14

525 63 3
                                    


  "Ayo bermain sebentar......"

Aran, lelaki itu menjilat daun telinga milik Anin yang berhasil membuat si empu mengerang pelan. Menciumi leher mulus sang istri setelah puas dengan telinga. Menjilat, menggigit dan menghisap leher itu dengan begitu kuat. Tersenyum puas ketika melihat tanda kemerahan pada kulit putih itu.

  "Aku ingin, apa boleh?" Tanya si lelaki dan Anin menganggukkan kepalanya.

  "Lakukan." Jawab sang istri.

Aran tersenyum senang, menggendong wanitanya ala bridal style dan membawanya ke ranjang miliknya. Membaringkannya secara perlahan, menangkup sebelah pipi si wanita dan mengecup keningnya.

  "Tidak akan sakit, promise." Ujarnya lalu kembali menempelkan bibirnya pada bibir hangat si wanita.

Aran menggigit kecil bibir si wanita, membuatnya membuka mulut dan itu berhasil membuat Aran memudahkan aksinya. Bibir manis ini... Mungkin akan menjadi candu baru baginya.

Seolah tak ingin mengakhiri ciumannya, dengan spontan Anin mengalungkan tangannya di leher sang suami. Menekan tengkuk si lelaki, memintanya untuk lebih dalam lagi.

Ciuman itu semakin panas. Anin memukul punggung Aran ketika dirasa bahwa dirinya membutuhkan oksigen. Melepaskan pugutannya dan menatap sang suami yang kini matanya sudah dipenuhi nafsu.

  "Kau takut?"

Anin mengalihkan pandangannya ke arah lain dan menganggukkan kepalanya, pelan. Mau bagaimana pun, ini yang pertama baginya. Jadi, wajar bukan?

  "Ini pertama kalinya bagiku..." Lirih si wanita. Dia menginginkan ini. Namun hatinya merasa ragu.

Si lelaki tersenyum manis, mencium bibir Anin singkat dan kembali menatapnya.

  "Aku tak ingin memaksa mu. Mau disudahi saja?" Tanya nya, namun si wanita menggelengkan kepalanya, cepat.

  "Lanjutkan saja. Aku ingin merasakannya"

Aran kembali menarik bibirnya. Membuka kancing piyama sang istri secara perlahan. Tatapan matanya tak lepas dari mata si wanita. Dan itu membuat Anin sedikit malu.

Karena Anin memang tidak memakai celana luar, jadi sekarang yang tersisa hanyalah pakaian dalamnya saja. Anin memalingkan wajahnya. Itu sedikit memalukan.

   "Kau malu?" Tanya Aran dibarengi dengan kekehan kecil.

  "Tentu saja, bodoh! Kau ini... Tidak peka sekali."

Aran terkekeh. Tak ingin membuang-buang waktu, dia kembali menyambar leher yang selaku menggodanya itu. Satu tangannya dia gunakan untuk menopang tubuhnya supaya tidak terjatuh dan satunya lagi dia gunakan untuk membuka bra wanitanya dan melepaskan baju yang dikenakannya.

  "Ahh!"

Satu erangan nikmat keluar dari mulut Anin ketika tangan lebar milik suaminya meremas sebelah payudaranya. Itu menggelikan, namun dia menyukainya.

Tidak ingin bersikap tak adil, Aran menyesap satu gundukan lainnya dengan rakus bak bayi kehausan.

  "Sshhh! Itu h-hanya milikmu. S-slow, dude!"

Puas dengan apa yang dimanjakan nya, kini ciuman nya semakin turun dan dirinya sampai pada perut ramping milik si wanita.

Tangannya kanan Aran mengelus perut sang istri. Merabanya sampai ke atas, dan kembali meremasnya. Memutar jari jempolnya, membuat si empu menggeliat kecil.

  "Mmhhh.... Berhenti bermain-main dengan itu!" Frustrasi si wanita karena ulah si lelaki yang terus saja bermain-main dengan lehernya seolah hanya itu saja yang bisa dirinya lakukan.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang