8

360 50 0
                                    

Sebelum/sesudah baca, jangan lupa votmen ya
.
.
.
Happy reading( ˘ ³˘)♥

Jaketnya.......
Di jaketnya tertulis Jz  sebenarnya apa maksud dari Jz  itu? Apa itu nama merk? Tapi biasanya nama merk tidak sebesar itu, dan biasanya juga terletak di area yang tidak terlalu terlihat.

Tulisan Jz  itu hampir menutupi seluruh bagian belakang tubuhnya, bahkan dilihat dari jarak 5 meter pun tulisannya akan terlihat jelas.

   "Perlukah kami mencari tahu arti dari tulisan itu, tuan?" Tanya salah satu bodyguard ku.

   "Tidak, tidak usah. Biar aku sendiri yang mencari tahu" kataku.

   "Tapi tuan, bukankah itu juga salah satu tugas kami?" Katanya lagi. Semua orang mengangguk setuju, tapi tidak denganku.

   "Tidak, tugas kalian hanya mencari tahu siapa pelakunya. Itu saja!" Tegasku.

   "Baik!!" Balas mereka bersamaan.

Aku menganggukkan kepalaku, lalu pergi.

Aku berjalan meninggalkan markas. Saat ingin menginjakkan kaki ku di tangga pintu utama, tiba-tiba ponselku berdering. Lantas aku mengambilnya, melihat nama yang tertampang jelas di layar ponsel, ternyata ayahku.

   "Ya ayah, ada apa?"

   "Aran, temanku akan menemuimu, aku yang menyuruhnya. Dia bersedia untuk membantumu. 2jam lagi dia akan segera sampai, jemput lah dia! Selamat siang dan berhati-hati lah!"

Katanya lalu mengakhiri panggilan nya, tak membiarkan aku bertanya dulu atau apalah. Sungguh menyebalkan bukan?


Aku melangkahkan kakiku, mengamati seluruh penjuru bandara. Melihat ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan seseorang yang sama sekali tidak aku ketahui bentuk wajah dan namanya. Bodoh!

Saat ingin menginjakkan kakiku kembali, tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku. Aku membalikkan badan, melihat ke arah orang tersebut.

Dia melepaskan tangannya dari pundakku, lalu tersenyum ramah.

   "Kau putra tertua dari keluarga Mahardhika?" Tanyanya. Aku mengangguk sebagai jawaban.

Dia mengulurkan tangannya. "Saya Marco, teman ayahmu" katanya.

Aku membalas uluran tangannya. "Aran" balasku.

Setelah mengobrol cukup lama, aku memutuskan untuk pergi ke apartemen ku. Tempat dimana paman Marco akan tinggal.

    "Jadi kau memiliki masalah yang sama dengan ayahmu?" Tanyanya memecahkan keheningan diantara kami.

Aku menatap paman Marco sesaat, menganggukkan kepalaku lalu kembali fokus ke arah jalanan.

   "Aku tahu, seharusnya kau tak terlibat. Masalalu membuat Zaky kehilangan jati dirinya. Tapi dari dulu dia memang begitu sih" gumamnya di akhir, tapi aku masih bisa mendengar nya.

Aku melirik paman Marco, berniat untuk menanyakan siapa itu Zaky, tapi aku pikir nanti saja.

   "Bagaimana?" Tanyaku setelah kami sampai di apartemen.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang