15

635 61 4
                                    

ANIN POV!

Aku membuka kedua mataku. melihat jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dan mengucek kedua mataku. Sepertinya hal ini sudah menjadi kebiasaan para manusia. Aku juga tidak tahu mengapa, tapi sudahlah. Aku malas berfikir. Lagipula ini masih pagi.

Aku ingin bangun untuk mandi dan melakukan kegiatan lainnya. Namun sebelum itu terjadi... Sesuatu dibawah sana membuatku sedikit bingung. Keras, panjang, besar dan.... Yang membuatku semakin kebingungan adalah... Benda itu hidup!! Dia berdenyut.

Aku menarik nafas dalam-dalam... Semoga tidak ada makhluk aneh dibawah sana!

Aku membuka selimut, melihat ke bawah dan.... TUHANN!! APA ITU?! KENAPA AKU TIDAK MEMAKAI BUSANA APAPUN?!

Menghela nafas lalu kembali menutup selimutku. Semalam aku benar-benar melakukannya? Berarti aku sudah? Oke, tenang Anin. Kau harus tenang!

Ya, semalam aku benar-benar melakukan itu, dengannya. Hm, tak apa. Aku juga menikmatinya...

Aku beranjak dari tempat tidurku. Mengambil handuk yang ada di dalam nakas lalu memakainya. Berjalan menuju kamar mandi, tapi .... Arghhh! Kewanitaan ku... Itu sakit.

It's okay! Aku akan memakai salep nanti.

Aku memasuki kamar mandi, melepas handuk yang menutupi tubuhku dan melihat pantulan diriku di cermin. Aku sedikit terkejut ketika melihat banyaknya tanda kismark di seluruh tubuhku.

Dia benar-benar liar ketika sudah di ranjang.....

Tiga puluh menit aku didalam kamar mandi, kini aku sudah selesai dengan kegiatan membersihkan badanku. Aku juga sudah memakai pakaian sekarang.

Aku berjalan menuju ranjang dan duduk disisi nya. Sedikit menggoyangkan tubuh suamiku. Mungkin ini akan membantu ku untuk membangunkannya... Atau mungkin tidak.

   "Ck! Arandykha! Bangunlah. Atau kau akan terlambat bekerja hari ini."

Aku menghela nafas begitu tidak mendapatkan responan apapun dari lelaki ini. Dia samasekali tidak terusik. Mungkin tenaganya belum kembali setelah aktivitas yang kamu lakukan semalam.

   "Yasudah. Aku akan menyiapkan sarapan jika begitu...."

ANIN POV END!




  Arandykha, lelaki yang sudah beristri itu membuka kedua matanya ketika suara bising dari alarm terus berbunyi. Dia membalikkan badan dan mematikan alarm itu dengan tangannya.

Pandangan mata lelaki itu beralih pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.12 pagi. Matanya melebar sempurna. Dia benar-benar akan terlambat hari ini.

   "YA! ANIN KAU TIDAK MEMBANGUNKAN KU?!!"

   "KAU MENGAGETKAN KU, SIALANN!!!" Ucap Anin, balas berteriak.

Anin yang tadinya ingin melemparkan spatula nya itu tiba-tiba dibuat terkejut untuk yang kedua kalinya. Bagaimana tidak? Saat ini Aran tengah berdiri didekat tangga tanpa memakai sehelai baju pun. Dengan cepat Anin menutup matanya dan berbalik.

   "Kau tidak malu?! Pakai dulu bajumu!!" Ujarnya, dia mengucek matanya. "Ck! Mataku ternodai."

Aran yang memang mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh istrinya pun mempoutkan bibirnya, kesal.

   "Padahal kau sudah melihatnya semalam." Ujarnya dan berjalan gontai menaiki tangga.

Anin menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami dan kembali pada kegiatan masaknya. Dia mematikan kompor listrik itu dan menyajikan makanan nya, membawanya ke meja makan.

   "Shitt....." Umpat si wanita begitu dirinya merasakan nyeri lagi dibawah sana. Duduk dikursi secara perlahan.

Anin meminum air putih yang tersimpan didalam gelas, tepat didepannya. Menghela nafas kasar dan menyimpan kepalanya di meja, dengan tangan nya yang ia jadikan sebagai bantalan.

   "Ada apa denganmu?" Tanya sang suami. Aran menggeser kursi disebelah istrinya lalu duduk menghadap Anin. Menatap wanitanya dengan rasa cemas.

Anin melirik ke arah suaminya dengan tatapan sendu. "Kewanitaan ku..... Sakit." Jelasnya dan kembali menyimpan kepalanya dimeja.

Aran mendekatkan dirinya. "Maaf, aku terlalu kasar semalam. Aku akan membelikan sesuatu untukmu." Ucap si lelaki. Mengelus singkat kepala si wanita dan pergi.


Sepuluh menit Anin menunggu, si suami akhirnya kembali dengan kantong plastik putih di tangannya. Dia menghampiri istrinya yang masih duduk di posisi yang sama. Dia memberikan barang bawaannya pada si wanita dan menuangkan air ke dalam gelas yang tadi.

   "Pakai ini." Memberikan obat kapsul dan sebuah salep.

   "Kau menyuruhku untuk memakai ini? Disini? Didepan mu?" Tanya Anin, menatap tajam si lelaki. Sementara yang ditatap hanya menganggukkan kepalanya bak anak kecil.

   "Ya, kenapa memangnya? Ada masalah?"

Anin menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat pertanyaan polos dari si lelaki. Dia benar-benar tak habis pikir dengan suaminya ini.

Dia tahu jika Aran tidak sebodoh dan sepolos itu, tapi mengapa dia bersikap seperti ini? Ternyata lelaki yang memiliki kharisma juga bisa memiliki sisi yang seperti ini.

   "Aku masih memiliki rasa malu, bodoh! Kau mesum sekali. Bawa aku ke kamar." Ujar Anin dan lagi-lagi Aran hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah sok polos nya itu.

Aran menggendong wanitanya ala bridal style. Melangkahkan kakinya menuju lantai atas, tempat dimana kamarnya berada.

Si lelaki membaringkan istrinya dengan hati-hati begitu keduanya sudah sampai dikamar. Memundurkan langkahnya dan berkacak pinggang.

   "Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanya nya pada sang istri.

   "Pergilah. Aku akan melakukannya sendiri."

   "Kau yakin bisa melakukannya?"

   "Ck! Kau ini cerewet sekali!! Pergilah. Aku akan baik-baik saja." Kesal si wanita, menatap suaminya dengan tajam. Dia tidak mengerti mengapa suaminya bisa semenyebalkan ini.

   "Ah, baiklah-baiklah! Aku akan pergi."

Aran menutup pintu kamar secara perlahan dan berjalan sedikit menjauh dari pintu. Dia mondar-mandir, berjalan ke kanan dan ke kiri dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

   "Hm... Haruskah aku membantunya? Sepertinya dia benar-benar kesakitan."

Aran memegang knop pintu, namun dia berjalan mundur lagi setelahnya.

   "Ah, tidak-tidak! Dia pasti marah jika aku masuk." Monolognya lagi dan menyenderkan tubuhnya di pembatas.

   "Ck! Lagipula aku hanya ingin membantu. Jadi apa salahnya?!"

   "Mengapa dia harus malu? Aku sudah melihatnya semalam. Bahkan aku juga sudah mencicipinya. Argh! Sialan."

Aran memberhentikan ocehan nya ketika ponsel didalam sakunya itu bergetar. Dia mengambil benda tipis itu dan menerima panggilan dari sekertaris pribadinya.

   "........"

   "Ah! Maaf, Chika. Aku tidak akan pergi bekerja hari ini. Istriku sedang sakit, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian. Jadi, tolong cancel semua klien yang meminta untuk bertemu hari ini. Atau undurkan saja jadwalnya. Maaf merepotkan mu."

   "......"

   "Ah, begitu. Baiklah, terimakasih."

   "Aku baik-baik saja." Ucap Anin tiba-tiba, sontak membuat Aran terkejut dan menghampiri si wanita.

  "Aku baik-baik saja."

 
  "Tidak, aku akan menemanimu seharian ini." Tolak Aran yang hanya mendapat decakan sebal dari si wanita.

  "Yasudah, terserahmu saja..."

.
.
.
Continued

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang