The Only Person | Part 04

710 164 36
                                    

Bab 4 : Bukan dirinya yang menekan hatinya, tapi hatinya sendiri yang menekannya.

----
----

Suara klason yang sangat keras dari depan, samping dan belakang sangat bising seperti suara musik hip-hop di bar, begitu mengganggu dan membuat Sooji pusing dan kesal.

Dia segera menepikan mobilnya di pinggir jalan, mengabaikan teriakan kekesalan dari beberapa pengemudi yang lewat.

Sooji menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara teratur, emosi yang bergejolak dalam hatinya membuat otak dan paru-parunya sakit. Dia bisa saja mengabaikannya, tapi menanggungnya begitu lama hanya akan membuatnya gila.

Apakah cinta yang dimilikinya ini terlalu memalukan? Dia sudah menghancurkan perasaannya sendiri beberapa kali, berusaha menahan diri untuk menekan perasaan bersemi itu, dan memberi hukuman pada dirinya sendiri agar sadar bahwa pria yang disukainya telah menjadi milik orang lain.

Dia telah berusaha sebaik mungkin agar tidak mendekat dan membakar harapannya tanpa meninggalkan jejak. Dia telah berusaha keras, hanya saja, dia kalah.

Faktanya, bukan dirinya yang menekan hatinya, tapi hatinya sendiri yang menekannya.

Dari awal hingga hari ini, dia sudah melakukan banyak hal tapi hatinya terus membuatnya mundur dan memaksanya untuk tetap tinggal di tempatnya.

Terus menunggu, terus menunggu, sampai dia benar-benar gila. Tidak tahu cara membedakan kenyataan dan khayalan, terus berharap seperti itu tanpa berhenti.

Sooji mengenduskan tawa, semakin lama semakin terdengar menyedihkan dan dia menyerah, menumpahkan semua rasa sakitnya melalui tangis yang tertahan.

"Kau bodoh, Sooji. Sangat bodoh!" maki Sooji pada diri sendiri, menyembunyikan wajahnya di bawah lekukan tangannya yang terlipat di atas setir mobil.

Suara tangis yang tertahan membuat tenggorokannya sakit, hidungnya masam dan panas, matanya berat dan basah, dan paru-parunya terasa terhimpit benda besar hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dia harus memukul dadanya yang terasa nyeri beberapa kali, berusaha meredakan sakit yang menyiksanya.

"Hahaha. Jangan cemberut. Aku tidak akan pernah berubah untukmu. Aku akan selalu mengingatkanmu banyak hal seperti sebelumnya. Kau bisa datang padaku jika kau memiliki kesulitan atau bepergian ke mana pun kau inginkan. Yakinlah, kau masih bisa mengandalkanku, apa pun itu."

Tiba-tiba saja lintasan kenangan suara Myungsoo terdengar. Setelah pengakuan Myungsoo pada Soojung, dia mengatakan banyak hal dan Sooji merasa kehilangan. Tapi Myungsoo memberinya jaminan bahwa dia tidak akan berubah dan bahkan menenangkannya dengan memberinya pelukan hangat.

Sooji tidak bisa menahannya dan akhirnya mengendurkan belenggu dalam hatinya, melepaskan suara tangisannya dengan kencang tanpa peduli reaksi orang yang bisa saja mendengarnya dari luar.

Tangisnya semakin kencang ketika dia tidak menyembunyikan wajahnya dan duduk bersandar di kursi pengemudi. Melampiaskan semua rasa sakitnya melalui tangisan kencang.

Kim Myungsoo, tolong aku. Ini sangat menyakitkan, aku tidak bisa menanggungnya. Aku tidak menyukai perasaan sesak ini, aku membencinya. Myungsoo, tolong aku, aku kesakitan.

Soojung memang benar, semua orang memang benar. Hanya dia yang salah. Orang lain sering mengingatkannya tentang posisinya yang tidak aman, antara atas, seimbang, atau jatuh ke bawah.

Jika Myungsoo memberinya perhatian sekecil apa pun itu hatinya akan tersentuh, seolah dia terbang bebas dan menembus awan. Kadang kala, perasaan itu juga membuatnya takut dan tidak terkendali ingin memiliki. Tapi pada akhirnya dia harus menyadari bahwa bahkan jika dia ingin memiliki, ekspetasi telah mengatakan kepada dirinya bahwa dia tidak memiliki harapan sama sekali.

The Only Person [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang