"Misi untuk melarikan diri, huh?"
Hinata melihat dalam-dalam ke wajah tampan Sasuke yang berekspresi datar saat mengatakan kalimat pertanyaan dengan sedikit nada ejekan. Keningnya mengernyit, ia belum sepenuhnya paham apa maksud dari Uchiha terakhir tersebut.
Sementara Sasuke yang berdiri di ujung ranjang mulai melangkah pelan hingga posisinya lebih dekat pada Hinata. Kini ia berdiri di sisi kiri ranjang rumah sakit yang Hinata tempati.
"Kau menjadikan misi ini sebagai tiket emas untuk pergi dari Konoha? dari hidupmu?"
Kalimat yang keluar dari mulut Sasuke selanjutnya, membuat hati Hinata bagai diremas paksa oleh tangan tak kasat mata.
"Aa-"
Dengan susah payah Hinata membuka mulutnya. Ia ingin menyanggah semua ocehan Sasuke yang sialnya memang benar begitu adanya. Namun suaranya hanya terdengar di dalam kepalanya saja tanpa bisa ia keluarkan.
"Ck!"
Sasuke mendesah risih. Lalu dengan satu-satunya tangan yang ia miliki, pria itu sedikit mengangkat tubuh Hinata, membuat gadis itu berada dalam posisi menyamping, membelakanginya.
"Ugh!"
Apa yang dilakukan Sasuke berhasil membuat Hinata merasakan sakit yang luar biasa. Tubuhnya yang kaku dipaksa berubah posisi dengan sekali hentakan. Hinata meringis menahan sakit ... tidak lama rasa sakit itu bertahan, ya sampai ia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh tepat di bagian bawah tulang punggungnya ... tangan besar Sasuke yang sedang mengalirkan cakra.
Hinata memejam.
Sasuke butuh waktu sekitar beberapa menit untuk menemukan dan membuka kembali titik cakra Hinata.
Rasa hangat itu hilang saat Sasuke menarik tangannya dari punggung Hinata. Namun Hinata tidak lantas mengubah posisinya, ia tetap berbaring menyamping, membelakangi Sasuke.
Hinata membuka kedua matanya, melihat nanar pintu kamar berwarna coklat yang tertutup rapat.
Keadaannya sedikit lebih baik. Tubuhnya pun mulai bisa digerakkan meski belum sepenuhnya normal, dan yang terpenting, ia telah kembali menemukan suaranya yang sempat menghilang.
"Apakah itu sepadan?"
Hinata tidak tahu jika seorang Uchiha Sasuke adalah orang yang banyak bicara. Apalagi dalam konteks ini, Sasuke terkesan mencampuri urusan pribadinya.
Entah apa pun alasan Hinata berada dalam misi itu, terlepas dari alasan pribadinya ... sepenuhnya bukan urusan Sasuke.
"Kau bisa menarik kembali cakra-mu, Uchiha-san."
Hinata tidak begitu mengenal Sasuke, dan tidak mau berurusan dengannya juga, apalagi sampai menyimpan cakra Sasuke yang benar-benar memberi pengaruh besar pada tubuhnya.
"Seharusnya Kakashi tidak mengirim orang buangan sepertimu untuk misi sepenting ini."
Kalimat pedas selanjutnya yang keluar dari mulut dengan bibir tipis milik Sasuke berhasil merenggut hati Hinata dari tempatnya.
"Kau benar-benar hanya akan menghambat misi ini."
Jemari Hinata meremas selimut yang menutupi separuh bagian tubuhnya. Hanya satu yang ingin gadis itu lakukan ; menyumpal mulut pedas Sasuke dengan sebuah bantal.
"Bisakah kau pergi sekarang, aku mohon!"
"Tentu, setelah aku memastikan jika kau tidak akan mengacau lagi."
Penilaian Sasuke terhadapnya sangat melukai Hinata. Sejak dulu, Ia memang selalu dianggap lemah, namun tidak pernah semenyakitkan ini sebelumnya.
"Apa mau mu?"
"Memastikan jika kau tetap fokus menjalani misi ini tanpa terpengaruh pada masalahmu."
Hinata menghembuskan napas kasar. Memutuskan merubah posisinya dengan perlahan. Gadis itu berbaring terlentang, menatap nanar langit-langit kamar seakan tidak ada orang lain yang sedang berdiri di sisi ranjang.
"Mungkin kau lupa jika aku seorang Kunoichi--" Hinata terlihat mengatur napas, sebelum melanjutkan, "--aku sudah terlatih untuk mengabaikan perasaanku."
Setelah mengatakannya, Hinata menunggu, mengatupkan bibirnya dengan rapat, sembari menguatkan hati untuk selanjutnya kembali menerima kalimat menusuk yang akan terlontar dari mulut Sasuke .
"Hn.. aku tidak lupa, aku hanya tidak tahu jika kau adalah seorang Kunoichi."
Hinata tersenyum sinis seiring airmata yang kembali meleleh dari sudut matanya hingga sekali lagi membasahi bantalnya yang memang belum kering. Meski sebelumnya ia berjanji untuk tidak lagi menangis, namun jika mengeluarkan airmata malah membuat beban yang menindih dadanya perlahan terangkat, mengapa tidak?
Ruang kamar yang berukuran tidak berapa besar itu terasa senyap saat keduanya tidak lagi saling bersuara. Suara detik jam mengiringi keheningan yang semakin lama semakin membuat canggung, terutama bagi Sasuke.
"Kau tidak harus tetap dalam misi ini. Kau bisa kembali, karena jujur saja, aku tidak butuh bantuanmu."
Setelah mengatakannya, Sasuke menghilang dari ruang kamar secepat Hinata mengerjapkan mata.
.
.
.
tbc-thankiss ♥

KAMU SEDANG MEMBACA
Unintended
FanfictionSetelah perang dunia ninja usai, Hinata memilih pergi dari Konoha. Alih-alih demi sebuah misi, Hinata hanya sedang berusaha membuat jarak untuk mengobati hatinya yang retak. Dalam perjalanan ia menemukan banyak hal tak terduga ... mampu merasakan ci...