MGMH 6

211K 20.8K 2.1K
                                    

Hai pren, up lagi nih. Walaupun vote chapter kemarin belum sampai target:)

Sedih banget, chapter kemarin sepi, yang komen sama yang vote dikit banget:(

Jangan pada baper sama Gus Maulana ya:)

Inget pren, Gus Maulana cuma fiksi, kalau kalian baper gak ada yang mau tanggungjawab.

Jangan lupa follow, vote dan komennya pren!!!

Baca Ayara Albirru juga yaaa!!!

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

Setelah keluar dari ruangan asatidz, Nazwa segera menuju kamarnya. Suasana hatinya masih sama seperti didalam ruangan tadi, jantungnya masih berdegup kencang.

Entah kenapa perkataan Gus Maulana tadi masih terngiang-ngiang dipikirannya. Ia pun masih bingung, kenapa dirinya mengiyakan permintaan Gus Maulana, yang meminta dirinya untuk menggantikan menjaga hafalan santriwati besok pagi.

Dan ia pun bingung, biasanya jika Gus Alwi sedang serewel apapun, Ning Huda akan tetap menjagakan hafalannya.

Ia juga bingung, kenapa jantungnya berdetak lebih cepat saat bersama Gus Maulana tadi. Padahal biasanya, Nazwa tak pernah seperti itu jika berbicara dengan laki-laki.

Ia juga merasakan hal yang aneh, ia juga tak tau perasaan apa itu. Namun yang pasti, Gus Maulana laki-laki satu-satunya yang bisa membuat hati Nazwa resah.

Nazwa juga mulai penasaran dengan Gus Maulana. Yang ia dengar tentang Gus Maulana adalah, Gus nya itu tipikal orang yang tidak banyak bicara kepada perempuan selain mahromnya. Tapi tadi, Gus Maulana banyak bicara dengan dirinya.

Ia juga mendengar, kalau Gus Maulana itu laki-laki yang sangat irit bicara. Tapi kenapa tadi saat bersamanya, apa yang orang nilai tentang Gus Maulana, Nazwa tidak melihatnya. Bahkan, Nazwa bisa melihat, bahwa Gus Maulana orang yang sangat ramah.

"Astaghfirullah, sadar Nazwa, jangan mikirin Gus Maulana. Tapi kenapa ya, kok aku seneng pas dijagain hafalan sama dia, Gus Maulana juga gak secuek dan sedingin orang-orang," gumam Nazwa ditengah perjalanan menuju kamarnya.

"Dan bisa-bisanya, cuma liat senyum tipis Gus Maulana, aku sampai salting. Parah sih, tapi Gus Maulana emang ganteng. Terus dia juga bilang aku beda dari perempuan lain, beda kenapa juga, orang sama-sama perempuan, makan nasi juga, apa yang beda sih?" tanya Nazwa kepada dirinya sendiri.

"Kak Nazwa, tunggu!" teriak seseorang.

Nazwa yang mendengar namanya dipanggil pun, lantas menghentikan langkahnya dan berbalik badan.

"Assalamu'alaikum kak Nazwa."

"Wa'alaikumussalam warohmatuloh, kenapa ya?"

"Kak Nazwa tadi habis dari ruang asatidz ya?"

"Iya."

"Eeemmm, Gus Maulana ada gak kak di ruang asatidz?"

"Ada, saya baru setor hafalan sama beliau."

Adik kelas Nazwa yang mendengar, bahwa Nazwa setoran hafalan dengan Gus Maulana dibuat kaget. Kenapa bisa kakak kelasnya setor hafalan dengan Gus Maulana? Setahunya, Gus Maulana paling tidak suka menjaga hafalan santriwati.

"Beneran kak?"

"Iya, kenapa emangnya?" tanya Nazwa, ia melihat raut wajah adik kelasnya ini terkejut dan tak percaya.

My Gus My Husband [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang