Aran Pov!
Aku menyandarkan tubuhku di sofa. Memejamkan kedua mataku. Saat ini, aku berada di rumah paman Marco. Dia ingin membicarakan hal penting padaku.Yah! Aku tidak tahu apakah akan sepenting itu atau tidak. Tapi aku yakin, jika paman Marco akan membicarakan hal "itu".
Kejadian tadi siang benar-benar membuatku kesal. Tenagaku terbuang sia-sia karena itu. Untunglah aku bisa menahan emosiku.
Cih! Merepotkan.........
Aku membuka mataku ketika mendengar suara langkah kaki. Membenarkan duduk ku ketika seorang lelaki mulai menempatkan pantatnya di sofa. Ya, dia paman Marco.
"Kau lelah?" Tanyanya, memberikan segelas kopi. Dan aku hanya mengangguk atas pertanyaan nya itu.
Aku menerima gelas yang berisi cairan berwarna coklat pekat itu. Walaupun aku tidak terlalu menyukainya, tapi setidaknya ini akan sedikit bermanfaat untuk menghangatkan tubuh ku.
"Wahh, hujannya benar-benar deras" ucap paman Marco. Tapi aku tidak merespon nya. Aku hanya fokus meniup kopiku karena jujur, ini benar-benar panas.
"Oh ya! Ngomong-ngomong, apa menurutmu jz itu hanya merk?" Tanyanya, aku hanya menggelengkan kepalaku. "But why?" Tanyanya lagi.
Aku menceritakan tentang peneroran itu pada paman Marco. Sedetail mungkin. Aku juga memberitahunya tentang rekaman cctv itu, dan tentang pelaku yang terasa familiar itu tentunya.
Paman Marco mendengarkan ceritaku dengan baik. Sesekali ia juga menyeruput kopi nya ditengah-tengah pembicaraan.
"Bagaimana dengan para pekerja di rumahmu? Kau tidak mencurigainya?" Tanya paman Marco.
"Tidak. Hanya saja, pada malam itu salah satu penjaga rumahku tidak ada di tempat" jelasku.
"Kau tidak mencurigainya?"
"Tidak. Dia sudah tua, dia juga sudah lama bekerja untukku. Aku sudah menganggapnya sebagai orangtuaku sendiri. Jadi, dia tidak mungkin melakukan hal itu" jelasku lagi. Paman Marco mengangguk setuju- mungkin lebih tepatnya 'percaya'.
"Kau bilang, kau pernah ditelpon oleh orang misterius" katanya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Apa kau bisa menebak- maksudnya, apa kau bisa mengenalinya hanya dengan suaranya saja?" Tanya paman Marco lagi. Yahh, itu tidak mungkin sih.
"Jika di dengar dari suaranya. Sepertinya dia lebih muda dariku. Suaranya sedikit nyaring, dan dia juga selalu tertawa disepanjang pembicaraan" kataku. Dan ku pikir, dia juga sedikit menyeramkan.
Bukannya aku takut pada orang itu. Hanya saja, dia memiliki aura yang sedikit berbeda. Mungkin dia sedikit berbahaya.
Paman Marco mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hm begitu" katanya.
Aku juga menganggukkan kepalaku lalu kembali meminum kopiku.
"Apa kau bisa menelponnya?" Tanyanya. Seketika aku menyemburkan kopi itu dari mulutku. Aku sedikit terkejut.
"Huh?" Kataku, kebingungan.
"Ada apa?" Tanya paman Marco.
"Ah, tidak! Hanya saja, aku tidak terlalu mengingat nomernya. Tapi tunggu! Aku akan mencarinya" kataku.
Aku mengambil ponselku dari kemeja ku. Menghidupkan layar ponsel nya lalu membuka panggilan yang masuk beberapa hari terakhir.
Aku menscroll layar ponselku, dan jika tidak salah, akhir nomernya adalah tiga be- oh ini! Aku menekan tombol 'panggil', tapi tidak ada respon apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Teen Fiction"untuk apa kita menikah? kita tidak saling mencintai!" -Anin. "bersabarlah! kita akan berpisah setelah ini" -Aran. . . . . . . . . . kisah dua insan yang di paksa bersama meski tidak saling mencintai. dari berbagai masalah mereka hadapi, alasa...