The Heirs [END]

EMPAT PULUH TIGA

𝗧𝗛𝗘 𝗛𝗘𝗜𝗥𝗦

CW//BXB, MATURE 18+, M-PREG (Mungkin).

About Cr: Semua media yang ada berasal dari Pinterest, Twitter, Google, dan YouTube. Sebisa mungkin aku akan mencantumkan nama artist di balik karya yang digunakan dalam book ini.

Jika ada kesalahan kepenulisan atau salah pengejaan tolong ditandai dengan komentar ya bestie. Aakan aku perbaiki, secara bertahap.

_Selamat membaca_

"Lo mau diem aja?" tanya Ala memastikan, setelah ia mengatakan pada Raiden soal apa yang Harsa bicarakan padanya, Raiden langsung diam seketika. Pria itu memilih berkutat dengan laptopnya.

"Terus mau gimana, kalo dia percaya sama gue, harusnya dari awal dia ga curiga ke gue dong? sekarang kalo udah gini, mau dijelasin gimana juga, tetep aja ga akan percaya."

Ala tak berkomentar lagi, ia memilih menghargai keputusan Raiden untuk tetap diam. Kalau misalkan kalian tanya bagaimana pendapat Ala soal masalah ini, jelas untuk saat ini, Ala percaya pada Raiden, ia merasa tak mungkin Raiden melakukan hal itu, apalagi  Rai adalah orang yang sangat diandalkan soal urusan Tio.

Saat diskusi soal pekerjaan selsai, Ala dan Raiden berpisah di parkiran cafe karena mereka membawa mobil masing-masing. Tepat sebelum Ala masuk ke dalam mobilnya, Raiden menahan. Pria itu diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mulai bicara.

"Ala, lo percaya sama gue?" tanyanya tiba-tiba.

Walaupun terkesan cuek dan kuat, Ala tahu betul kalau Raiden juga punya sisi lemahnya.

"Gue percaya sama lo. Gue kenal lo bukan cuma sehari dua hari Rai, kita udah barengan dari kecil. Gue tahu saudara gue ga mungkin ngelakuin itu."

"Gue cuma. . ." kalimatnya tertahan, ia mengambil nafas dalam, "Situasinya pas banget ngarah ke gue, dan gue ga punya bukti apapun buat ngelak."

"Selama lo bener, ga usah khawatir, tenang aja okay?"

"Thanks Ala."

Begitu benar-benar berpamitan, Ala langsung melesat pergi. Seperti biasa, jalanan kota selalu macet. Di tengah kemacetan itu, pandangannya tertuju pada sebuah Club yang sudah lama tak ia sambangi. Sejujurnya agak gila memang, seorang Naskala Tunggal Pangestu si penggila pesta, sudah lama tak datang ke Club. 

Mungkin sejak menemukan Ian sebagai kekasihnya, Ala sadar kalau ia lebih suka beristirahat sembari memeluk Ian di ranjang mereka, atau kelelahan saat bercinta, bukannya meliukan tubuh di antara lautan manusia, dan suara musik yang keras. Tapi untuk malam ini, otaknya tiba-tiba memerintahkan untuk mampir ke tempat itu barang sebentar, sejenak mengenang masa lalu, mungkin.