Iqbaal baru saja menaruh semua barang-barangnya di atas meja caffe milik Arghi. Rumah Leo bukan pilihan yang tepat sebagai tempat tinggal sementara. Untungnya, Iqbaal selalu ingat kalau satu hari sebelum weekand, Arghi akan menginap di caffe karena besoknya caffe terbiasa ramai.
"Ini bantal buat lo." Arghi dengan wajah khas bangun tidur menyodorkan bantal pada Iqbaal.
Iqbaal menerimanya dengan sedikit rasa bersalah. "Sorry ya. Gue pasti ganggu tidur lo, Ghi."
"Santai aja. Gue balik ke kamar ya Baal."
Iqbaal mengangguk, membiarkan Arghi ke kamar yang berada di lantai atas.
Seadainya, kamar di atas tidak sempit, Arghi sudah mengajak Iqbaal ke sana.
Namun bagi Iqbaal, bisa ikut tidur di jejeran kursi yang dibentuk memanjang saja, dia sudah sangat berterima kasih pada Arghi.
Iqbaal memandang langit-langit caffe. Kemudian memandang keadaan di luar, melalui pintu yang transparan. Masih ada beberapa mobil yang melintas. Remang-remang cahaya malam membuat pikiran Iqbaal kembali teringat dengan insiden bunuh diri alharhumah Bundanya. Iqbaal menarik napas panjang. Menutup wajahnya dengan sikut. Dia mencoba tidur, meski isi kepalanya terus berkeliaran.
***
"Pagi Salsha! Eh, pagi juga (Namakamu)!"
(Namakamu) memperlambat langkahnya begitu berpas-pasan dengan Leo di dalam aula.
Hari ini semua Mahasiswa dikumpulkan untuk mengikuti workshop yang diadakan pihak kampus.
Workshop bertema sukses di usia muda itu diikuti oleh Mahasiswa semester dua sebelum minggu depan semua mahasiswa akan melaksanakan ujian akhir semester.
Mungkin, pihak kampus ingin mengembuskan udara sejuk dulu sebelum memberi uap panas pada seuruh Mahasiswa menjelang ujian.
"Pagi, Leo." Salsha yang berdiri di samping (Namakamu) melambaikan tangannya, sementara (Namakamu) membalas sapaan Leo dengan senyum tipis.
"Wah, tumben berdua." Leo menyengir. Memberi akses agar kedua perempuan di sampingnya bisa berjalan lebih dulu.
"Kebetulan." Salsha menjawab tanpa memedulikan reaksi (Namakamu).
"Oh, duduk di sini aja. Biar gue booking buat Iqbaal juga." Leo menunjuk jejeran empat kursi yang masih kosong.
Kursi yang berada di tengah-tengah itu tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan posisi panggung.
Tanpa banyak protes (Namakamu) segera menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi yang ditunjuk Leo.
Leo dan Salsha menyusul (Namakamu) untuk duduk.
"Hei!"
"Eh, Bella, Steffi!" Salsha mengangkat kepalanya ke atas dia mendapat tepukkan bahu dari arah belakang. Bella dan Steffi tersenyum padanya.
"Main lewat aja lo. Kita tadi di depan nungguin lo." Bella sedikit cemberut.
Salsha menggapai lengan temannya. "Yah, sorry ... lo nggak manggil gue sih."
"Sini aja yuk Bell duduknya," ajak Steffi.
Bella mengangguk. "Lo nggak duduk bareng kita?"
Salsha menggaruk tengkuk belakangnya. "Mm ... gue, di sini dulu ya. Tapi gue tetap dekat kok sama kalian. Gapapa, kan?"
"It's okay."
Bella dan Steffi duduk di belakang Salsha, (Namakamu), dan Leo.
Sekitar 10 menit kemudian, kursi mulai dipenuhi oleh Mahasiswa/i lain yang baru datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Voice [IqNam Series]✅
RomanceIqbaal Dhiafakhri bisa mendengar suara hati orang lain tapi ... dia tidak bisa mendengar suara hati (Namakamu) Falsafa. Iqbaal juga bisa melihat makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Lalu secara kebetulan, dia bisa melihat arwah keka...