Sebanyak apa pun air mata (Namakamu) yang Iqbaal lihat agar Iqbaal mengikuti keinginan perempuan itu, tetap saja Iqbaal tidak akan bertindak gila. Dia masih waras. Iqbaal meninggalkan (Namakamu) di gazebo sendirian. Selama mengikuti SKS di kelas, pikirannya terus bercabang. Hingga saat dirinya tiba di parkiran kampus, Iqbaal masih sesekali berhenti untuk merenung. Memikirkan cara agar ... (Namakamu) bisa melepaskan Aldi-makhluk halus itu.
Biasanya Iqbaal akan mengabaikan makhluk halus yang dia lihat. Selama itu tidak mengganggu dan mengancam keselamatannya. Namun yang satu ini ... Iqbaal tidak bisa mengabaikannya. Ada satu nyawa yang dipertaruhkan. Nyawa yang dengan mudah menyerahkan diri agar bisa terhubung dengan makhluk itu. Ini benar-benar gila.
Iqbaal menaiki motor matic putihnya yang terparkir di tengah motor yang lain. Dia memasukkan kunci ke slot motor, memutar pada arah on, dan menstarter agar motor menyala. Iqbaal melakukan gerak mundur agar motor bisa keluar, namun belum sempat melakukan niatnya itu ... Bagas dan Gilang tiba-tiba datang menghadang jalannya.
"Wah wah ... cepat-cepat banget. Mau ke mana lo?" Bagas menarik tas gendong Iqbaal secara paksa menyebabkan tubuh Iqbaal sedikit tersentak ke belakang.
Iqbaal membuka kaca helmetnya. "Lo berdua ngapain?!"
Gilang terkekeh mendengar sahutan yang tidak nyaman dari Iqbaal. "Kita berdua mau bawa lo ke suatu tempat!"
"Udah ... jangan banyak omong. Turun lo!" Sekali tarik, Iqbaal dibuat berdiri oleh Bagas sementara Gilang langsung menyabet kunci motor Iqbaal lalu memasukkannya ke dalam saku celana.
"Woi! Kunci motor gue!" Iqbaal berusaha merebutnya namun kedua lengannya ditahan Bagas.
"Santai aja. Kunci motor lo aman sama kita." Bagas memutar kedua lengan Iqbaal ke belakang tubuh. Mirip seperti buronan yang tertangkap polisi.
Dua laki-laki yang sering mengganggu Iqbaal itu serta merta menggiring Iqbaal ke suatu tempat.
"Sebenarnya kalian mau bawa gue ke mana?!"
"Lo bakal tahu kalau udah sampai." Gilang yang memimpin jalan menjawab sambil menyeringai.
Iqbaal tidak bertanya lagi sampai langkahnya berhenti di gudang kampus. Iqbaal menatap ke sekeliling. Irisnya membola saat menemukan ... (Namakamu). (Namakamu) duduk berhadapan dengan Bastian. Telinganya disumpal earphone dan mata perempuan itu ditutup menggunakan slayer.
"(Nam)--"
"BERLUTUT!" Bagas menendang tulang kering Iqbaal.
"Ssh ...." Iqbaal langsung ambruk. Dia berlutut dengan kedua kaki yang saling menumpu.
Cahaya di gudang menjadi gelap begitu pintu di tutup dengan rapat oleh Gilang. Dalam kegelapan itu, mata Iqbaal bisa melihat bagaimana cara Bastian berjalan dengan pelan mendekat ke arahnya. Ke arah Iqbaal yang berlutut.
"Apa, sih hadiahnya? Gue boleh buka earphone dan penutup matanya sekarang?" (Namakamu) berbicara di kursinya.
Iqbaal mengerutkan kening, bingung. Hadiah? Kepalanya mendongak saat Gilang menunjukkan layar ponsel yang menyala menampilkan fotonya dan ... (Namakamu) di gezebo tadi siang.
"Itu--"
"Bukannya udah gue peringati?" Bastian setengah membungkuk di depan Iqbaal. "Lo, jangan muncul di depan cewek gue!"
"Bastian?" (Namakamu) bersuara lagi.
Mau tidak mau, Bastian menjauhkan dirinya dari Iqbaal. "Ikat tangannya."
"Oke." Bagas dengan sigap mengambil sebuah tali yang sudah disiapkan. Tangan Iqbaal diikat mati, selama Bagas dan Gilang mengikatnya Iqbaal tidak bergerak sama sekali. Seakan pasrah menerima perlakuan kasar itu dari teman-teman Bastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Voice [IqNam Series]✅
RomanceIqbaal Dhiafakhri bisa mendengar suara hati orang lain tapi ... dia tidak bisa mendengar suara hati (Namakamu) Falsafa. Iqbaal juga bisa melihat makhluk ghaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Lalu secara kebetulan, dia bisa melihat arwah keka...