Bab 9

2.5K 394 21
                                    

"Kau akan baik-baik saja."

Terkejut? Sudah pasti. Namun Hinata tidak bisa mencegah jemari Gaara yang seperti enggan beranjak dari wajahnya. Jemari itu terus menyeka airmata yang sepertinya pun enggan berhenti mengalir dari matanya.

Rasanya ... nyaman.

"Mm."

Hinata mengerjap gelisah, menyadari dirinya sempat larut karena sentuhan Gaara. 

"Gaara, kau di sini?"

Masuknya Temari, membuat wajah Hinata terbebas dari jemari panjang milik Gaara. Sementara Hinata menemukan dirinya tidak suka saat sentuhan itu berakhir seketika.

Gaara berbalik, melihat Temari yang sedang menghampirinya. Namun perhatian Temari malah teralihkan pada Hinata yang telah membuka matanya.

"Hinata, kau sudah sadar?"

Hinata tersenyum tipis.

"Syukurlah! kami sangat mengkhawatirkanmu." kata Temari tulus, tangannya membelai lengan Hinata yang tertutup kain piyama.

"Aku akan menyuruh dokter untuk memeriksa keadaanmu."

Lagi-lagi Hinata hanya bisa sedikit menggerakkan bibirnya.

"Sepertinya Hinata tidak bisa bicara." Kiba melihat pada Hinata, "Berkediplah dua kali jika apa yang aku katakan itu benar."

Hinata pun menuruti isyarat Kiba. Gadis itu mengedipkan matanya dua kali.

"Astaga bagaimana ini!" 

"Tenanglah, aku akan segera mencari dokter!"

Suara panik Kiba berbalas dengan suara panik Temari yang dengan cepat langsung keluar dari ruang kamar tempat Hinata dirawat.

"Hinata, apa kau kesakitan?" Kiba kembali bertanya dengan cemas. 

Hinata menggeleng pelan, bahkan gelengan kepalanya hampir tidak terlihat.

"Katakan apa yang sakit?"

Hinata kembali menggeleng.

Tidak lama kemudian, Temari dan seorang dokter senior yang juga adalah ninja medis terbaik di Suna datang untuk memeriksa keadaan Hinata.

"Tubuh Hyuuga-san mengalami shock sementara karena racun yang hampir menyebar ke seluruh organ vitalnya. Mungkin hanya beberapa hari sebelum semua fungsi organ vitalnya kembali normal."

Ekspresi penuh kelegaan terlihat dari wajah orang-orang yang berada di sana, termasuk Hinata. 

"Beruntung kalian sempat melakukan pertolongan pertama padanya."

Dokter itu selesai memeriksa Hinata. "Sebentar lagi ada perawat yang akan mengurus Hyuuga-san, kalian tidak perlu khawatir."

"Arigatou, Ojii-san."

"Dou itashimashite, Sabaku-sama."

Dokter itu tersenyum pada Temari, lalu mengangguk hormat pada Gaara, "Saya permisi dulu, Kazekage-sama."

"Hm." 

Sepeninggal dokter tersebut, Temari memberitahu Kiba dan Shino untuk beristirahat, agar esok mereka dapat kembali prima untuk melakukan pencarian terhadap orang yang telah melakukan penyerangan, sekaligus mencari jejak keberadaan Zetsu putih di sekitar wilayah Suna.

"Gaara, sebaiknya kau kembali ke Kage Tower, ada hal yang harus kau tangani perihal misi ini."

Gaara melihat sekilas pada Temari, lalu pada Hinata yang ternyata juga tengah melihatnya.

Sorot mata Hinata yang teduh, seakan berkata terima kasih pada Gaara. Entah mengapa tatapan itu berhasil membuat Gaara terpaku untuk beberapa saat.

"Gaara?"

Hingga suara Temari mampu menyadarkan dirinya kembali.

Gaara mengangguk pada Hinata, lalu pergi tanpa sepatah kata bersama Temari yang mengikutinya.

"Syukurlah kau baik-baik saja!"

Hinata melihat Shino dan Kiba bergantian.

"Sebenarnya kami ingin tetap di sini menjagamu."

Kiba terlihat ragu untuk meninggalkan Hinata.

"Kau yakin akan baik-baik saja?"

"Mmm." Hinata hanya bergumam.

"Lebih baik kita pergi agar Hinata bisa beristirahat."

Shino menepuk pundak Kiba yang langsung menoleh ke arahnya.

"Kau benar juga."

Kiba mengangguk, lalu keduanya pun berpamitan. Namun sebelum pergi, Shino seperti teringat sesuatu yang harus ia sampaikan kepada Hinata. Maka, ia membiarkan Kiba lebih dulu keluar dari ruangan, sementara ia kembali menghampiri Hinata dan berkata, "Kau harus berterima kasih pada Sasuke, karena dia yang menolongmu."

Shino menepuk lengan Hinata pelan, kemudian berlalu pergi menyusul Kiba.

"Kau harus berterima kasih pada Sasuke, karena dia yang menolongmu."

Apa Hinata tidak salah dengar?

Bukankah Sasuke berkata, jika keberadaannya hanya akan menghambat misi mereka?

Setidaknya itu yang Hinata dengar sebelum ia hilang kesadaran.

Hinata tertegun, menatap nanar langit-langit kamar.

Kalimat Shino terus terngiang di telinganya, selagi ia memutuskan untuk berusaha keras menemukan titik cakra-nya yang sempat tertutup oleh racun tersebut. 

Namun, bukannya menemukan cakra-nya sendiri, Hinata malah merasakan cakra asing yang seperti sedang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Hinata memejam, menggigit mulut bagian dalam saat cakra yang sama seperti yang ada di dalam tubuhnya dapat ia rasakan kehadirannya dengan begitu kuat.

Perlahan, Sulung Hyuuga itu mengangkat kelopaknya ... pupil mutiaranya menemukan visual wajah tampan tanpa ekspresi dengan kedua mata berbeda warna yang saat itu tengah menatapnya lekat.

"Misi untuk melarikan diri, huh?"

.

.

.

-tbc-thankiss ♥

UnintendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang