12 - Orang Baik

161 31 9
                                    

Selain selalu mengalah, sifat Iqbaal yang lainnya adalah tidak bisa membiarkan orang lain celaka selama dia bisa menolongnya.

Dan selama ini, Iqbaal baru pertama kali mengancam seorang perempuan. Ralat. Maksudnya, hantu perempuan.

"Gue ... nggak tahu di mana tempatnya. Intinya, tempat itu di dataran tinggi. Banyak pohon dan ... jurangnya lumayan curam." Vanilla menggaruk kepalanya.

'Iqbaal? Kamu bicara dengan siapa?'

Iqbaal menoleh pada Bi Sum.

Iqbaal lupa kalau di sini ada Bi Sum. Jadi sedari tadi Bi Sum memperhatikan Iqbaal.

"Saya ... harus pergi Bi."

'Lalu Bibi dan Non Salsha bagaimana?'

Wajah Bi Sum berubah sedih. Iqbaal merasa serba salah.

"Bagaimana kalau Bibi dan Salsha ikut dengan saya?" tawar Iqbaal.

"Ikut ke mana?" Salsha datang dengan sekoper pakaian. Ada pakaian Bi Sum juga di dalamnya. Salsha tidak memasukkan banyak baju. Dia tidak mau membawa banyak-banyak. Karena bagaimana pun, dia tidak akan bisa meninggalkan rumahnya dalam waktu yang lama.

"Ke ... rumah teman gue. Kayaknya lo sama Bi Sum lebih aman buat tinggal di sana." Iqbaal mempresentasekan, mungkin kecil kemungkinannya untuk membawa mereka ke rumah (Namakamu) tapi tidak ada pilihan lain. Mencari kost-an di saat dia harus segera ke tempat (Namakamu) bukanlah pilihan yang baik.

Setelah menimang lama akhirnya Salsha pun mengangguk menyetujui. "Lo ... yakin tempatnya aman? Kita bisa tinggal di sana tanpa masalah?"

Iqbaal mengangguk dengan mantap.

***

Kak Sandra membuka pintu rumah, garis wajahnya nampak kebingungan. Di depannya ada Iqbaal, satu perempuan muda, dan satu Ibu tua yang terlihat lemas.

Kak Sandra segera membuka pintu lebih lebar. "Baal ... lo sama siapa?"

"Kak, boleh kita masuk dulu?" Iqbaal melirik Bi Sum yang sudah berjuang untuk berjalan hingga sampai di sini.

Bi Sum harus segera merebahkan diri. Iqbaal dan Salsha tidak bisa membopong Bi Sum lebih lama lagi.

"Oh iya-iya, ayo masuk." Kak Sandra memberi jalan.

"Nggak bisa di sofa Kak." Iqbaal memberi kode.

Mengerti dengan maksud Iqbaal, Kak Sandra segera mengayunkan kaki menuju kamarnya. Dia membuka pintu sekali tekan. "Di sini aja. Sini-sini, biar Kakak yang bantu." Kak Sandra mengambil alih posisi Salsha. Memberi Salsha kesempatan untuk beristirahat sebentar.

"Kenapa bisa kayak gini? Ibu ini lagi sakit?" Kak Sandra baru saja melepas lengan Bi Sum dari tengkuknya. Dia membenarkan letak guling untuk menyangga lengan Bi Sum.

Bi Sum menatap Kak Sandra dengan tatapannya yang teduh. Andai bisa bicara, Bi Sum sangat berterima kasih pada Sandra.

"Iya Kak. Ibu ini, namanya Bi Sum. Pengurus rumah tangga di rumah teman gue, Salsha. Salsha, kenalin, ini Kak Sandra." Iqbaal mengedikkan dagunya. Menyuruh Salsha untuk memperkenalkan diri.

"Sal ... Salsha, Kak." Salsha mengulurkan tangannya.

"Gue Sandra." Kak Sandra menyambut baik uluran tangan dari Salsha. Tersenyum manis.

"Mereka, butuh tempat tinggal selama beberapa hari. Ada yang mau gue jelasin ke lo. Tapi nanti, Kak. Ada yang lebih penting sekarang." Iqbaal mencoba mengatur napasnya. Pikirannya terus tertuju pada (Namakamu).

Scary Voice [IqNam Series]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang