PART 50|EKSEKUSI 2

132 13 0
                                    


Happy reading...

"Selamat tinggal, Navashka."

Dor...

Dor...

Dua tembakan memecahkan kaca jendela membuat Gino langsung menoleh. Vashka yang melihatnya langsung menyikut perutnya dan mendorong Gino. Dia berlari keluar dari ruangan itu lalu mencari pintu keluar.

"Mau kemana lo?! Lo gak bisa kabur!"

Brakk...

Pintu yang semula tertutup di buka paksa dari luar. Tian, Raka, Rudi dan seorang anggota polisi masuk ke dalam rumah –yang lebih cocok di sebut gubuk itu.

"Vashka."

"Tian!"

Baru satu langkah, Gino kembali menahannya dari belakang. Dia mengancam dengan mendekatkan ujung serpihan kayu ke leher Vashka.

"Jangan ada yang maju, atau dia bakalan mati."

Anggota polisi menodongkan pistol, sedangkan Tian, Raka dan Rudi hanya bisa diam. Vashka menoleh kearah Tian, yang seperti memberikan sebuah isyarat dengan tangannya. Vashka yang mengerti mengangguk kecil. Dia mengepalkan tangan kanannya dan dengan cepat menyikut kebelakang tepat di tulang rusuk Gino dan melepaskan diri dari jeratan tangan Gino.

"Sial!"

"Jangan bergerak!"

Gino berhenti, dia benar-benar terpojok sekarang. Dia menoleh ke sebelah kanan, ke sisi salah satu dinding kayu yang sudah lapuk. Dia lalu berlari dan menabrak dinding kayu itu sampai roboh dan dia berhasil keluar. Tian ikut berlari kearah dinding yang kini berlubang itu, dia melihat Gino yang berlari kearah hutan.

Dia lalu keluar melalui lubang itu dan mengejar Gino yang hampir menghilang dari pandangannya, di ikuti anggota polisi yang juga keluar dari lubang itu. Sedangkan di dalam gubuk, Raka menenangkan Vashka yang masih bergetar hebat. Dia dan Rudi membawanya keluar karena tempat itu terlihat sudah sangat rapuh, di tambah lubang besar yang baru terbentuk.

Kembali pada Tian. Dia terus mengejar Gino yang semakin masuk ke dalam hutan. Beberapa kali dia tersandung akar pohon dan hampir kehilangan jejak. Setelah sekitar lima belas menit berlari, dia akhirnya tetap kehilangan Gino. Tian menumpukan kedua tangannya di atas lutut sambil terengah. Dia menoleh kesana-kemari untuk mencari jejak Gino.

Samar-samar, dia mendengar sesuatu di sekitarnya. Tian menegakkan tubuhnya dan mengambil posisi kuda-kuda. Sedetik kemudian, sesuatu melesat dari arah kiri. Tian merunduk, namun itu tidak membuatnya selamat karena lagi-lagi sesuatu terlempar kearahnya dan mengenai pundaknya.

"Keluar lo! Hadapi gue kalau berani!" Tian berteriak sambil memegangi pundaknya yang sedikit berdarah.

Dari semak-semak, Gino muncul sambil membawa batang kayu di tangannya. Dia memutar-mutar kayu itu sambil tersenyum kearah Tian –mengejeknya.

Tian kembali berdiri tegak. "Jadi ini, orang yang sudah bunuh Rafael?"

Gino tertawa. "Gue gak bunuh dia, tapi dia sendiri yang mau mati. Dia datangi gue karena mau balas dendam, gara-gara pacar sialannya itu mati. Jadi, gue kabulin aja permintaan dia buat ketemu lagi sama cewek itu," jawab Gino seolah bukan dia yang bersalah.

Sudah tersulut emosi, Tian maju dan langsung menendang Gino sampai terjatuh. Gino langsung berdiri dan mengayunkan kayu di tangannya kearah Tian. Tian menunduk, berpindah ke belakangnya dan mencekiknya dengan siku sambil menahan tangan Gino yang memegang kayu. Tidak memberikan kesempatan melawan, Tian langsung menghimpitnya di salah satu pohon dan menekan kepala Gino di batangnya.

NavashkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang