PART 38|JAWABAN

163 15 0
                                    


Happy reading...

Vashka masih menangis sesenggukan di pelukan Bundanya. Setelah pertengkarannya tadi, Risa langsung membawa Vashka ke rumah orang tuanya. Sofia terus mengusap rambut putrinya yang masih menangis di pelukannya sambil sesekali mencium kepalanya.

"Sofia, aku minta maaf atas perbuatan Tian. Aku yang nyuruh mereka buat bicara berdua. Seandainya aku ada di sana, mungkin ini gak akan kejadian," ucap Risa.

"Gapapa, ini masalah rumah tangga mereka. Sudah seharusnya mereka yang menyelesaikan semuanya sendiri," jawab Sofia.

"Sayang, kamu istirahat di kamar ya? Sekarang kamu nginap dulu di sini," ucap Sofia pada Vashka.

"Iya, Bun." Vashka lalu pergi ke kamarnya.

Setelah Vashka masuk, Risa meminta Sofia untuk duduk di sampingnya.

"Tadi aku dengar sekilas, Vashka bilang dia gak tau alasan sebenarnya perjodohan ini. Kamu belum kasih tau dia?" tanya Risa.

"Aku gak mau dia kecewa. Suatu saat pasti aku kasih tau semuanya," jawab Sofia. "Lagian, orang itu sudah pergi jauh kan? Dan anak mereka juga udah gak ada di sini lagi."

"Oh ya, nama anaknya siapa?" tanya Risa.

"Namanya–"

Suara panggilan telepon mengalihkan keduanya. Risa berdiri dan berjalan kearah dapur.

"Halo, nak? Kenapa?"

"Ma, Mama lagi dimana?" tanya Aurel di sebrang sana.

"Mama lagi di rumah orang tuanya Vashka. Ada apa?"

"Ini rumah kok di kunci? Terus kunci cadangan juga gak ada."

"Loh, Kakak kamu gak ada?

"Gak ada, Ma."

"Ya udah, Mama pulang sekarang ya?"

Risa lalu menghampiri Sofia. "Fi, maaf ya aku harus pulang sekarang. Di rumah gak ada siapa-siapa," ucapnya.

"Gapapa, hati-hati ya?"

Setelah Risa pergi, Sofia pergi menemui Vashka.

"Nak, Bunda boleh masuk?" terdengar sahutan kecil dari dalam.

Sofia membuka pintu kamar putrinya dan menghampiri Vashka yang sedang duduk di atas kasur.

"Vashka."

Vashka menoleh dan kembali memeluk Sofia. "Bun, aku punya pertanyaan."

"Pertanyaan apa?"

Vashka melepaskan pelukannya lalu menatap Sofia.

"Apa sebenarnya alasan Bunda membuat perjodohan ini?"

...

Tian duduk sambil memejamkan matanya. Sesekali dia melempar batu kecil ke danau di depannya. Perasannya bimbang. Dia tidak tahu apakah harus meminta maaf atau menunggu Vashka minta maaf padanya. Sebuah sensasi dingin menyentuh pipinya, membuatnya langsung menjauh.

"Ngapain lo di sini?" tanya Tian.

Seseorang tadi duduk di samping Tian dan memberikan botol minuman yang dia bawa.

"Gue denger dari Raka sama Rafael, katanya lo lagi berantem ya?" tanya gadis itu.

Tian hanya diam dan mengambil minuman yang di berikan gadis itu.

"Gue bingung," ucap Tian.

"Bingung kenapa?"

"Gue marah, sekaligus merasa bersalah. Gue marah karena dia udah hancurin sesuatu yang berharga buat gue. Dan gue merasa bersalah karena udah keterlaluan sama dia." Tian meneguk kembali minumannya. "Sekarang gue gak tau, harus minta maaf duluan atau nunggu dia minta maaf."

NavashkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang