Bab 15

1.7K 226 3
                                    

Hinata hanya mematung ketika pandangannya tidak lagi menemukan tubuh pria berambut ikal yang adalah sahabatnya. Susah payah ia menelan saliva saat sadar jika Kiba meninggalkannya berdua saja dengan Uchiha Sasuke. Orang yang sangat keberatan dengan kehadirannya dalam tim.

Suara angin yang berhembus seperti menjadi musik pengiring dari keadaan canggung yang terjadi di antara keduanya. Baik Sasuke pun Hinata, keduanya tidak ada minat untuk membuka suara terlebih dulu.

"Hei kalian Shinobi Konoha! Ayo kita kembali ke kota."

Sasuke melihat beberapa Shinobi dari Suna yang lewat, melambaikan tangan ke arah mereka.

Para Shinobi memang dibagi menjadi dua kelompok untuk bertugas, yaitu pagi dan malam hari. Dari yang Sasuke dengar, hal itu dilakukan agar kondisi mereka semua bisa tetap prima. Namun Sasuke tidak peduli, dia sendiri berniat untuk melakukan pencarian lagi setelah bertemu sebentar dengan Kiba dan yang lainnya.

Srek!

Sasuke mengalihkan pandang ke arah Hinata yang berdiri, lantas merapihkan jubah yang ia pinjamkan untuk menutupi tubuh gadis itu dari dinginnya udara malam di Suna.

"A-aku pinjam d-dulu."

"Hn."

Sasuke berbalik acuh.

"Aku tidak akan menunggu atau membawa mu bersamaku."

Setelah mengatakannya, Sasuke melesat cepat hingga membuat Hinata hanya dapat mengerjap.

"Uchiha-san."

Hinata tersenyum getir. Sudah biasa jika orang-orang menganggapnya lemah. Namun, demi misi kali ini, ia bertekad untuk membuktikan jika dirinya tidak selemah dan bukan beban seperti yang Sasuke kira. 

Gadis itu mengeratkan pegangan tangannya pada tiap sisi jubah hitam Sasuke yang menutupi tubuhnya. Matanya terpejam, berkonsentrasi untuk mengaliri cakra pada kedua kakinya dengan sisa tenaga yang ia punya.

Hangat menjalari tubuhnya dalam pelukan jubah hitam milik Sasuke.

Hinata membuka mata, kemudian liriih berkata, "Aku akan menyusulmu, Uchiha-san."

Wus!

Gadis itu pun melesat cepat bagai membelah malam yang kian larut, serta mengabaikan hembusan angin dingin yang kian menusuk.

.

.

.

Malam itu, Gaara masih berada di menara pengawas untuk menerima laporan dari kelompok shinobi yang telah selesai dengan misi mereka. Banyak hal aneh yang mereka temukan di lapangan. Dan yang paling menarik perhatian Gaara adalah fakta bahwa terowongan yang ada di daerahnya memiliki lima cabang yang entah berujung ke mana.

"Siapa yang menggali dan apa motifnya?"

Gaara bergeming. 

Menghembuskan napas kasar, Temari meletakkan salah satu laporan yang telah selesai ia baca. Gadis yang kerap menguncir rambutnya menjadi empat bagian itu membuat lipatan di dahinya. 

"Ini benar-benar aneh."

Temari melirik ke arah adiknya yang masih bergeming dengan salah satu laporan di tangannya.

"Gaara?"

Kage muda itu melihat sekilas, lalu kembali fokus pada apa yang tengah ia baca.

"Sebaiknya besok kita turun langsung untuk menyelidiki ini."

Gaara menghela napas. Tentu ia pun memiliki pendapat yang sama dengan kakak tertuanya itu. 

"Bagaimana menurutmu?"

Namun ia tidak bisa menunggu sampai hari esok. 

Srek!

Suara kursi di geser membuat Temari menatap lekat adiknya yang telah dalam posisi berdiri. Sebelah alis Temari terangkat saat kaki Gaara mulai melangkah.

"Kau mau ke mana?"

Tidak menjawab, Gaara memilih ke luar dari ruangan yang ia tempati bersama Temari sejak pagi.

.

.

.

"Uchiha-san!"

Sasuke berhenti melangkah, ia sudah tiba di perbatasan kota. Intuisi menyuruhnya untuk berbalik saat sebuah suara meneriakkan namanya. Bola mata berbeda warnanya menangkap sosok gadis yang berjalan tertatih saat menghampirinya. Peluh sebesar biji jagung terlihat di kening gadis itu, kontras dengan udara malam yang terlampau dingin di Suna.

Hah-hah-hah

Terdengar suara napas terengah, namun bibir gadis itu masih bisa menyunggingkan senyum sumringah.

Sasuke merasa kaku saat gadis itu telah berdiri tepat di hadapannya. Menatapnya dengan bola mata serupa mutiara yang berkilat entah karena amarah atau emosi lain yang gadis itu pendam.

"Hn?"

Sret!

Sasuke melihat jari-jemari dari kedua tangan gadis itu melepaskan pegangan pada tiap sisi jubah yang Sasuke pinjamkan. Hingga jubah itu tergeletak di atas pasir yang sejak tadi tengah berbisik.

Satu tangannya yang kini bebas, menekan dada untuk mengatur napas. Sedangkan satu tangan lainnya mendarat di dada Sasuke hingga membuat Uchiha terakhir itu terkesiap.

"Aku tidak selemah yang kau kira, Uchiha-san."

Hinata, gadis itu mencengkram kain pakaian yang menutupi dada bidang Sasuke dengan kencang.

"A-aku b-bukan beban!"

Sasuke bergeming. Meski begitu, ia tetap balik menatap kilauan mutiara yang masih berkilat di hadapannya.

"Jangan remehkan aku-"

Plak!

Sasuke menepis tangan Hinata yang mencengkram pakaiannya. Apa yang pria itu lakukan membuat Hinata terhuyung hingga hilang keseimbangan dan terjatuh menimpa jubah hitam yang lebih dulu berada di sana.

"Buktikan Hyuuga."

Setelah mengatakkannya Sasuke memilih untuk menghilang dari pandangan Hinata.

Kedua tangan Hinata mencengkram kain tebal yang menjadi pembatas antara dirinya dengan hamparan pasir.

Beberapa detik berlalu, Hinata masih membisu. Ia tak lantas beranjak dari sana meski malam kian larut dan pasir mulai menyelimuti tubuhnya.

Hinata hanya sudah terlalu lelah untuk bergerak.

"Hyuuga-san, apa yang terjadi?"

Sampai sebuah suara penuh wibawa terdengar dikedua telinganya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Hinata mendongak, menemukan sepasang mata serupa permata tengah menatap khawatir ke arahnya.

"Kazekage-sama," lirihnya.

.

.

.

tbc-thankiss ♥



UnintendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang