Fay yang tidak sedang tertidur merasa ada yang menatapnya. Ia perlahan membuka matanya dan mengedarkan pandangan. Tatapannya berhenti di mata elang Kaisar ia tak mengalihkan pandangan. Untuk sementara mereka bertatapan.
Ada makna dibalik tatapan Kaisar tapi Fay tak tahu apa artinya. UKS makin ramai membuat Fay tersadar. Fay membalikan badannya ia tak mau menatap Kaisar.
Fay merasa panas pada punggungnya ia tahu Kaisar menatap tajam padanya, ia mencoba tidur kembali dan tak ingin peduli pada Kaisar. Ia ingin istirahat.
Kaisar yang diabaikanpun merasa geram ia bangun dari brankar dan menendang kaki tempat tidur Fay. Fay terlonjak dan bangun menghadapi Kaisar.
"Bajingan" umpat Kaisar.
Fay tertunduk ingin menangis. Mengapa Kaisar jahat padanya padahal ia dulu baik bahkan sangat baik.
'Oh karena masalah itu ya' pikir fay
Ia ingin kembali tidur tapi upacara sudah selesai. Fay merapikan tempat tidurnya sebelum pergi tak lupa pamit kepada Mbak Yuli.
Di perjalanan menuju kelas banyak tatapan sinis dan meremehkan bahkan ada tatapan jijik. Fay terbiasa dengan itu. Padahal tiga bulan lalu semuanya masih biasa. Karena masalah itu ia di kucilkan dan di rundung.
"Heii perek, gue sewa lo boleh" ucapan tak mengenakan itu terdengar dikoridor. Tertawa. Semua orang tertawa.
Demi tuhan Fay tak tahan dengan situasi ini.
Setelah dikelas pun ia berdiam diri dikursinya. Melamun berharap hari ini berakhir cepat.
Memang tak ada yang membiarkannya istirahat. Sebuah bola menghantam kepala Fay. Fay tertunduk tak ingin bersuara.
Tawa si pelaku membuat ia takut. Tawa khas itu Enzo, ia lebih kejam dari pada Kaisar meskipun Kaisar lebih kuat tapi Enzo lebih brutal ia tak pandang bulu mau lelaki ataupun perempuan ia hajar.
"Hahahaha yaampun Fay gue ga sengaja. Bolanya terbang sendiri" bohong Enzo. Ia sengaja menendang bola dan menjadikan Fay targetnya. Enzo anak futsal jadi tak mungkin tendanganya meleset.
"Bolanya tau mana yang jalang, Zo" kali ini Julian yang berbicara.
Fay memegangi tengkuknya yang terkena bola. Sakit sampai susah untuk menegakan kepalanya kembali.
Tak ada yang peduli.
Enzo dan Julian pun kembali bermain bola. Semua orang hanya menatap Fay dan kembali ke kesibukanya masing masing.
Fay menatapi mejanya yang penuh coretan. Kata kata kasar memenuhi mejanya. Ia menahan tangisannya. 'Tak ada yang peduli, Cha' pikir Fay.
Suara sepatu hak terdengar di ruang kelas itu membuat siswa yang masih berdiri dan mengobrol kembali ke mejanya dan tak bersuara.
"Selamat pagi anak anak" sapa wali kelas mereka.
"Seperti yang kalian tahu, sebentar lagi kita akan studi lapangan. Ibu harap kalian segera melunasi biayanya." Terang Wali kelas.
"Bu, Fay bayarnya pake uang dari melacur, apa ga masalah Bu? Itukan uang haram" celetuk Felicia.
Ia cekikikan setelah berujar seperti itu.Tak ada yang membantah.
"Felicia jangan berisik, pelajaran akan ibu mulai" tepat setelah itu ia menjelaskan materi.
Begitu, pembulian ini terus berlangsung dikarnakan guru menutup mata. Fay tak berharap apapun pada gurunya itu. Sudah menjadi hal yang biasa jika wali kelas mereka tak peduli.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Game
Teen FictionFay, gadis itu sangat dibenci oleh teman-temannya. Kesalahan kecil yang ia buat meruntuhkan segalanya. Menyerah. Kata itu selalu berputar di pikiran gadis remaja itu. "Aku bertahan karena ada yang lebih keren" -Fay Vanesha "You like to play, I lik...