"(NAMAKAMU)!"
(Namakamu) mengusap kupingnya yang sakit setelah mendengar teriakkan super berisik dari Kak Sandra. Sebelum benar-benar memutar kunci, agar pintu terbuka, lirikkan (Namakamu) terarah pada sosok Iqbaal yang berdiri di sampingnya. Di dekat pintu. (Namakamu) menyimpan telunjuknya di bibir. Menyuruh Iqbaal untuk tidak bersuara.
CEKLEK ....
Pintu terbuka. Kak Sandra langsung masuk tidak ketinggalan tangan kanannya menyeret koper besar ke dalam rumah. "Lama banget, sih (Nam)!" Kak Sandra memberikan kantung makanan pada (Namakamu).
(Namakamu) agak gugup menerimanya. "Ini ... apa, Kak?"
"Capcay Mbak Nuni." Kak Sandra menjatuhkan diri di atas sofa. Kepalanya menyandar penuh. Sementara kopernya ditaruh asal di samping dispenser.
"Warung makannya Mbak Nuni udah buka?" tanya (Namakamu) sambil sesekali menatap ke arah pintu yang belum ditutup. Iqbaal bersembunyi di balik pintu itu.
"Udah dong. Kata Mbak Nuni lo jarang kelihatan di warungnya." Kak Sandra melepas sepatu, berikutnya kaus kaki. "Lo ke mana (Nam)?"
(Namakamu) menggaruk tengkuknya. "A ... ada kok. Gue masak sendiri kemarin-kemarin."
Kak Sandra mengangguk. "Oh, gitu. Gimana kabar lo selama nggak ada gue?"
"Baik." (Namakamu) mencoba terlihat normal di depan Kak Sandra. Tidak mungkin kalau dia menceritakan kejadian semalam. Yang ada ... Kak Sandra akan berat hati dan merasa bersalah karena telah meninggalkan (Namakamu) sendirian di rumah.
"Syukur deh. Gue khawatir banget. Takut rumah kebakaran." Kak Sandra tertawa dengan sebelah tangan menutupi mulutnya. Candaannya membuat (Namakamu) cemberut.
"Enak aja. Justru nggak ada lo, nggak ada yang bully gue di rumah," rutuk (Namakamu).
Kak Sandra mangut-mangut. "Gue pengin ke air dulu. Pengin cuci muka terus tiduuur."
(Namakamu) memperhatikan langkah Kakak perempuannya yang menjauh. "Sekalian mandi dong, Kak. Jangan jorok!" teriak (Namakamu). Namun sepertinya, teriakkan (Namakamu) bak angin yang sekadar melintas di telinga Kak Sandra.
(Namakamu) memastikan Kak Sandra sudah masuk ke dalam kamar mandi. Setelah yakin, dia berdiri dan mendekat ke persembunyian Iqbaal. "Kakak ada di kamar mandi." (Namakamu) membuka pintu dan wajah menegangkan Iqbaal terlihat. Dia hampir tertawa, namun segera ditahan. Takut Kak Sandra dengar.
"Gue ... pulang ya." Iqbaal berucap dengan nada berbisik.
(Namakamu) mengangguk. "Hati-hati ya."
Iqbaal keluar dari rumah (Namakamu). (Namakamu) masih sempat melihat punggung Iqbaal sebelum akhirnya harus berbalik karena Kak Sandra kembali berteriak.
"(NAMAKAMU)!"
"Apalagi?" (Namakamu) setengah menggerutu. Heran dengan sikap heboh Kak Sandra. Sebelum menghampiri, (Namakamu) menutup pintu rumah terlebih dahulu.
"Wah." Kak Sandra keluar dari kamar mandi tangannya menenteng kemeja hitam bergaris putih milik ... Iqbaal.
"Kak ...."
"Ini punya siapa (Nam)? Nggak mungkin punya lo, kan?!" Kak Sandra menggoyang kemeja itu di depan wajah (Namakamu).
(Namakamu) segera merampasnya. "Bu--bukan. Ini punya gue, kok." (Namakamu) menyembunyikan kemeja Iqbaal di belakang punggungnya. Gara-gara ganti dengan kaus minion tadi ... Iqbaal pasti lupa kalau pakaiannya yang semalam tertinggal di kamar mandi. (Namakamu) memejamkan matanya. Berharap Kak Sandra tidak akan menginterogasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Voice [IqNam Series]✅
RomanceIqbaal Dhiafakhri bisa mendengar suara hati orang lain tapi ... dia tidak bisa mendengar suara hati (Namakamu) Falsafa. Iqbaal juga bisa melihat makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Lalu secara kebetulan, dia bisa melihat arwah keka...