PART 17|RENCANA

561 35 8
                                    

Happy reading...

"Tian, tunggu!!"

Vashka berlari mengejar Tian yang sudah sampai di samping motornya. Tian hanya menoleh dan memakai helmnya lalu menaiki motornya.

"Tian, bentar dulu. Lo mau ninggalin gue di sini? Tega banget sih sama istri sendiri," ucap Vashka dengan wajah yang di buat memelas.

"Ngapain kesini? Katanya mau jagain Raka. Udah sana, gue mau pulang," jawab Tian.

"Hehe, gue cuma bercanda. Gue naik ya?"

Saat akan naik, Tian tiba-tiba menjalankan motornya membuat Vashka terjatuh.

"Tian!! Tega banget sih lo!" Vashka bangun dan mengusap pantatnya yang terasa sakit.

"Cepetan naik, kalau nggak gue tinggal," ucap Tian.

"Iya bentar." Vashka naik dan memakai helm. Keduanya pun meninggalkan area parkiran rumah sakit.

Di perjalanan, Tian hanya diam dengan wajah di tekuk. Vashka yang melihatnya, berusaha menghiburnya.

"Tian, jangan marah dong. Kan tadi cuma bercanda." Tian hanya diam.

"Maaf deh udah ngomong gitu, gue juga minta maaf tadi udah marah-marah sama lo. Maafin ya?" lagi-lagi Tian hanya diam.

"Ihh, lo beneran marah? Jawab dong." Kini Vashka menggoyangkan pundak Tian.

"Diem."

Vashka sedikit tersentak. Dia pun menurunkan tangannya dan hanya berpegangan dengan ujung jaket Tian.

"Maaf, gue cuma gak mau lo marah," ucap Vashka.

Tian tidak mendengarnya dan terus menjalankan motornya.

...

Sesampainya di rumah mereka, Tian turun dan masuk tanpa menunggu Vashka.

"Tian, tungguin." Vashka berlari mengejar Tian yang sudah masuk.

Di dalam, Vashka melihat Tian masuk ke dapur. Di sana terlihat Tian sedang membuat sesuatu.

"Bikin apa?"

Tian tidak menjawabnya dan fokus mengaduk kopinya. Setelah selesai, dia pergi sambil membawanya.

"Kita lihat sampai kapan lo bisa diemin gue." Vashka kembali mengikuti Tian yang pergi ke kamar mereka.

Di dalam Tian sedang merebahkan tubuhnya sambil memainkan ponselnya. Vashka pun melepas jaket dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Beberapa saat kemudian, dia keluar hanya dengan kaos dan celana pendek di atas lutut. Tian sendiri masih fokus dengan ponselnya. Vashka pun kembali berusaha membujuk Tian dengan mencoba bersikap manja.

Dia mendekati Tian dan menyandarkan kepalanya di bahunya.

"Tian, lo masih marah?" Tian tidak menjawab.

"Tian, jawab dong jangan cuma diem aja. Gak enak tau di diemin kayak gini. Berasa gak ada yang nemenin," ucap Vashka sambil memainkan ujung lengan kaos Tian.

"Itu juga yang gue rasain kemarin," balas Tian membuat Vashka terdiam.

"Ya, kan gue udah minta maaf. Plis dong jangan marah, gue cuma bercanda aja tadi," ucap Vashka memindahkan kepalanya ke dada Tian.

Tian meliriknya sekilas. Dia lalu menyimpan ponselnya dan mengelus kepala Vashka yang ada di dadanya.

"Gue gak bisa sembunyiin rasa gak suka gue saat lo lebih perhatian ke cowok lain, meskipun itu sahabat gue sendiri," ucap Tian.

NavashkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang