ, Kak. Gue hanya ... hanya teman (Namakamu)."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Voice [IqNam Series]✅
RomanceIqbaal Dhiafakhri bisa mendengar suara hati orang lain tapi ... dia tidak bisa mendengar suara hati (Namakamu) Falsafa. Iqbaal juga bisa melihat makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Lalu secara kebetulan, dia bisa melihat arwah keka...