PART 45|TITIK TERANG

261 21 0
                                    


Happy reading...

Keesokan harinya, Aurel langsung mendatangi Vashka ke kelasnya saat jam istirahat. Sudah cukup dia diam dengan permasalahan Kakaknya. Tapi sekarang, dia tidak bisa diam lagi. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya marah pada Kakak iparnya itu.

Memasuki kelas, dia langsung mendekati Vashka yang sedang membaca.

"Kak."

"Vashka menoleh. "Dek, ada apa kesini?" tanya Vashka.

"Aku mau bicara sama Kakak, tapi gak di sini," ucap Aurel.

Vashka menutup bukunya dan mengikuti Aurel. Sesampainya di taman belakang, Aurel langsung menunjukkan foto yang dia ambil kemarin.

"Kamu, ada di sana?" tanya Vashka terkejut.

"Bukan cuma aku, Kak Tian juga ada. Cuma Kak Tian diam aja liat kalian berduaan di sana," jawab Aurel.

"Kenapa, Kak? Kakak udah gak cinta sama Kak Tian? Apa cuma gara-gara dia yang nyebut nama perempuan lain pas bangun kemarin?" tanya Aurel.

"Kamu gak usah ikut campur. Ini masalah Kakak, kamu gak perlu tau," jawab Vashka yang berniat meninggalkan Aurel.

"Aku bisa aja kasih tau Tante Sofia soal ini."

Vashka berhenti dan menoleh ke belakang.

"Maksud kamu?"

"Kakak gak mikirin perasaan Kak Tian kemarin? Niat dia itu cuma mau lupain masalah dia sama Kakak. Tapi dengan kejadian kemarin, dia bahkan gak ngomong sampai sekarang. Aku memang gak tau akar masalah kalian, tapi Kakak harusnya ingat kalau Kakak masih punya suami dan status Kakak masih seorang istri," ucap Aurel membuat Vashka terdiam.

"Terserah Kakak mau bilang aku sok dewasa atau apa, tapi aku ngelakuin ini supaya kalian bisa kembali kayak dulu." Setelah itu itu, Aurel meninggalkan Vashka sendirian.

Vashka masih diam dan mencerna kata-kata adik iparnya itu. Meskipun dia sendiri tahu ini salah, tapi entah kenapa hatinya menolak untuk sadar. Dia lalu pergi dari sana dan berusaha untuk tidak memikirkan perkataan Aurel tadi.

Di sisi lain, Rafael berjalan menuju salah satu ruangan kelas 11. Dia menengok ke dalam. "Ada Sinta gak?" tanya Rafael.

"Kenapa, Kak?" Sinta yang di panggil berdiri.

"Kesini bentar, gue mau ngomong." Rafael keluar di ikuti Sinta.

Dia membawa adik kelasnya itu ke lorong yang agak sepi. Sinta yang merasa gelisah langsung bertanya.

"Kenapa harus di sini?" tanyanya.

Rafael menengok ke sana-sini memastikan tak ada seorangpun yang mendengar percakapan mereka.

"Jawab jujur, lo tau kan siapa yang pelaku pembunuhan Riska?"

Sinta seketika mematung. "Apa maksudnya? Gue gak tau." Terlihat jika dia menjawab dengan sangat gugup.

Rafael lalu mengunci pergerakannya dengan menghimpitnya di tembok. Dia menatap lurus ke mata lawan bicaranya.

"Gak usah pura-pura, gue udah selidiki ini sejak awal kasus itu. Dan dari semua gue temuin, ada beberapa bukti yang mengarah sama lo. Jadi tolong jawab sejujur-jujurnya, siapa orangnya?"

Sinta semakin gemetar. Dia memang ingin membongkar semua kebusukan orang itu. Tapi dia sendiri takut karena nyawanya adalah taruhannya.

Dia menghela nafas. "Tapi lo harus janji, kalau gue bakalan selamat habis ini," ucap Sinta.

"Lo gak usah takut. Orang-orang di belakang gue semuanya terpercaya," jawab Rafael.

Dia lalu sedikit menjauh untuk memberikan Sinta ruang.

"Siapa?"

"Dia..."

Rafael menunggu.

"Gino."

...

"Kak, udah dong jangan diem terus." Aurel terus membujuk Tian yang hanya diam dengan tatapan yang lurus kedepan.

"Aku tadi udah ngomong sama Kak Vashka, aku juga udah ngancam dia bakal kasih tau yang kemarin itu ke Tante Sofia," ucap Aurel.

Tian menoleh. "Maksud kamu?"

Aurel sedikit tertawa melihat reaksi Kakaknya. "Ini, aku ambil foto ini buat barang bukti. Kalau kapan-kapan ada sesuatu jadi–"

Tian merebut ponsel adiknya lalu menghapus foto itu. Aurel yang melihatnya melongo.

"Kok di hapus sih?! Itu kan penting," ucap Aurel.

"Kamu gak usah ikut-ikutan sama masalah ini. Dan jangan sekali-kali kamu ngadu soal kemarin, paham?" Tian meninggalkan Aurel setelah mengatakan itu.

"Dia kenapa sih? Perasaan niat gue baik deh."

Tian sampai di kelasnya. Di sana, dia melihat Rafael yang duduk terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.

Tian menepuk pundak Rafael. "Ngapain lo? Kayak yang banyak pikiran aja," ucap Tian lalu duduk di sampingnya.

"Nggak, dari mana?" tanya Rafael balik.

"Aurel ngajak ketemu," jawab Tian.

"Emang ada apa?"

"Kemarin, gue liat Vashka jalan sama cowok lain. Aurel juga liat, terus dia foto dan bilang bakal ngaduin itu sama orang tua dia. Tapi gue larang," jawab Tian.

"Cowok lain? Siapa?"

"Gino."

Rafael melotot kaget. "Apa?!"

"Kenapa lo?"

"Enggak, kok bisa sih? Bukannya lo ngasih waktu seminggu ya?" tanya Rafael.

"Iya, tapi gue udah gak peduli. Biarin aja dia sama yang lain," ucap Tian pasrah.

"Ya jangan gitu. Hubungan kalian itu udah lebih dari serius. Meskipun bukan kemauan kalian buat nikah, tapi lo gak bisa gitu aja biarin dia," ucap Rafael. "Pokoknya, lo gak boleh nyerah. Gue sama yang lain bakal bantuin lo, oke?"

Tian tersenyum kecil. "Terserah lo aja."

Tbc...

Buat yang bingung, Rafael selama ini kerja di belakang layar. Karena beberapa part sebelumnya berfokus pada permasalahan Tian dan Vashka, jadi peran Rafael dkk hanya ada di balik layar.

Maaf kalau alurnya sedikit simpang-siur dan terkesan tidak konsisten, tapi di sini author berusaha se-realistis mungkin. Jadi, tidak hanya berfokus pada masalah karakter utamanya, tapi karakter sampingannya juga dapat porsi yang lebih dari sekedar pemanis cerita.

Jangan lupa vote dan comment...

See you next time...

NavashkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang