Aran Pov!
Aku mengendarai mobil ku dengan kecepatan sedang. Hari ini adalah hari pertama Anin bekerja, dan siang ini aku akan menjemput nya.
Memang setelah aku bertemu dengan ayahku, tidak ada hal yang mencurigakan, tapi aku harus tetap waspada. Mungkin saja mereka sedang merencanakan sesuatu, aku tidak akan membiarkan istriku terluka. Hm tidak akan pernah!
Tidak menghabiskan waktu lama, akhirnya aku sampai ditempat nya bekerja.
Aku melihat dia sedang berbicara dengan seorang pria, dan tampaknya mereka cukup akrab. Siapa dia? Apa dia temannya? Ck! Mereka terlalu dekat.Aku turun dari mobilku lalu berjalan menghampiri nya. Apa-apaan senyuman itu? Mengapa Anin terlihat nyaman dengan? Apa lelaki itu mantan kekasihnya? Tidak! Tidak! Dia milikku.
"Bisakah kita makan siang bersama? Sudah lama aku tidak menghabiskan waktu dengan mu, aku sangat merindukan masa-masa itu". Ucapnya pada Anin.
Ternyata benar, lelaki itu adalah mantan kekasih nya, apa dia tidak tahu jika Anin sudah menikah? Atau Anin tidak memberitahunya? Sialan! Aku akan membunuhmu.
"Aku tidak keberatan, tapi mungkin sebentar lagi su-"
Aku berjalan menghampiri Anin lalu memeluknya dari samping, membuat dirinya tidak bisa melanjutkan ucapannya.
"Maaf, tapi dia sudah menjadi milikku!". Kataku, membunuhnya dengan tatapan tajam ku.
Dia menatapku dengan tatapan aneh, sulit diartikan. Cih! Aku tidak menyukai tatapannya itu.
Anin melepaskan pelukannya dengan paksa, lalu menatapku. "A-apa yang kau lakukan?!". Ucapnya.
Lelaki itu tertawa, memijat keningnya sendiri. "Astaga, tenang aja! Aku tidak akan merebut dia darimu". Katanya.
"Sudah! Sudah! Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian. Aku pamit pergi, selamat siang"
Aku menatap lelaki itu yang perlahan pergi, lalu menarik tangan Anin, membawanya ke dalam mobil.
"Siapa dia?". Tanyaku setelah selesai memakaikan sabuk pengaman untuknya.
"Apa kau lupa? Dia orang yang sudah mengantarmu pulang waktu itu, kau tidak mengingatnya?"
Huh?! Apa maksudnya? Dia orang yang sudah mengantarku pulang ketika aku mabuk? Dia orang nya? Jelek sekali.
Maksudku, lelaki yang waktu itu tingginya sama denganku, dia sangat berbeda, apa waktu itu dia memakai sepatu hak tinggi? Hm, bisa jadi."Apa dia temanmu?". Tanyaku lagi dan hanya dibalas anggukkan kecil olehnya. "Hanya teman?". Lanjutku.
"Ya, hanya teman!"
Aku tidak percaya jika lelaki itu hanya temannya. Dilihat dari cara bicaranya pun sudah sangat berbeda ditambah, cara dia menatap Anin itu benar-benar aneh. Seperti ada sesuatu yang tersimpan didalam hatinya. Apa dia menyukai istriku? Bukan! Sepertinya bukan itu, perasaanku tidak enak.
* * *
Aku duduk dikursi, mengambil secangkir teh yang tersimpan dimeja, lalu meminumnya.
Saat ini, aku sedang bersama Gito. Ntah kenapa hari ini dia tidak bekerja dan malam ini tiba-tiba saja dia ingin menemuiku. Ntah apa yang ingin dia bicarakan, tapi sepertinya itu penting, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Teen Fiction"untuk apa kita menikah? kita tidak saling mencintai!" -Anin. "bersabarlah! kita akan berpisah setelah ini" -Aran. . . . . . . . . . kisah dua insan yang di paksa bersama meski tidak saling mencintai. dari berbagai masalah mereka hadapi, alasa...