typo bertebaran dimana-manaa
Happy reading ♡
Di malam hari, tepat pukul 20:24. Ara duduk di kursi balkon, matanya terus memandang pemandangan cukup indah disana.
"Chika kapan pulang yaa?" Tanya Ara, dirinya sedikit khawatir, karna dari sore sampai jam kini belum terlihat batang hidungnya.
Ara menghela nafasnya berat, "apakah Chika bareng temen-temennya?" Tanyanya sekali lagi.
Ara pun mengambil handphonenya, dan langsung tertuju pada kontak bernama 'istriku 💞' dan menelpon melalu suara.
Dan, tak ada respon satupun dari chika. Bahkan di kontak itu terakhir dilihat pada pukul 17:55. Ara pun mencoba menelpon sekali lagi, dan tak ada respon satupun.Ara hanya bisa terdiam, angin kecil menyelimutinya.
Dirinya teringat, hampir 3 bulan ini. Chika sering sekali berkunjung kerumah badrun. Kadang tanpa izin pun Chika menyelonong pergi kerumah badrun.
Andai saja Ara tau, jika Chika dan Badrun memiliki hubungan tanpa sepengetahuan Ara.
"Dadd.." seorang anak kecil berumur 8 tahun, menatap Ara khawatir.
"Yaa, ada apa, Vana?" Tanya Ara, badannya sedingkit membungkuk.
"Mommy mana?"
Pertanyaan dari Vana membuat Ara terdiam, bingung ingin menjawab apa. Dikarnakan umur Vana yang masih sangat belia.
"Hmm..." gumam Ara, "mommy...lagi bareng temen-temennya" ujar Ara, tangannya mengelus punggung tangan mungil putri pertamanya, Vana.
"Tapi kokk...belum pulang?" Tanyanya kembali.
"Palingan mommy lupa waktu, atau memang sangat sibuk.." kata Ara, jantungnya berdebar kencang. Saat menatap Vana seperti sangat khawatir akan keadaan sang ibunda yang diluar sana.
"Benerann?"
"Iyaa..." ucap Ara dengan lembut, "masa daddy bohongg.." sambungnya
Vana tersenyum, matanya tak bisa dibohongi. Terlihat di sisi matanya, seperti cemas dan khawatir.
Ara memeluk putrinya dengan erat, dan memberikan pelukan hangat. Dan tersenyum.
Walapun Ara bukan ayah biologisnya, tetapi ia sangat menyayangi anak perempuan dan anak lelakinya. Tak disangka, air mata pun mengalir di pipinya."Lohh daddy kok nangiss?" Jari Vana mulai mengusap pipi Ara yang basah akibat tangisannya.
Tangisan Ara pun makin pecah.
"Daddy...sayang banget sama Vana, Vanka, Alan, dan Alen"
"Mommy?" Tanya Vana dengan nada lembut.
"Ehh iyaa" Ara terkekeh, "mommy juga"
Mereka berdua tertawa, dan saling bertatapan. Walaupun hati Ara sedang khawatir, tetapi kekhawatiran itupun tertutup oleh canda tawa dari Vana, putrinya.
°°°
Dua sejoli, sedang berada di atas kasur. Dengan tanpa memakai pakaian sehelai benang satupun, dan badan mereka yang ditutup dengan selimut.
Chika, bersender di dada bidang seorang lelaki berbadan tinggi dan rambut hitam kecoklat-coklatan. Mereka telah menghabiskan waktu 2 jam untuk bercinta di kasur itu."I love you, badrun" ucap chika, matanya terpejam.
Badrun pun mencium pucuk kepala, "love you moree.." sambung badrun dengan berbisik. "Makasih ya, kamu udah kasih kenang-kenangan sebelum aku pulang ke Bali"
"Kamu jugaa, apalagi...kita udah ngejalin hubungan ini hampir 3 bulan, lohh!"
"T-tapii chikk.." badrun terdiam
"Tapi apa, sayangg?" Chika mendongakkan kepalanya, menatap Badrun dengan tulus.
"Suami kamu? Apalagi aku sahabatnya dia, chik"
Chika terdiam, ia melupakan Ara yang sedang dirumah. Menjaga anak-anaknya. "Aduhh, Araaa"
"Pulang, gih. Takutnya kamu dimarahin Ara" perintah Badrun, tak tega membayangkan sahabatnya yang sedang menunggu Chika datang ke rumah.
"Aku masih mau sama kamu, Badrun"
"Pulang atau aku yang antarin kamu?" Tanya Badrun datar.
Chika pun beranjak dari kasur. Tak lupa membereskan pakaiannya yang berserakan di lantai. Sebenarnya, Chika masih ingin berdua dengan Badrun. Tetapi karna Badrun menyuruhnya pulang, akhirnya Chika pun terpaksa pulang ke rumah, karna Badrun tak mau menyakiti hati sahabatnya, Ara.
Sebuah mobil taksi parkir di depan halaman rumah yang sangat mewah, seorang perempuan beranjak dari mobil itu. Rambutnya sedikit acak-acakan. Pikirinnya juga masih kemana-mana.
"Makasih, pak" ujar perempuan itu, memberikan uang sebesar 50 ribu kepada bapak-bapak taksi itu.
"Sama-sama, mbak!"
Mobil taksi itu pun langsung menjauhi rumah mewah perempuan itu. Sambil menghela nafasnya menatap rumah yang sangat mewah.
Perempuan itu mengetok pintu.
Tokk...tokk...tokkk...
Tak butuh waktu lama, Ara membukakkan pintu. Dirinya terdiam saat menatap sosok perempuan yang berada didepannya.
"C-chikaa?" Ara tercengang, "kamu udah pulangg.."
Ara lega, saat Chika pulang ke rumah. Namun, Ara kebingungan dengan rambur Chika yang sedikit berantakan.
"Kenapa, ra?" Tanya Chika, ia masuk ke dalam. Tak lupa menutup pintu.
"Kok, rambut kamu berantakan?" Ara masih kebingungan.
"I-inii...karna, aku main lari-lariann sama temen aku" jawab chika dengan jantungnya yang berdebar kencang.
"Kok jawabannya gak masuk akal" batin Ara, ia mengerutkan keningnya.
Di kamar, Ara sedang bersandar di kepala kasur dengan handphone yang baru saja ia beli, 1 minggu yang lalu.
Chika membuka pakaiannya, dirinya takut. Karna cukup banyak kissmark yang ditinggalkan badrun di tubuhnya.
Ara menoleh ke arah Chika yang membuka pakiannya. Terlihat juga kissmark yang ditinggalkan oleh badrun, "Chika, di badanmu kok banyak kissmark?"
"Badan ku gatel, ra. Makanya aku garuk" jawab Chika dengan cepat.
"Yaudah lahh, mungkin kissmark bekas aku" batinnya kembali menatap layar handphonenya
Chika pun lega, dapat menjawab pertanyaan yang cukup sulit baginya untuk jawab. Bahkan, kenangan yang ia beri ke badrun tak akan ia lupakan.
Tbc
Bakal ada konflik di part selanjutnya!!
COMING SOON!
KAMU SEDANG MEMBACA
God, I Love Her [ Completed ]
Teen Fiction"we will continue to love each other." WARNING : GXG AREA🔞🔞