Aran Pov!
Tadi siang Mirza menyuruhku untuk datang ke apartemen nya. Aku masih di kantor sekarang, mengerjakan pekerjaan yang tidak ada habisnya.
Aku menghela nafas ku kasar, menyandarkan tubuhku di kursi, melihat arloji di tanganku. Tidak terasa sekarang sudah pukul 5 sore, jika sudah begini rasanya malas sekali untuk bergerak, astaga Aran apa sebenarnya yang kau inginkan?.* * *
Aku mengetuk pintu apartemen temanku, tak lama dari itu dia membuka pintunya, lalu menyuruhku untuk masuk.
"Apa ollan juga ada di sini?". Tanyaku, berjalan dibelakang nya.
"Tentu saja!". Ucap Mirza penuh semangat.
"Hi brother!!". Teriak seseorang yang terlihat sedang duduk di sofa, menonton tv dengan cemilan di tangannya. Ya, tentu saja dia ollan, lelaki demen makan.
Kami pun saling berjabat tangan, lalu duduk di kursi yang sama, aku menyandarkan tubuhku di sana, menghembuskan nafasku dengan teratur.
"Bagaimana pekerjaan mu?". Tanya ollan, membuka topik pembicaraan. Sedangkan Mirza, dia pergi ke dapur untuk mengambil beberapa botol bir untuk kami. Aku menghela nafas panjang, menutup mataku sebelum akhirnya aku kembali berbicara.
"Masih seperti itu". Jawabku singkat.
Ollan tidak kembali berbicara, dia hanya sibuk dengan makanannya dengan mata yang fokus ke arah tv. Pekerjaanku sangat banyak sekarang, jadi aku baru berkumpul lagi dengan mereka setelah 1 Minggu tidak bertemu.
"Jadi, bagaimana hubungan mu dengan istri baru mu itu tuan?". Kini giliran Mirza yang bertanya.
Aku mengambil gelas yang telah di isi bir olehnya, lalu meminum nya. "Yah seperti itulah, dia selalu meminta bercerai, aku tidak mendengar kan apapun yang dia katakan, itu sangat menyebalkan". Ucapku.
Mirza menatapku sesaat lalu tersenyum tipis. "Kau tidak menyentuh nya?". Tanya nya. Aku menaikkan sebelah alisku, tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.
Ollan menggelengkan kepalanya, membuang nafasnya kasar. "Apa kau tidak bercinta dengannya? Kau tidak meniduri nya?". Ucapnya."Tidak, aku tidak pernah melakukan itu dengannya". Jawabku. Mereka berdua menatapku dengan tatapan aneh, apa maksud dari tatapan itu? Apa salah jika aku tidak melakukan itu dengannya?
"Kenapa kau tidak melakukannya? Ck! Kau rugi sekali". Ucap Mirza menggeleng kan kepalanya lalu duduk di samping ku. "Jika aku menjadi dirimu, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu". Lanjutnya. Aku menatap Mirza sesaat, lalu memakan beberapa cemilan disana.
"Aku tidak ingin meniduri orang yang tidak aku cintai". Kesal, tapi tetap santai.
"Jika kau jadi MC dalam anime, kau pasti di hujat karena terlalu naif". Ucap Mirza tanpa berfikir. Astaga, apa salah jika aku berfikir seperti itu?.
"Apa hanya itu yang ada di pikiran mu tuan Mirza?". Tanyaku, sedikit mengejeknya.
"Tidak, setengah itu setengah nya lagi Vivi". Jawabnya tertawa lepas. Kami bertiga pun tertawa setelah mendengar ucapannya. Ck! Dia terlalu jujur.
Aku menghabiskan waktu cukup lama disana, hingga tidak terasa Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku sudah sangat lelah sekarang, kepalaku juga sedikit pusing. Astaga, aku terlalu banyak minum, aku akan pulang sekarang.
Aku berdiri, mengambil jas ku lalu mengenakkannya. Berjalan ke arah pintu dengan cara khas orang mabuk. Aku keluar dari apartemen nya, menyandarkan tubuhku di dinding, Ya Tuhan aku sudah tidak sanggup untuk berjalan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Teen Fiction"untuk apa kita menikah? kita tidak saling mencintai!" -Anin. "bersabarlah! kita akan berpisah setelah ini" -Aran. . . . . . . . . . kisah dua insan yang di paksa bersama meski tidak saling mencintai. dari berbagai masalah mereka hadapi, alasa...