13

469 60 5
                                    

Aran Pov!

Aku memasuki kantorku dengan tergesa-gesa. Aku juga tidak sempat untuk menyapa para karyawan ku. Padahal masih pagi begini, tapi suasana hatiku sudah berantakan. Benar-benar buruk.

  "Selamat pagi, sir!" Sapa Chika dengan gummy smile nya. Aku hanya menganggukkan kepalaku singkat dan tersenyum tipis.

  "Bagaimana jadwalku hari ini?" Tanyaku. Berjalan menuju ruangan ku dan Chika mengekoriku dari belakang.

  "Hanya pertemuan-pertemuan singkat dengan beberapa klien" jawabnya, dan aku mengangguk.

Aku berhenti tepat didepan pintu ruangan ku. Chika membungkukkan badannya. Dan beberapa detik kemudian, dia kembali mengangkat kepalanya lalu tersenyum.

  "Selamat bekerja" katanya lalu pergi.

Aku melihat punggung nya yang perlahan menjauh dan tersenyum. Setidaknya dia berhasil membuat suasana hatiku kembali ceria.

Aku mendudukkan diriku di kursi putar dan menyandarkan tubuhku disana. Seharusnya tadi aku tidak membiarkan Chika pergi.

Huftt! Padahal aku belum menyentuh laptopku, tapi rasanya... Lelah sudah menyelimuti ku lebih dulu. Menyebalkan!

Aku berjalan kembali memasuki kantorku setelah mengadakan pertemuan singkat tadi. Rasanya aku ingin sekali merendam diriku di dalam kolam yang berisi air hangat. Lelah, sangat lelah. Apalagi sekarang aku harus mengeluarkan tenaga ku untuk marah-marah.

Aku berjalan menuju meja kerja milik salah satu karyawan ku. Beberapa orang menghentikan kegiatannya hanya untuk sekedar membungkukkan badannya dan kembali bekerja.

Aku tidak memberi respon apapun. Hanya menyuruh mereka untuk kembali fokus dengan tatapan mataku dan beruntung lah, karena mereka semua paham.

Aku melempar map yang ada ditangan ku dengan kasar padanya. "Jelaskan padaku!" Kataku tegas. Tapi masih terdengar tenang.

  "S-sir......?"

  "Aku sudah memintamu untuk menjelaskan semuanya. Aku juga tahu kau mendengarnya karena kau tidak tuli. Jadi, jangan membuatku mengulanginya."

Dia menatapku bingung lalu membuka map yang tadi aku berikan padanya. Dia menelan ludah nya kasar setelah mengetahui isi map itu dan menatapku.

  "Jelaskan!" Pintaku, berbicara dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Suaraku menggema di seluruh ruangan. Membuat para karyawan melihat ke arah ku, mereka semua tahu jika aku tidak sedang dalam suasana yang baik. Jadi mereka hanya diam dan menundukkan kepalanya.

  "Maaf, sir. Tapi, semua produk kita di blokir oleh pihak pedagang. Memang tidak semua, tapi kebanyakan dari mereka mengurangi produk kita. Mereka mengatakan bahwa semua barang yang mereka butuhkan sudah mereka dapat dengan harga yang lebih murah. Jelas saja jika itu akan membuat kita sedikit dirugikan. Dan....." Dia memberi jeda pada ucapannya.

  "Apa?" Tanyaku ketika dia tetap diam, tak menjawab.

Dia menatapku. "Dan, mereka membatalkan kontrak dengan perusahaan kita. Itu membuat kita harus mengganti rugi, karena mereka tidak puas dengan barang-barang yang kita tawarkan."

Aku mendengarkannya dengan saksama. Dia memperlihatkan diagram batang yang terdapat di layar komputernya.

  "Perusahaan anakan yang ada di Bali juga mengalami hal yang serupa. Tapi untunglah, karena cabang yang di Aceh, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan Singapura masih terkontrol. Jadi kita masih memiliki nilai yang cukup untuk sekarang." Lanjutnya.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang