Enam tahun menjalin hubungan romantis, satu setengah tahun berumah tangga, pada akhirnya Soojung harus melepaskan.
Cinta yang dia pikir akan sama indahnya bunga matahari nyatanya harus semengerikan lumpur. Bertahun-tahun mempertahankan cinta yang dia yakini, pada akhirnya semuanya surut tanpa sisa.
Soojung tersenyum sedih, matanya yang berembun menatap penuh penyesalan pada bayi yang sedang bermain sendirian. Bayi itu tidak memiliki senyum, wajahnya cemberut, pipinya yang gemuk mengembung dengan bibir mengerucut, tangan pendeknya yang kecil meremas mainan itu, sesekali memukul ke karpet lembut.
“Woojin-ah, tidak masalah jika ayahmu membenciku, tapi kau tidak boleh membenci Ibu.”
Bayi itu tidak menjawab tetapi dia menoleh ketika mendengar suara. Dia akhirnya tersenyum dan memperlihatkan mainan itu pada Soojung dengan senang.
Soojung tidak memiliki apa-apa lagi untuk dikatakan. Setelah dia mengintruksi asisten rumah tangga untuk menjaga Woojin, dia akhirnya pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.
Ini telah menjadi hari perpisahan mereka.
••
Beberapa hari yang lalu, Soojung telah memperhatikan keadaan Myungsoo yang salah tetapi dia tidak mengatakan banyak hal selain mengingatkannya untuk istirahat.
Kim Myungsoo, seperti biasanya, tidak pernah tidak mematuhinya. Dia istirahat dengan baik namun masih jatuh sakit.
Kali ini, setelah Soojung diberi tahu bahwa Myungsoo pingsan saat rapat dan sekarang dirawat di rumah sakit, Soojung akhirnya memutuskan untuk berhenti dan membiarkan takdir itu mengambil jalannya.
Saat dia tiba di depan kamar inap Myungsoo, tangannya yang hendak mengetuk seketika membeku di udara.
“Kim Myungsoo, mengapa kau mendorong dirimu seperti ini? Apa gunanya?” Itu adalah suara Sungyeol yang terasa berat di pendengaran Soojung.
“Ini hanya penyakit biasa. Tidak perlu begitu serius,” balas Myungsoo santai.
Sungyeol menatap pria itu tidak percaya lalu melemparkan laporan medis yang tidak seharusnya dia perlihatkan pada pasien begitu saja.
“Kau perhatikan dan katakan itu lagi setelah membacanya! Biarkan aku mendengar apa yang akan kau katakan setelah itu.”
Myungsoo juga tahu bahwa sebenarnya itu bukanlah penyakit biasa, tetapi tidak begitu serius sehingga tidak harus dirawat selama bertahun-tahun. Dia tidak mengambil laporan itu tetapi memejamkan mata.
Tubuhnya sangat lemah dan tidak memiliki energi, bahkan mengangkat jari pun seolah sulit.
“Myungsoo, seberapa rendah kau melihat nyawamu sendiri?”
Myungsoo merasa terusik dan segera menatap Sungyeol. “Aku sangat menghargai hidupku.”
“Lalu mengapa kau menolak operasi? Kau tahu, jika kau membiarkan penyakitmu itu sekarang, tidak ada hal baik akan terjadi di masa depan. Bukan hanya kau semakin menderita, kau akan sangat menyesal. Myungsoo-ya, pikirkan Woojin yang masih kecil, pikirkan Soojung yang telah bersamamu bertahun-tahun, pikirkan Sooji yang—” Sungyeol langsung menghentikan kalimatnya setelah menyebut nama Sooji.
“Bae Sooji?” Myungsoo mendenguskan nama itu, ekspresi sedih dan senyum di bibir tipisnya lebih menyedihkan.
Sungyeol menghela napas, menggelengkan kepala dengan pelan dan akhirnya memilih untuk memberi kata-kata lunak pada sahabatnya. “Aku tahu, walaupun kau tidak mengatakannya secara langsung, kau kecewa padanya. Tapi Myungsoo, tidak ada yang bisa tinggal begitu lama dalam hidupmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Person [COMPLETED]
FanficSeries Story : Strong Girl #2 Highest Rank #1 myungzy (130223) "Kim Myungsoo, aku tidak akan bertanya tentang seperti apa perasaan dalam hatimu, hanya saja ... pernahkah terlintas di pikiranmu--secara tidak sengaja atau sekilas--bagaimana jika aku j...