3

518 64 1
                                    

    Aran Pov!
  
Setelah sekitar 30 menit aku berbaring di sofa, aku memutuskan untuk bangun, aku sangat lapar sekarang. Aku berjalan menuju dapur, lalu membuka lemari es dan ternyata tidak ada apa-apa disana, hanya sayuran dan beberapa kaleng minuman. Ck! Apa dia tidak belanja? Padahal aku sangat lapar sekarang. Aku akan bertanya padanya.

     "Anin apa kau tidak belanja?". Tanyaku sedikit berteriak. Tapi tidak ada respon apapun darinya. Apa dia tidak mendengar nya? Astaga, dia membuatku kesal. Baiklah-baiklah, aku akan menemuinya.

   Aku berjalan menuju lantai atas, yah siapa tau dia ada di kamarnya tapi aku yakin dia ada disana. Aku mengetuk pintu kamar tapi tidak ada yang membukanya sama sekali, aku membuka pintu secara perlahan, melihat ke kanan dan ke kiri tapi tidak ada siapa-siapa disini. Dia juga tidak mengunci pintunya, sebenarnya sedang apa dia ini?!

    Aku memasuki kamar, mencari keberadaannya disana. Ternyata dia sedang di balkon, aku menghampirinya lalu berhenti tepat di belakangnya.

    "Apa kau tidak belanja hari ini?". Tanyaku, dia sedikit terkejut lalu berdiri di depanku. Padahal aku bicara dengan nada yang biasa saja, tapi mengapa dia bisa terkejut? Apa dia sedang melamun? Apa yang dia pikirkan? Huft! Ada-ada saja....

    "Kau tidak memberiku uang". Jawabnya dengan ekspresi yang sulit di artikan.

    "Hm baik, ikutlah denganku sekarang!". Ucapku, kembali berjalan menuju kamar.

     "Kemana?". Tanyanya, berjalan mengikuti.

     "Sudah tidak usah banyak bertanya ikuti saja!". Tegasku, lalu meninggalkan ruangan.

     "Yasudah, aku akan bersiap-siap dulu". Katanya sebelum aku benar-benar meninggalkan kamarnya.

    Setelah menunggu beberapa menit, dia pun turun dari tangga, berjalan menuju ke arahku. Kami berjalan bersama menuju mobil, kali ini Gito tidak bersamaku karena waktu kerjanya sudah habis. Ya, dia hanya kerja pada pagi dan pulang di sore hari.
     Aku tidak membukakan pintu mobil untuknya, lagi pula dia juga bisa sendiri kan? Dia bisa melakukannya sendiri selagi dia masih mempunyai tangan. Bukan begitu??

     Aku mengendarai mobil ku dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Jakarta yg kini hanya di terangi lampu dan bintang-bintang.
     Aku melirik Anin sesaat, dia sangat cantik malam ini. Pakaian tidak terlalu mewah, sangat sederhana tapi cukup sexy di mataku. Dia hanya memakai Hoodie polos berwarna hitam dan celana putih di atas lututnya, dia sangat cantik aku menyukainya.

     Tak lama dari itu, kami sampai di sebuah toko. Ya, aku mengajaknya untuk berbelanja malam ini. Kami memasuki toko lalu mengambil beberapa troli untuk barang belanjaan kami.

     "Aku pikir kau akan mengajakku makan di luar malam ini". Celetuknya tanpa berfikir.

     "Y-ya aku hanya sedang ingin memakan makananmu". Bohongku padanya. Aku tidak tahu jika dia ingin makan di luar, yah seharusnya aku bilang dulu dari tadi jika aku hanya ingin membawa nya pergi berbelanja.

     "Kau tidak pandai berbohong tuan". Ucapnya. Ck! Bagaimana dia bisa tahu bahwa aku hanya berbohong? Apa hidungku akan mancung ketika aku berbohong?!. "Aku ingin ini". Lanjutnya, mengambil salah satu mie instan.

    "Ambil saja! Biar aku yang membayar nya". Ucapku sedikit menyombongkan diri.

    "Jika bukan kau yang akan membayarnya lalu siapa lagi? Aku tidak punya uang!". Jujurnya.

    "Ya, kau terlalu miskin". Ejekku, tertawa kecil.

    "Aku tidak miskin, tapi suamiku lah yang terlalu pelit". Balasnya, menatapku sesaat lalu kembali berjalan. Dia berjalan di depanku sekarang.

    "Ya ya ya, terserah kau saja!". Ucapku mengikuti nya dari belakang. Aku lupa mentransfer uang untuknya hari ini dia juga tidak bilang padaku jika uangnya sudah habis. Jadi, ini bukan salahku kan?!

    Kami sudah membeli semua barang yang kami butuhkan, saat ingin membayarnya tiba-tiba dia bilang bahwa dia lupa membeli salah satu makanan yang sangat penting. Aku pun mengikutinya, berjalan di sampingnya. Ck! Ternyata hanya cereal.
     Dia sedikit jinjit untuk mengambil cereal di atas sana tapi hasilnya nihil, dia tetap tidak bisa mengambilnya. Aku mendekatkan tubuhku padanya lalu mengambil cereal yang dari tadi dia inginkan.

    Aku mengambil cereal itu, menatapnya yang kini berdiri tepat di depanku. "Kau terlalu pendek, istriku!". Ejekku.

    "Tidak! Aku tidak pendek tapi kau lah yang terlalu tinggi dan aku bukan istrimu, mengerti?!". Tegas Anin, astaga dia ini! Dia terlalu pandai berbicara.

* * *

    Aku merebahkan tubuhku di sofa, saat ini aku sedang menunggu Anin menyiapkan makan malam.
    Saat di mobil tadi aku sempat menanyakan beberapa pertanyaan yang memang sudah sangat mengganjali pikiran ku sedari tadi. Tapi, dia malah asik tidur dan tidak mendengarkan ucapan ku di sepanjang jalan menuju rumah. Menyebalkan sekali bukan?!.

     "Kau masak apa? Kenapa lama sekali?". Ucapku, berdiri di belakangnya.

    Dia mengecilkan api kompor lalu berbalik badan, berdiri di depanku. "Apa kau tidak lihat?! Aku sedang memasak nasi goreng untukmu,bersabarlah sedikit!". Ucapnya sembari melototi ku, astaga dia sangat mengerikan ketika sedang marah. Seperti singa betina saja!!

    "Hanya itu saja?". Perotesku.

    "Bukankah ini kesukaanmu?". Ucapnya berbalik nanya.

    "Bagaimana kau bisa tau jika aku menyukai nasi goreng?". Tanyaku lagi. Aku tidak pernah mengatakan apapun tentang apa yang aku suka, mengapa dia bisa tahu jika aku menyukainya? Dia sangat hebat!.

    "Bukankah kau memakan ini setiap malam?". Celetuknya.

    "Ah ya! Aku tau, cepatlah! Aku sudah sangat lapar". Ucapku lalu meninggalkannya. Berjalan menuju meja makan.

    Aku duduk di kursi, mengambil ponselku dari saku, melihat beberapa notif yg ada di sana. Dari banyaknya notifikasi, aku hanya tertarik pada salah satu notif, ya! Itu dari Chika. Aku membuka pesan darinya lalu membacanya.

    From: Chika
"Maaf jika aku mengganggu waktu istirahat mu sir, aku sedikit khawatir karena kau tidak ke kantor selama 2 hari ini, apa kau baik-baik saja? Apa kau tidak sedang sakit? Perlukah aku datang menemui mu? Ah, maaf! Aku terlalu berlebihan"

    Aku tersenyum setelah membacanya, rupanya dia mengkhawatirkan ku. Dia sangat lucu, aku menyukainya.....
     Aku salah tingkah hingga tidak menyadari bahwa Anin sudah memberikan sepiring nasi goreng padaku. Aku meliriknya sesaat, memberikan senyuman sebagai tanda terimakasih.

     Selesai makan, aku berniat untuk pergi ke kamarku. Saat ingin berdiri meninggalkan meja makan, tiba-tiba ponselku berdering, aku pun mengambil ponselku lalu melihatnya.

    From: Zoe
"Ayah sedang ada disana, dia akan ke kantormu nanti siang. Temui dia dan berbicaralah dengannya. Selamat malam"

    Aku sedikit terkejut setelah membaca beberapa pesan dari adikku. Bagaimana ayah bisa ada disini? Mengapa dia tidak memberitahuku? Aku akan menemuinya besok......

.
.
.
Continued

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang