Vino memutuskan dengan setengah hati. Sebenarnya dia belum benar-benar bisa menerima kehadiran orang lain di rumahnya, tapi untuk saat ini, Vino akan mencoba.
~*~
Vino tetap berdiri di tempatnya, memantau dari kejauhan, tanpa ikut dengan Izky dan Miko, yang berjalan kearah Ivy dan Sofia. Kedua gadis itu masih berdiri di tempatnya, menuggu tiga sejoli itu berdiskusi dari tadi.
"Gimana kak, keputusannya?" tanya Sofia penasaran.
Izky dan Miko hanya diam memandangi keduanya, sembari memasang wajah sedih.
"Tetap gak diterima ya kak? yaudah deh gak apa-apa, kita cari tempat yang lain aja, tapi makasih banyak ya kak sudah mau bantuin kita," ucap Ivy, yang seakan bisa mengetahui keputusan Vino, hanya dari melihat ekspresi Izky dan Miko. Kemudian, tanpa basa-basi lagi, Ivy menarik pelan pergelangan tangan Sofia, untuk ikut pergi dengannya meninggalkan tempat itu.
"Kalian mau kemana?" ucap Izky, yang langsung menghentikan langkah kedua gadis itu yang ingin pergi.
Ivy dan Sofia, berbalik dengan wajah bingung menghadap Izky dan Miko.
"Mau pulang lah kak, cari tempat kost yang lain lagi," jawab Ivy menyahuti.
Izky dan Miko bertatapan sembari tersenyum geli, dan tetap berusaha berekspresi sedih.
"Emangnya, kami sudah bilang, kalian tidak diterima?" Ivy dan Sofia bertatapan dengan bingung, mendengar ucapan Izky barusan.
"Maksud kakak?" Sofia mengambil alih pertanyaan.
"Em...," Miko, pura-pura berfikir, yang mana membuat Ivy dan Sofia bertambah bingung.
"Kalian berdua, boleh kok tinggal di sini," beritahu Miko, yang langsung membuat kedua gadis itu kaget bahagia.
"Yang bener kak?" Ivy memastikan.
"Iya beneran, kalau gak percaya, tanya tuh sama yang punya rumah," Miko menunjuk kearah Vino, yang berada beberapa meter di belakang.
Ivy mengangguk dan langsung berlari kecil menghampiri Vino, yang tengah menyendiri dengan gaya tangan bersedekap. Sofia pun mengikuti Ivy, dari belakang. Dengan perasaan bahagia dan sedikit canggung, Ivy menatap Vino, yang juga ikut menatap keduanya dengan tatapan dingin.
"K-kak, makasih banyak ya, karena sudah mengijinkan kami untuk menyewa kamar kost di tempat kakak," ucap Ivy sedikit gugup.
Vino hanya mengangguk kecil merespon Ivy, tanpa berekspresi dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ivy tetap tersenyum senang menghargai apa pun, yang ditunjukkan Vino kepada mereka. Bahkan, ini sudah lebih dari cukup, karena Vino, sudah mau membantu mereka dalam keadaanya yang melawan pantangannya. Berbeda dengan Sofia, gadis itu terlihat tidak puas dengan respon dingin yang Vino berikan kepada mereka. Seharusnya, Vino bisa lebih hangat lagi saat menerima anggota baru dirumahnya, itu pikir Sofia.
Entah kenapa tiba-tiba, Sofia tersenyum aneh. Tampaknya, gadis itu sedang memikirkan sesuatu yang akan dia lakukan kepada pria dingin berkharisma di depannya ini. Sofia mendekatkan dirinya kepada Vino, sembari memegang jemari Vino, dengan santai.
Vino yang merasakan keanehan itu sontak kaget, bersamaan dengan Ivy, yang melihat tingkah Sofia yang di luar dugaan. Miko dan Izky, yang berada sedikit jauh dari mereka, ikut memandangi dengan curiga.
"Kak Vino, makasih ya, semoga nantinya kita bisa menjadi teman baik di rumah ini," Sofia bergaya centil dengan tatapan menggoda, sambil sedikit memperlihatkan aura dirinya yang seksi.
Vino menelan ludahnya yang terasa berat di tenggorokan. Ini bukan karena Vino, yang terangsang melihat keseksian dari Sofia, tapi ini, karena gadis itu yang memegang tangannya tiba-tiba. Tapi Vino, tidak terlalu merasa khawatir, karena sarung tangan sudah di pakainya untuk melindungi kulitnya. Vino, juga memakai baju lengan panjang saat itu, sehingga menutupi seluruh bagian tangannya, Sofia tidak mungkin bisa menyentuh kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABNORMAL
Teen Fiction*Jangan lupa tinggalkan jejak ya THANKS~ •~• Ini semua karena karma itu! Beberapa tahun silam, terjadi sebuah sumpah yang akhirnya menjadi kesialan, untuk kehidupan seorang cowok yang sekarang mengidam venustraphobia. ya, sebuah rasa takut kepada...