Belum sampai disitu saja. Seakan benar pepatah yang mengatakan jika satu hal baik datang maka akan diikuti dengan kebaikan-kebaikan lainnya. Namun untuk itu dibutuhkan sebuah proses penerimaan yang positif, agar apa yang datang pun dalam suatu bentuk yang positif. Tentu berlaku juga sebaliknya, alam selalu merespon bagaimana cara kita menghadapi suatu kejadian.
Hinata yang sedang tenggelam dalam kepedihan, meratapi patah hatinya pun dipaksa harus menerima kenyataan lain yang menyakitkan. Kenyataan, jika secara tidak langsung ia tidak lagi dianggap oleh Klan-nya.
"Kami akan menunjuk Hanabi sebagai calon ketua klan selanjutnya."
Suara dingin Hiashi berhasil membekukan hatinya. Hinata menunduk, menggigit erat bibirnya, kedua matanya memanas saat ia merasa seakan semua perjuangan yang ia lakukan selama ini tidak ada artinya bagi mereka yang selalu Hinata utamakan kebahagiaannya.
"Aku membebaskanmu Hinata, kau tidak harus menjadi seorang bunke."
Membebaskan?
Pilihan Hinata hanya dua, tetap menjadi Kunoichi atau seorang ANBU dan menikah dengan pria dari klan lain.
Hinata sendiri tidak pernah berniat untuk melakukan pilihan yang kedua setelah patah hatinya.
"Pikirkanlah."
Hinata memejam sesaat setelah suara shoji dibuka, kemudian ditutup terdengar oleh telinganya. Di ruangan yang seharusnya hangat itu Hinata malah membeku dengan sempurna sepeninggal ayahnya. Tubuhnya terlalu sulit untuk digerakkan. Tatapannya hampa tertuju pada lambang Klan Hyuuga yang menghiashi dinding ruangan.
Namun sesakit apapun, seberapa dalam pun terjatuh ... hanya ia yang bisa menolong dirinya sendiri. Hanya ia yang bisa membuat dirinya bangkit lagi.
Hinata memejam, keinginan untuk pergi meninggalkan Konoha datang seketika saat ia memutuskan untuk tidak lagi mengeluarkan air matanya. Meski ia ingin marah dan melampiaskan kekecewaannya, namun satu bagian dari hatinya yang selalu menuntunnya untuk menjadi pribadi yang menerima berkata ; Aku tidak akan membiarkan kekecewaan menghancurkan harapan, karena apapun yang mungkin menyakitiku hanya akan membuatku lebih kuat pada akhirnya.
Setelah itu, alam seperti mendukung keinginan Hinata saat Kiba bercerita tentang misi yang diberikan oleh Hokage untuknya, Shino dan Chouji. Misi yang akan memakan waktu lama dan jauh dari Konoha, karena mereka diminta untuk menyelidiki keberadaan Zetsu putih yang disinyalir masih ada diseluruh kawasan Negara Hi.
Hinata berpikir, tidak ada salahnya pergi jauh untuk sementara waktu dari tempat dan seseorang yang telah membuatnya terluka meski tanpa mereka sadari. Lagi pula, Hinata memilih untuk menyimpan rapat lukanya seraya berusaha untuk menyembuhkannya ... sendirian.
Satu hal yang Hinata yakini, jika ia berani mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu dan rasa sakitnya, maka kehidupan akan memberikannya hadiah berupa lembaran baru yang mungkin lebih baik dari sebelumnya.
Dan di sinilah ia sekarang, bersama kedua sahabatnya, rekan satu tim-nya. Mereka sedang beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang. Sudah dua hari tepatnya mereka pergi meninggalkan Konoha karena sebuah misi yang akhirnya secara resmi diberikan untuk tim-8.
Hinata membuka gulungan yang Tenten berikan. Gulungan itu memudahkannya untuk membawa banyak barang pribadi maupun stock makanan tanpa perlu kerepotan dan memakan banyak tempat. Hinata mengambil tiga bungkus roti dan tiga botol air mineral dari dalam gulungan, lantas meletakkannya di atas rumput yang sebelumnya sudah dilapisi kain oleh Kiba.
"Kita makan siang dulu."
Kiba dan Shino mengangguk. Keduanya segera menghampiri, kemudian duduk bersisian di depan Hinata.
Kiba membuka bungkus rotinya seraya berkata, "Sudah sejauh ini tapi kita belum bertemu dengannya."
"Hm." Shino menanggapi dengan gumaman. Sedang Hinata yang tidak mengerti maksud dari perkataan Kiba, melihat bergantian pada keduanya.
"Apa Hokage belum memberitahu orang itu?" tanya Kiba gusar.
"Entahlah," jawab Shino tanpa minat.
Hinata yang tidak tahan karena tidak bisa ikut bergabung dengan percakapan keduanya, memilih menahan gigitan ketiga pada rotinya, lantas bertanya pada Kiba.
"Siapa yang sedang kalian bicarakan?"
Kiba melihat pada Hinata, lalu menggigit rotinya, mengunyah dengan semangat, kemudian dengan santai menjawab, "Uchiha Sasuke."
.
.
.
tbc-thankiss :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintended
FanfictionSetelah perang dunia ninja usai, Hinata memilih pergi dari Konoha. Alih-alih demi sebuah misi, Hinata hanya sedang berusaha membuat jarak untuk mengobati hatinya yang retak. Dalam perjalanan ia menemukan banyak hal tak terduga ... mampu merasakan ci...