15 - Pergi

206 31 6
                                    

(Namakamu) duduk tanpa banyak bicara di samping Mama. Di seberangnya ada Salsha dan Kak Sandra. Ditambah satu lagi, Bi Sum yang semenjak kemarin mengalami perawatan insentif kini lebih sehat berkat bantuan dokter kepercayaan Kak Sandra. Bi Sum sudah bisa beraktivitas dengan melakukan hal-hal sederhana. Seperti saat ini, semua hidangan yang tersaji di meja makan merupakan hasil olah tangan Bi Sum. Bi Sum kelihatan senang dan tulus saat menuang nasi di atas piring Kak Sandra, lalu di atas piring (Namakamu).

“Makasih Bi.” (Namakamu) tersenyum kecil.

Bi Sum mengangguk, berbicara lewat gerakkan mulutnya. Namun tidak ada suara sedikit pun yang terdengar.

(Namakamu) melirik Salsha.

“Bi Sum pasti bilang dia lebih berterima kasih sama lo dan semua orang di rumah ini,” sahut Salsha.

Mama (Namakamu) angkat bicara. “Sama-sama Bi. Bi Sum dan Salsha, boleh tinggal di rumah ini sampai keadaan membaik.”

(Namakamu) hafal kalau Mamanya yang supel ini terkadang baiknya melebihi Ibu peri. (Namakamu) mengambil wortel rebus dengan garfu, mengunyahnya perlahan.

“Iya Bi, Sha, ya hitung-hitung ramein rumah. Sandra bosen di rumah sama (Namakamu) terus.”

(Namakamu) berhenti mengunyah. Mendapati cengiran Kak Sandra yang terarah untuknya.

“Eh, jangan kita aja. Bibi juga makan sini.” Mama (Namakamu) beranjak untuk membawa Bi Sum ke tempat duduk.

“Bi Sum bilang, makasih Bu.” Salsha menatap Mama (Namakamu) seraya memberi piringnya ke arah Bi Sum.“Sekarang gantian, aku yang rawat Bibi.”

“Sama-sama. Jadi, Salsha dan (Namakamu) ini satu tempat kuliah?” tanya Mama (Namakamu).

“Iya. Tapi beda fakultas Tante.” Salsha melempar pandangannya pada (Namakamu) yang terlihat cuek mengunyah wortel rebus.

“Hm, gitu ... terus gimana kalian bisa saling kenal?”

“Lewat Iqbaal Tante.” Senyum Salsha terukir lebar. Ingat pada sosok yang semalam datang dan mengkhawatirkannya. Bahkan Iqbaal mengobatinya, sampai dia benar-benar tertidur.

“Iqbaal?” Mama (Namakamu) melirik anak keduanya. Saat itulah kunyahan (Namakamu) terhenti. “Soal Iqbaal, Mama lupa tanya sama kamu (Namakamu). Gimana sama anaknya Tante Rose itu? sesuai seperti yang Mama bilang, kan?”

(Namakamu) meringis. ‘Diskomunikasi antara aku dan Mama ketara banget ya, Ma. Ya ampun. Selama ini aku salah orang dengan menganggap Bastian adalah anak Tante Rike dan Tante Tyas adalah Tante Rike padahal mereka dua orang yang berbeda.’ Demi menyenangkan hati Mamanya, (Namakamu) hanya mengangguk kaku.

“Apa pendapat kamu?” Mama melempar pertanyaan berikutnya.

“Dia ... baik.” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut (Namakamu).

“Nggak Cuma baik, Iqbaal itu supel sama semua orang Tante,” sahut Salsha.

(Namakamu) terlihat tidak suka karena Salsha angkat bicara. Mood untuk makannya mendadak hilang.

“Kamu juga kenal sama dia?”

Salsha mangut-mangut. “Dia teman laki-laki yang paliiiing dekat sama Salsha Tante.”

(Namakamu) memicingkan matanya.

“Dia selalu ada. Kapan pun, Salsha butuh bantuan.”

Mama (Namakamu) terkekeh sumbang. “Oh hahaha, begitu ya. Jadi, Iqbaal dekatnya dengan Salsha?” lewat iris mata hitamnya, Mama mencuri pandang pada (Namakamu) yang memilih untuk memainkan garfu di atas piringnya. “Kalau ... sama kamu? gimana (Namakamu)?”

Scary Voice [IqNam Series]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang