The Only Person | Part 12

615 116 13
                                    

Bab 12 : Kalimat itu menusuk dan seperti garam yang menaburi lukanya yang berdarah. Sooji kehilangan kalimatnya dalam lidah. Tampaknya, ini bom bunuh diri yang sebenarnya.

----
----

Hari ketiga setelah Sooji tiba di Seoul, Ma Ri segera mendesaknya untuk keluar menikmati angin di sore hari. Sangat langka seorang akrtis terkenal memiliki waktu luang, jadi Ma Ri tidak ingin menyia-nyiakan waktu berkumpul bersama Sooji lagi seperti di usia muda mereka.

Ma Ri telah begitu bersemangat menjemput teman lama, sayangnya si teman lama ini menjadi kempes setelah melihatnya.

“Mengapa kau begitu layu seperti tidak disiram air selama beberapa hari?”

Sooji menghela napas. “Aku tidak berminat. Kau sendiri yang ingin pergi, kapan aku setuju?”

Ma Ri mengerucutkan bibir tidak senang. “Kau harus ikut. Jika kau sangat takut bertemu dengannya, mengapa kau kembali? Bukankah lebih baik bersembunyi selamanya?!”

Sooji langsung terdiam dan menunduk tidak berdaya. Dia juga ingin bersembunyi tetapi apa yang akan terjadi nanti? Pada akhirnya rasa bersalah dan tertekan memikirkan Myungsoo menggerogoti seluruh hatinya.

Ma Ri juga tidak bisa membantu untuk meluruskan suasana dua orang ini. Sooji menolak dan Myungsoo tidak mau bergerak, membuatnya sangat jengkel setiap kali memikirkannya.

“Sudah terlambat meratapi semua sekarang. Karena kau telah kembali dan aku menemukanmu, jangan harap kau terhindar dari masalah yang kau takutkan. Seharusnya kau sudah lama memperkirakan tentang ini, saat kau kembali, kau akan menemui hal seperti ini. Itu tidak bisa lagi dihindarkan seberapa banyak pun kau berusaha.”

“Aku hanya belum mengumpulkan semuanya. Aku masih gugup,” kata Sooji.

“Maka kumpulkan itu apa pun yang ingin kau kumpulkan, itu bukan urusanku! Nah, sekarang cepat bersiap-siap dan keluar untuk berpesta. Jika kau khawatir tentang Soojin, biarkan dia ikut,” ujar Ma Ri tidak peduli.

Sooji menatap sahabatnya. “Dia masih di bawah umur.”

Ma Ri membalasnya dengan tatapan bingung yang menyebalkan. “Siapa juga yang menganggap dia adalah pria dewasa? Bukankah putramu mendambakan Seoul selama ini? Aku akan mengajaknya mengunjungi restoran untuk mencicipi kuliner.”

Sooji tidak bisa membantah ini dan akhirnya pasrah. Beberapa puluhan menit kemudian, Xiao Yu'an datang mencarinya dengan ekspresi penuh keluhan dan kesedihan di wajah menggemaskannya.

“Nak, ada apa?” tanya Sooji khawatir.

“Ibu, apakah kau tahu kartu telepon yang Woojin berikan padaku sebelumnya? Aku menyimpannya dalam tasku tapi saat ingin mengambilnya, itu sudah tidak ada.”

Sooji tertegun. Saat itu, dia mengambil dari tangan Xiao Yu'an dan menolak kembali ke Seoul, tetapi Xiao Yu'an mengambilnya kembali saat dia secara tidak sengaja menyembunyikannya.

Awalnya dia ingin membuangnya tetapi itu kembali ke tangan putranya dan tidak tahu di mana orang itu menyimpannya. Kemudian, sekali lagi dia menemukan kartu nama itu dan akhirnya membuangnya. Siapa yang tahu, Xiao Yu'an sebenarnya bersikeras ingin bertemu Woojin setelah datang ke Seoul.

Sooji merasa bersalah dalam hatinya dan berdeham. “Aku tidak melihatnya. Bukankah kau yang mengambilnya terakhir kali? Di mana kau menyimpannya terakhir kali, coba diingat kembali.”

“Aku sudah membongkar semua koper dan tas tapi aku tidak menemukannya. Ibu, apakah kau menyembunyikannya?”

Sooji terkejut. “Mengapa Ibu harus menyembunyikannya?”

The Only Person [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang