Bab 14

1.6K 233 10
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Hinata mengangguk pelan seraya tersenyum, "Aku baik-baik saja, Kiba-kun."

Kiba berdecak kesal. Ia menyayangkan Hinata yang menolak usul Gaara untuk bertugas di Kage Tower selama masa pemulihannya. Gadis itu tetap bersikeras ikut dalam misi mereka untuk melacak keberadaan Zetsu putih di sekitaran Suna.

"Baiklah-baiklah, beritahu aku jika kau merasa tidak sehat."

Hinata mengangguk lagi pada Kiba yang ada di sampingnya. Keduanya berjalan bersisian menuju titik pertemuan yang telah disepakati untuk bertemu dengan Sasuke, Shino dan Akamaru.

Ya, mereka memilih berpencar setelah perdebatan alot antara Sasuke dengan Kiba. Kiba yang keberatan, merasa tidak seharusnya mereka berpisah karena bahaya dapat mengancam kapan saja, pun mereka sebaiknya seperti shinobi lain yang bergerak bersama dengan tim. Namun Sasuke tetap bersikeras agar mereka berpencar. "Kalian hanya merepotkan!" begitu ucapan terakhir Sasuke sebelum pria itu menghilang dari pandangan ketiganya.

"Cih! Uchiha itu selalu saja seenaknya!" Kiba terus bersungut tidak terima. Hinata hanya mendengarkan sambil menggelengkan kepala.

Hembusan angin yang cukup kencang menerbangkan buliran pasir hingga bergesekkan dengan kulit lengan dan paha Hinata yang tidak terlindungi kain pakaian. Dinginnya udara senja di Suna lebih dingin dua kali lipat daripada di Konoha. Hinata memeluk lengannya dengan erat sembari memejamkan mata.

"Kenapa pakaian misi mu seperti itu sih?" Kiba bertanya sembari melirik Hinata yang tengah berusaha melindungi diri dari dinginnya angin dan buliran pasir yang menggelitik lengan telanjangnya.

Hinata membuka mata kemudian tersenyum, mencoba menenangkan Kiba.

Kiba masih menggerutu, harusnya Hinata membawa mantel atau mengganti pakaian misinya dengan yang lebih tertutup. Kiba sendiri kesal karena ia tidak bisa meminjamkan pakaiannya kepada Hinata.

"Jangan khawatir, Kiba-kun."

Kiba memilih untuk merangkul Hinata, mengajak sahabat baiknya itu untuk mempercepat langkah agar mereka segera sampai di titik temu, lalu mengakhiri misi hari ini.

"Astaga ke mana mereka!"

Emosi Kiba kembali tersulut, karena saat mereka tiba di tempat itu, baik Shino ataupun Sasuke, belum terlihat batang hidungnya.

Hinata menepuk lengan Kiba pelan, berharap agar sahabat baiknya itu dapat kembali tenang.

"Kita tunggu saja."

"Ck! Kita kembali ke kota lebih dulu, aku akan mengirim pesan pada Shino dan Sasuke."

"Tidak perlu Kiba-kun, sebentar lagi mereka pasti datang."

Kiba berdecak. Ia tidak dapat membohongi diri untuk tidak khawatir dengan kondisi Hinata. Ya meskipun gadis itu terlihat baik-baik saja dari tampilan luar. Namun Kiba tahu, Hinata masih dalam masa pemulihan.

Hinata melepaskan diri dari rangkulan Kiba, gadis itu memilih untuk duduk beralas pasir dan menyandarkan punggungnya pada sebongkah batu yang cukup besar. Kedua lutut ia tekuk untuk kemudian ia peluk. Hinata tidak dapat memungkiri jika kondisinya belum sepenuhnya pulih.

"Ck! lama sekali mereka." Lagi, suara gerutuan Kiba terdengar.

Senja mulai berpamitan, Hinata menengadah dengan kedua mata berkaca-kaca kala ia melihat keindahan senja yang beranjak pergi di tengah gurun pasir. Fenomena alam tersebut nyatanya mampu menggelitik hatinya ... rasa sesak dan pilu yang bercampur jadi satu membuat jantungnya bagai dipaksa untuk memompa darah lebih cepat.

Kilasan kepingan masa lalu terbayang, hingga membentuk sebuah kerinduan.

Hinata memang sengaja ingin tetap ikut dalam misi mereka. Bahkan jika memungkinkan, ia ingin membuat dirinya sibuk dengan hal apapun yang ia lakukan. Karena setiap kali ia berhenti melakukan sesuatu, perasaan itu pasti datang lagi.

Ayahnya, Keluarganya ... dan cinta pertamanya.

Tanpa sadar, setetes air mata lolos begitu saja, mengaliri kulit pipinya yang ternoda buliran pasir.

Puk!

Hinata terkesiap, enggan mendongak saat ia merasa ada sesuatu yang menutupi kepalanya. Bukan hanya kepala, bahkan hampir seluruh tubuhnya. Sedetik kemudian, ia tahu benda itu adalah sebuah jubah besar berwarna hitam yang berhasil menghalau angin dan buliran pasir yang sejak tadi menggelitik kulitnya.

Mantan Heiress Hyuuga itu masih dalam posisinya, duduk mengeratkan pelukan pada kedua kaki ... pelukan itu kian mengerat, terlebih saat mendengar suara Kiba berteriak.

"Akhirnya kau datang juga Sasuke!"

"Hn."

"Kalau begitu, bagaimana jika kau bawa Hinata kembali ke kota? aku akan menyusul Shino dan Akamaru."

Setelah mengatakannya, tanpa persetujuan Sasuke pun Hinata, Kiba melesat pergi hingga tubuhnya tidak lagi terlihat karena tertelan gelapnya malam.

.

.

.

-tbc-

Thankiss ♥

UnintendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang