Pagi ini nampak indah,sinar matahari berpadu dengan kicauan burung serta langit yang terlihat sangat cerah menghiasi suasana pagi hari di kota Jakarta.
Orang-orang sibuk berlalu lalang ke sana kemari, berjalan menuju tujuannya masing-masing.Di sisi lain, Aran malah sedang duduk dengan frustasi. Ini adalah hari yang buruk baginya, pasalnya dia sedang sangat kebingungan dengan masalah nya. Siang ini, ia ada pertemuan penting dengan salah satu pengusaha dari luar negeri, dia juga harus latihan vokal hari ini, ditambah dia juga harus bertemu dengan ayahnya siang ini juga. Benar-benar sial bukan?
Jika soal latihan dia bisa menundanya dan mungkin besok juga bisa. Tapi, pertemuan antar CEO ini sangat penting begitupun dengan ayahnya. Mana yang harus dia pilih?!
Aran Pov!
Astaga, aku harus apa? Apa yang harus aku lakukan?! Tidak mungkin aku akan membatalkannya, ini adalah kesempatan emas bagiku. Kapan lagi aku bisa bekerja sama dengan perusahaan terbesar di Asia?! Shitttt!!!! Aku sangat pusing. Ini membuatku bingung, aku lelah......
"S-sir?"
Suara itu, suara itu masuk ke dalam indra pendengaran ku, suara yang mampu mengubah suasana hatiku, sangat lembut, biarkan aku mendengarnya lagi
"M-maaf sir, sebentar lagi kita akan meeting de-"
"Batalkan!". Ucapku tegas, memotong perkataan nya.
Dia menatapku, tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Yah, aku memang sudah menduganya, hanya ini yang bisa aku lakukan, dan hanya ini yang harus aku pilih. Ya, aku harus bertemu dengan ayahku.
Ayahku bukan tipe orang yang mau di ajak bicara jika tidak penting. Sekarang, dia harus datang untuk menemuiku. Apa sepenting itu? Tidak! Aku tidak tahu, dan aku akan segera tahu.Aku memang sangat ingin bekerja sama dengan mereka, tapi ayahku lebih penting, lebih penting daripada apapun. Aku tidak peduli dengan pekerjaan ku.
"Ayahku akan kemari nanti siang, hormatilah dia dan beritahu karyawan lain". Ucapku, lalu pergi meninggalkan ruangan. Aku akan membunuh siapapun yang berani mengganggu waktu ku dengan ayahku.
* * *
Aku duduk di sofa, menyandarkan tubuhku di sana. Ayahku sudah ada di depanku saat ini.
Chika memberikan beberapa kaleng minuman untuk kami, aku tersenyum sebagai tanda terimakasih lalu menyuruhnya untuk segera pergi. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kami, siapapun itu."Karyawan-karyawan mu sangat sopan, aku menyukainya". Ucap ayahku setelah Chika meninggalkan kami. Cih! Dia tidak tahu saja jika mereka bersikap seperti itu karena aku yang menyuruhnya, mereka itu munafik.
"Apa yang ingin ayah katakan sampai harus menemuiku?". Tanyaku to the point, aku tidak ingin basa-basi lagi sekarang.
"Aku ini ayahmu, apa aku tidak boleh menemui putraku sendiri?"
Aku menghela nafas kasar lalu meminum-minumanku. "Sudahlah ayah aku tidak ingin basa-basi lagi, itu hanya akan membuang-buang waktu ku saja". Kataku.
Ayahku mengambil laptop dari tas nya, membukanya lalu mengetikkan sesuatu disana. "Kau ini, kau selalu saja bersikap seperti itu, tidak pernah berubah". Ucapnya, tersenyum kepadaku. Apa yang ingin dia tunjukkan?
"Kemari lah!". Perintahnya. Aku berdiri, berjalan menuju tempat ayahku, lalu duduk di sampingnya.
Aku melihat layar laptop, disana hanya ada beberapa gambar bangunan kecil dan tulisan yang belum pernah aku baca sebelumnya, mungkin itu nama dari bangunan itu, atau?
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Teen Fiction"untuk apa kita menikah? kita tidak saling mencintai!" -Anin. "bersabarlah! kita akan berpisah setelah ini" -Aran. . . . . . . . . . kisah dua insan yang di paksa bersama meski tidak saling mencintai. dari berbagai masalah mereka hadapi, alasa...