12

382 44 0
                                    

   Marco POV!
Pagi ini aku menemui putra dari temanku. Ya, Aran.

Aku datang ke rumah mewahnya untuk menyelidiki sesuatu dan kalian pasti sudah tau apa yang di maksud dengan "sesuatu" itu bukan??

Tapi sayangnya, aku tidak menemukan apapun. Tidak ada yang aneh disini. Para pekerjanya juga sepertinya sangat menghormati tuan muda nya ini.

Aku mengintrogasi semua pekerjanya. Tapi, tidak ada yang mencurigakan diantara mereka. Setiap mereka berbicara, mata mereka tidak menunjukkan kebohongan apapun.

Jadi, semua ini hanya sia-sia saja?!

  "Bagaimana?", Tanya lelaki muda yang tidak lain adalah Aran.

  "Tidak ada." Oke, hanya itu yang bisa ku katakan sekarang.


Aku melihat lelaki di depanku yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Dan dia menatapku.

  "Sebenarnya, bodyguard dan supir pribadiku tidak bekerja hari ini" katanya.

  "Hanya hari ini?"

  "Tidak. Dia sudah tidak bekerja selama seminggu ini. Ibunya sedang sakit. Jadi, dia mengambil cutinya." Jelasnya.

Seminggu? Seminggu yang lalu? Seminggu ya? Oke, aku tarik kembali kata-kata ku tadi.

  "Bisa kita menemuinya?" Tanyaku. Aku sedikit penasaran dengannya.

  "Of course...."

* * *

  Aran Pov!
  Aku berdiri tepat di trotoar jalan. Di temani dengan paman Marco tentunya.

Aku akan menjenguk bibi Ella, ibu dari temanku, Gito. Gito memang tidak memberitahukan dirumah sakit mana ibunya dirawat. Tapi, bukankah aku bisa melacaknya? Dan itu berhasil.

Sebelum aku menemuinya, aku akan mampir ke toko buah untuk aku berikan padanya. Sangat tidak sopan jika kita menemui seseorang yang sedang sakit tapi kita tidak membawa apa-apa.

Mungkin kata "sopan" tidak terlalu pantas untuk itu. Mungkin kata yang lebih tepatnya adalah "tidak tahu diri?" Atau "memalukan"

Lampu hijau belum juga padam. Dan demi apapun, aku sangat membenci ini. Perlu kalian garis bawahi jika aku tidak suka menunggu.

Dan akhirnya, lampu hijau sialan itu padam juga.

Saat ingin melangkahkan kakiku untuk menyebrangi jalan. Tiba-tiba seorang gadis kecil menarik-narik ujung jasku. Aku melihatnya lalu menaikkan sebelah alisku, bingung.

  "Bisakah aku menyebarang bersamamu tuan? Aku takut...." Rengeknya diakhir. Astaga, dia benar-benar menggemaskan.

Aku menggenggam tangannya, lalu menatapnya. "Let's go, baby" kataku, dan dia tersenyum manis.

Aku menyebrangi jalan dengan tenang. Dan kamipun sampai di sebrang.

  "Sampai" kataku pada gadis kecil itu.

  "Hhhi, thank you uncle" ucapnya tersenyum manis.

Aku menyamakan tinggi badanku dengannya, dengan berjongkok. "Your welcome, sayang" kataku. Mengelus puncak kepalanya, gemas.

Gadis itu menganggukkan kepalanya, tersenyum lalu pergi.

Aku tersenyum melihat gadis itu berlari bak kelinci; melompat-lompat lalu berlari, melompat-lompat lagi dan berlari lagi. So cute.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang