EMPAT BELAS

13.5K 1.8K 179
                                    

𝗧𝗛𝗘 𝗛𝗘𝗜𝗥𝗦

𝗧𝗛𝗘 𝗛𝗘𝗜𝗥𝗦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CW//BXB, MATURE.

About Cr: Semua media yang ada berasal dari Pinterest, Twitter, Google, dan YouTube. Sebisa mungkin aku akan mencantumkan nama artist di balik karya yang digunakan dalam book ini.

Jika ada kesalahan kepenulisan atau salah pengejaan tolong ditandai dengan komentar ya bestie. Aakan aku perbaiki, secara bertahap.



_Selamat membaca_




Hari ini Ala harus pergi ke daerah Karawang untuk bertemu langsung dengan orang dari pabrik tempat produksi. Selama perjalanan, mood pria itu sudah benar-benar hilang. Raiden yang duduk di sampingnya, bahkan bisa merasakan aura negatif yang dipancarkan oleh saudara sepupunya itu. Mau bagaimana pun, mengerjakan pekerjaan di kantor jauh lebih baik, daripada pergi ke lapangan, ia tak sanggup membayangkan harus berpanas-panasan di cuaca yang memang sudah cukup panas.

Ketika mobil mereka sampai, Ala turun, kemudian pandangannya tertuju pada mobil lain yang juga terparkir di sana, jelas sekali kalau mobil itu sangat familiar. Tapi karena merasa tak mungkin apa yang ia pikirkan akan terjadi, Ala langsung berjalan masuk ke area pabrik. Di sana, mereka disambut oleh salah satu pria yang merupakan sekertaris, kemudian diarahkan masuk ke satu ruangan.

Lagi-lagi ia terdiam, semesta seolah sedang mencoba bermain-main dengannya. Ala melihat ke depan, manik matanya bertemu pandang dengan sosok pria yang kini tengah duduk dengan nyaman di sofa ruangan itu. Tak jauh beda dengan Ala, Raiden pun nampak sangat bingung, pasalnya ia melihat pemimpin baru Hartono, alias Julian Hartono sedang berada di sana. Hal itu benar-benar diluar dugaan.

"Ngapain lo di sini?"

Belum sempat pertanyaan dari Raiden terjawab, salah satu pria yang usianya sekitar 40-an memasuki ruangan bersama dua orang lain. Wajahnya sangat sumringah menyambut dua pemilik perusahaan besar. Ala sudah hafal siapa pria itu, beliau merupakan pemilik pabrik produksi, Ala sempat bertemu dengan beliau ketika mengunjungi pabrik bersama Papi Agung beberapa tahun lalu.

"Semuanya sudah datang, silahkan duduk." ia mempersilahkan.

Akhirnya mereka semua duduk di sofa yang ada dalam ruangan, Ala duduk bersebelahan dengan Raiden, sedangkan Ian dan sekretarisnya ada di seberang sofa, alias posisinya berhadapan. Sesekali Ian nampak memperhatikan Ala dan Ala sadar dengan hal itu.

"Jadi maksud dan tujuan saya mengundang Bapak Hartono dan Bapak Pangestu adalah untuk meminta penjabaran dengan jelas bagaimana produk yang akan diproduksi di pabrik kami."

The Heirs [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang