PART 47|DI CULIK

147 10 0
                                    


Happy reading...

Setelah pertemuannya tadi, Tian langsung kembali ke rumahnya. Belum sempat membuka pintu, ponselnya berbunyi.

"Halo?"

"Yan, lo dimana?" Tanya Dina.

"Gue baru sampai rumah, kenapa?"

"Rafael, dia masuk rumah sakit."

Tian terdiam sebentar. "Rumah sakit mana? Gue kesana sekarang."

Setelah mendapatkan alamatnya, Tian langsung pergi.

Sesampainya di sana, dia melihat teman-temannya yang duduk diam. Raka yang menatap kosong kearah tembok di depannya, Dina yang seperti habis menangis, dan Rudi yang menatap cemas pada keduanya.

"Ini ada apa?" Tanya Tian.

Semuanya menoleh, namun tidak ada yang memberi jawaban.

"Lo semua kenapa sih? Pada diam gitu?" Tian menoleh kearah Rudi.

"Mereka kenapa?" Tanyanya.

"Sebelumnya, gue minta lo tenang dulu ya?"

"Emang kenapa?"

"Udah, pokoknya lo harus tenang dulu, oke?" Tian mengangguk sebagai jawaban.

"Rafael, meninggal."

Tidak ada jawaban. Tian maju mendekati Rudi.

"Apa lo bilang?" Dia mencengkeram kerah baju Rudi dan menahannya di tembok.

"Lo jangan asal ngomong, apalagi menyangkut sahabat gue. Jawab yang jujur, ini ada apa?" Tanya Tian menatap lurus kearah mata Rudi.

"Yan, serius. Gue gak mungkin bercanda soal ini, Rafael udah–"

"Diam!!" Saat akan memukulkannya, tangannya di tahan seseorang– Raka.

"Lepasin, Ka. Gue mau hajar tukang bohong ini," ucap Tian.

"Lo yang lepasin dia, dia gak bohong," jawab Raka.

"Maksud lo, Rafael?" Raka mengangguk.

Perlahan, Tian melepaskan tangannya dari kerah baju Rudi. Tatapannya melunak, dia menoleh kearah Raka.

"Kenapa? Dia kenapa?" Tanya Tian.

"Gue gak tau, gue kesini pas dia udah di tangani Dokter," jawab Raka.

"Lo, lo pasti yang temuin dia. Gimana kejadiannya?" Tanya Tian pada Rudi.

"Gue juga gak tau persis, gue udah nemuin dia dalam keadaan luka parah," jawab Rudi.

Saat itu, Rudi sedang berjalan-jalan santai. Sampai seseorang tidak sengaja menabraknya. Dia tidak sempat melihat wajah orang itu, karena dia langsung meninggalkan Rudi. Saat melewati gang, matanya tidak sengaja melihat seseorang yang terbaring di dekat tembok.

"Pas gue samperin, itu ternyata Rafael. Gue gak tau udah berapa lama dia ada di sana. Yang pasti, dokter tadi bilang dia udah kehilangan banyak darah dan gak bisa di tolong." Rudi menunduk setelah menyelesaikan ceritanya.

"Mana Nia?" Tian baru sadar gadis itu tidak ada di sini.

"Nia pingsan pas denger kabar ini," jawab Dina.

Tian mengangguk. Dia lalu berjalan kearah kamar Rafael di rawat tadi. Dari luar dia melihat sahabatnya itu sedang di tangani para suster yang sedang melepaskan segala alat yang sebelumnya di gunakan untuk membantu menyelamatkan Rafael.

Tian kembali menyeka air matanya yang hampir keluar. Dia benar-benar tidak percaya dengan semua yang terjadi hari ini.

...

NavashkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang