Jam masih menunjukan pukul 6 pagi Fay sudah siap dengan seragamnya. Luka di wajah sudah ia samarkan menggunakan make up, rambut yang diurai membantu menyembunyikan lebam lebam itu.
Ia akan pergi ke sekolah tak betah bila berdiam diri di rumah. Fay pergi tanpa pamitan pada orang di rumah.
Ia sampai ke sekolah berjalan kaki, sedikit siswa yang sudah berada disekolah. Fay tersenyum, sedikitnya orang tak membuat ia gugup.
Di kelas masih sepi ia orang pertama yang datang, segera ia duduk dan terdiam.
Waktu berlalu kelas pun mulai ramai. Untungnya tak ada yang menganggu pagi Fay. Revina pun hanya menatap sinis Fay dan kembali menggoda Kaisar.
"Ohh lo udah sembuh?"
Perkataan itu mengarah ke Fay yang kemarin tidak sekolah. Ia mendongkak dan melihat lelaki urakan, luka di wajah dan tato di lehernya itu membuat ia takut. Ia kembali menunduk tanpa menjawab.
Aillard lelaki urakan itu kaget melihat wajah masternya meskipun Fay memaikai kacamata ia masih bisa mengenalinya.
"Hai, lo pasti Fay Vanesha. Kenalin gue Sebastian panggil Tian aja" Aillard mengulurkan tangan bermaksud menhajak salaman. Fay merasa takut ia mengekerut menjauhi Aillard.
"Salam kenal Tian" gumam Fay kecil hampir tak terdengar. Tangan Aillard masih menggantung, menatap bingung Fay yang ketakutan tapi merasa biasa mengingat tampilannya.
Atau jangan jangan ia trauma dengan sesuatu
Aillard masih dengan pikirannya. Felicia yang melihat itu langsung menendang kursi Fay. Kursi yang hampir rusak itu tak kuasa menompang berat badan Fay yang menyebabkan gadis itu terjatuh
"Harusnya lo besyukur ada yang ngajak lo ngobrol. Dasar cupu"
Aillard yang melihat itu refleks mendorong Felicia pelan, dengan lebay Felicia menjatuhkan diri.
"Tian, apa apaan sih? Sakit tau" Suara Felicia terdengar menjijikan di telinga Aillard, merasa bersalah ia mengulurkan tangan membantu Felicia bangun.
"Sorry, kursinya kena kaki gue" ucap Aillard. Felicia hanya tersenyum manis ia memaklumi Aillard. Felicia kembali ke kelompoknya yang berada di pojok belakang.
Aillard menatap Fay yang bangkit dan memperbaiki kursinya ingin membantu tapi Fay menghentakan tanganya yang terjulur.
"Ahh maaf aku bisa sendiri" ucap Fay ketakutan.
"Hemm oke" balas Aillard kurang terima, ia berjalan menuju Orian yang sedang berdebat dengan Ayena. Orian melihat Aillard langsung menghentikan kegiatannya.
"Na, kalem astaga. Gue mau bantu anak baru dulu" Orian terlihat menahan tangan Ayena yang sedang menjambaknya.
"Halah bacot" Ayena menyentak tangan yang ada di rambut Orian membuat lelaki itu meringis.
"Butuh bangku baru kan? Kita ke gudang sekarang, bentar lagi bel" saran Orian, tangan lelaki itu mengusap rambutnya, dijambak oleh gadis sangat menyakitkan pikir Orian. Aillard mengangguk mulai megikuti Orian keluar kelas.
.
.
"Gatel banget sih tante" Enzo meledeki Felicia ketika melihat gadis itu caper ke anak baru, tangannya memainkan bola.
"Apasih jelek" hina Felicia balik. "Tuh urusin muka lo yang hancur" lanjutnya.
Enzo tersenyum miring "Kerenkan gue?" Tanyanya menggoda. Wajah pria itu penuh dengan lebam dan luka seperti dipukul habis-habisan.
"Gak ada, lu jelek sumpah" Savira menanggapi ia mendorong pelan lengan Enzo.
"Dih,,, ganteng kok gue" Enzo menggerutu ia memandangi pantulan dirinya di jendela seraya merapikan rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Game
Teen FictionFay, gadis itu sangat dibenci oleh teman-temannya. Kesalahan kecil yang ia buat meruntuhkan segalanya. Menyerah. Kata itu selalu berputar di pikiran gadis remaja itu. "Aku bertahan karena ada yang lebih keren" -Fay Vanesha "You like to play, I lik...