Setelah perang dunia dan pertempurannya dengan sahabat sekaligus rival abadinya. Uchiha Sasuke memilih menjadi seorang pengembara demi menebus dosa masa lalunya. Perjalanan yang ia lakukan bukan hanya sekedar berjalan tanpa arah, melainkan membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongannya dengan sukarela. Sudah banyak yang Sasuke lakukan dalam waktu singkat. Meringkus komplotan perampok contohnya, bukan hal besar bagi Sasuke memang, namun cukup berarti bagi penduduk di desa tersebut.
Sasuke baru akan melanjutkan perjalanan saat ia dihampiri oleh elang pengantar pesan dari Konoha. Dalam pesan itu tertulis, kemungkinan adanya Zetsu Putih yang masih berkeliaran di sekitaran Negara Hi. Kakashi selaku Hokage, memberikan misi menelusur jejak Zetsu Putih tersebut kepadanya. Tentu saja Sasuke menyanggupi. Dalam pesannya pun, Kakahsi memberitahu jika ia akan mengirim Kiba, Shino dan Chouji untuk membantu menjalankan misi tersebut.
Jujur saja, Sasuke tidak terlalu peduli. Pun ia merasa sebenarnya tidak butuh bantuan. Namun begitu, Sasuke tetap menghormati keputusan Kakashi.
Asal mereka tidak merepotkannya sudah cukup. Begitu pikir Sasuke.
Sasuke menatap air sungai yang tenang. Teriknya matahari siang memaksanya melangkah menuju sungai sekedar melepas rasa dahaga yang mengalahkan egonya untuk segera sampai di titik pertemuan dengan Kiba dan yang lain. Toh, jaraknya dari titik pertemuan sudah cukup dekat.
Satu-satunya tangan Sasuke terulur, meraih air sungai yang terasa sejuk di kulitnya. Sasuke membasuhkan air tersebut ke seluruh bagian wajah tampannya. Wajah dengan rahang tegas itu terlihat bersinar saat sisa-sisa air sungai yang masih bersarang di wajahnya tersorot sinar matahari yang cukup terik. Sasuke mungkin tidak pernah menyadari jika wajahnya yang rupawan telah mematahkan banyak hati selama ini.
Ya, sebelum ini pun, Sakura dan Karin. Sasuke kembali membasuh wajahnya, ia teringat pesan dari Naruto kemarin.
'Teme! Aku dan Sakura akan menikah. Kau harus pulang untuk menjadi pendampingku!'
Akhirnya Sasuke bisa bernapas lega saat tahu jika Sakura tidak lagi mengharapkan dirinya. Ya, Sasuke ikut bahagia untuk keduanya. Karena biar bagaimanapun mereka adalah dua orang terdekat yang Sasuke miliki. Kenyataan jika Sakura bisa membuka hatinya untuk Naruto yang selama ini mengejarnya, membuat satu beban terangkat dari pundak Sasuke.
Sasuke menekuri pantulan wajahnya di air sungai. Menikah, adalah hal yang tidak pernah terbesit dalam pikirannya. Ia hanya sibuk berlatih dan memperbaiki diri. Sasuke tidak pernah melibatkan hatinya untuk satu emosi bernama cinta. Padahal cukup banyak gadis-gadis yang mendekatinya saat ia singgah di suatu tempat.
Para gadis itu akan berusaha keras menggoda dan mencari perhatiannya. Namun Sasuke tidak pernah menanggapi. Jangan kira ia tidak normal, Sasuke hanya merasa prioritasnya saat ini adalah memperbaiki kebodohannya di masa lalu, itu saja.
Empat cakra asing yang tiba-tiba ia rasakan membuatnya tersentak. Sasuke terdiam sesaat, mencoba menebak siapa pemilik cakra tersebut. Dan kemudian bernapas lega, saat ia bisa mengenali cakra itu adalah milik Kiba, Shino, Akamaru ... lalu mengernyit saat ia tahu jika satu cakra lagi bukan milik Chouji.
"Kau masih memikirkan Naruto?"
Sasuke memutuskan untuk tidak menghampiri orang-orang yang akan menjadi rekannya dalam misi, tepat saat telinganya mendengar suara Shino bertanya pada seorang gadis bersurai ungu gelap yang tengah menundukkan wajahnya.
Terkejut? sudah pasti. Sasuke tidak pernah menyangka jika Kakashi akan mengirim seorang Kunoichi dalam misi yang panjang ini.
"Orang yang tidak peduli pada kita, mungkin sengaja dihadirkan untuk membuat kita belajar bahwa kebahagiaan itu harus datang dari dua arah."
Sasuke bergeming. Namun matanya seakan tidak bisa lepas, tertuju pada gadis yang sedang duduk bersandar di sebuah batang pohon yang lebih besar dari pohon lain di sekitarnya.
"Kau berhak mendapatkan pria yang lebih baik daripada Naruto."
Mereka membicarakan Naruto?
Detik itu juga, entah kenapa ia malah memilih untuk melompat tanpa suara dengan menekan cakranya agar tidak mudah terbaca oleh ketiganya. Sementara ia menempati salah satu dahan pohon dan mendengarkan ketiganya berbicara. Tentu saja itu adalah keputusan bodoh, karena ia terlihat seperti menguping pembicaraan mereka.
"Hinata, kau tidak takut-kan pada Uchiha Sasuke? tenang saja aku akan melindungimu."
Sasuke melihat pada Kiba sekilas, lalu matanya kembali tertuju pada gadis yang sedang Kiba ajak bicara.
Hinata?
Sasuke merasa baru pertama kali mendengar nama itu.
Siapa dia?
Jika dilihat dari pupil matanya, Sasuke bisa menebak jika gadis itu berasal dari Klan Hyuuga.
"Aku tidak takut pada Uchiha-san, Kiba-kun."
Saat itu, Sasuke langsung memutuskan untuk mengungkap keberadaannya di sana dan berhasil membuat ketiganya terkejut karena kehadirannya.
"Sedang membicarakanku?"
Ketiganya mendongak, melihat Sasuke dengan wajah datarnya sedang duduk santai disalah satu dahan.
Tidak ada yang bersuara sampai Akamaru yang baru saja kembali sehabis buang air besar menyalak dan menyadarkan ketiganya.
"Uchiha Sasuke?" kompak Kiba dan Shino.
.
.
.
-tbc-thankiss ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintended
FanfictionSetelah perang dunia ninja usai, Hinata memilih pergi dari Konoha. Alih-alih demi sebuah misi, Hinata hanya sedang berusaha membuat jarak untuk mengobati hatinya yang retak. Dalam perjalanan ia menemukan banyak hal tak terduga ... mampu merasakan ci...