Bab 12

2.5K 367 10
                                    

"Hinata ingatlah satu hal, semua yang terjadi itu hanya untuk kebaikan."

"Okaa-sama..."

"Jangan pernah membenci, ikhlaskan semua yang terjadi padamu."

"Okaa-sama..."

"Kau adalah putri kecilku yang kuat dan pemberani."

Hinata mengangkat kelopak mata. 

Sama seperti sebelumnya, langit-langit kamar yang pertama ia lihat. 

"Okaa-sama.."

Mimpi  tentang ibunya berhasil membawa kerinduan memeluk hatinya. Sejak dulu, hanya ibunya yang selalu bisa membuat hatinya kembali menghangat ... sudah cukup lama, mimpi itu kembali mengantarkan perasaan yang hampir Hinata lupakan.

Ibunya selalu percaya jika ia mampu melakukan apapun. Ibunya selalu percaya jika ia mampu menghadapi berbagai hal buruk yang menimpanya... meski saat itu ia masih sangat kecil, namun Ibunya selalu yakin jika dirinya akan tumbuh menjadi gadis yang kuat dan pemberani.

Dan Hinata tidak mau mengecewakan Ibunya. 

"Hn.. aku tidak lupa, aku hanya tidak tahu jika kau adalah seorang Kunoichi."

"Kau tidak harus tetap dalam misi ini. Kau bisa kembali, karena jujur saja, aku tidak butuh bantuanmu."

Hinata akan membuktikan pada Uchiha Sasuke bahwa ia lebih dari seorang kunoichi. Hinata akan membuktikan jika dirinya bisa diandalkan.

"Ugh!"

Hinata mencoba untuk bangun dari posisi tidur. Tubuhnya memang masih sedikit kaku, namun bisa digerakkan.

Tepat saat ia ingin turun dari ranjang, pintu kamarnya terbuka, ada dokter dan satu orang perawat datang untuk memeriksanya.

"Hyuuga-san! anda mau ke mana?"

Hinata tersenyum pada dokter yang wajahnya berubah cemas.

"Anda tidak boleh terlalu banyak bergerak."

"S-saya baik-baik saja, dokter."

Dokter itu menggeleng, lalu meraih lengan Hinata, memeriksa denyut nadinya. 

Pergerakan cakra Hinata mulai terasa meski masih samar.

"Saya akan memeriksa tubuh anda sebentar."

Hinata hanya menurut saat dokter tersebut menyuruhnya berbaring kembali dibantu oleh perawat. 

"Kondisi anda cukup baik. Pulih lebih cepat daripada yang saya kira."

Dokter itu terlihat takjub. 

"Karena cakra milik Uchiha-san rupanya."

Hinata melihat dokter itu tersenyum simpul.

"Tidak saya sangka, Uchiha-san mau berbagi cakra perlindungan miliknya dengan orang lain ... ah mungkin karena kalian rekan satu tim."

"Mungkin," lirih Hinata.

Dokter itu telah selesai memeriksanya.

Meski diharuskan untuk beristirahat dua hingga tiga hari lagi, Hinata tetap bersikeras jika ia bisa memulihkan dirinya dalam waktu singkat jika berlatih. 

Perdebatan alot itu berlangsung cukup lama, hingga akhirnya sang dokter mengalah.

"Baiklah Hyuuga-san, jaga dirimu baik-baik ... dan tidak sepatutnya saya terlalu khawatir, karena Uchiha-san ada bersama anda."

Hinata bernapas lega.

Dokter dan perawat keluar dari kamar, memberikannya privasi untuk berganti pakaian. Hinata kembali memakai pakaian misinya. Kimono tanpa lengan berwarna ungu muda lengkap dengan obi, lalu celana hitam yang panjangnya tidak cukup untuk menutupi pahanya. Terakhir, ia menutupi kakinya dengan stocking dan sepatu boot berwarna senada celana yang ia kenakan.

Sesekali bibirnya meringis saat tubuhnya kembali bereaksi atas racun yang belum sepenuhnya hilang dari aliran darahnya. Namun begitu, Hinata tetap pada pendiriannya. Ia harus membuktikan, terlebih pada Uchiha Sasuke, jika dirinya bukan sebuah beban yang ada di dalam tim.

Hinata menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

Ada energi aneh yang membuat dirinya merasa sangat bersemangat dan optimis ... mungkin itu karena mimpinya tentang sang bunda semalam.

Hinata tersenyum lebar, lalu bibirnya mengulang kalimat yang selalu ibunya ucapkan, "Semua yang terjadi hanya untuk kebaikan."

Tangannya meraih knop pintu kamar dan membukanya.

Gadis itu sedikit terkejut ketika melihat pria berparas tampan itu berdiri tepat di depannya, melihatnya dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dibantah, seraya berkata. "Aku belum mengizinkanmu untuk ikut dalam misi ini."

.

.

.

-tbc-thankiss ♥


UnintendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang