Beberapa menit sebelum Fay Vanesha jatuh
Kelas yang terlihat sepi hanya diisi oleh dua orang, Fay dan Morana. Fay yang di tempat duduknya menatapi langit dan Morana yang sedang membereskan buku paket.
Morana merasa kewalahan jika ia membawa semua buku paket ini sendirian ke perpustakaan. Ia menatap Fay ingin meminta bantuan, tapi mereka tak dekat sama sekali bagaimana cara minta tolongnya.
Morana mengigit bibir bawahnya ia berjalan mendekati Fay.
"Fay" panggil Morana pelan. Fay menoleh dan tersenyum ringan
"Bantuin Mora boleh? Bawa buku ke perpus" minta Morana.
Fay dengan senang hati membantu, ia membawa setengah buku paketnya dan pergi di susul oleh Morana.
Kelas tak lama kosong ketika Felicia datang ke kelas.
"Lah,, kosong? Vira kemana sih? Katanya ke kelas" omel Felicia. Ia berjalan ke belakang kelas membatalkan niatnya ia kembali berjalan ke pintu, pantulan cahaya membuat ia berhenti. Tatapannya tejatuh ke kolong bangku Thalia, Felicia berjalan mendekat kearah objek yang itu.
Tangannya mengambil benda bercahaya itu. Gelang berlian membuat Felicia terkagum.
Ia mencoba gelang itu di tangannya, bedecak bekali kali mrasa takjub tak lupa ia memotret tangannya berlatar langit sore.
"Thal, Thal, lo sekaya apa sih sampai simpen gelang mahal ini di kolong bangku" Felicia terkekeh, merasa puas ia membuka gelang itu tapi nihil gelangnya tak bisa terbuka.
Felicia mulai panik ia membuka secara paksa gelang itu dengan sekuat tenaga.
Karena tipisnya batang emas yang melingkar itu dengan sentakan kencang patah yang Felicia hasilkan.
Felicia semakin panik ia memegang gelang yang sudah patah itu, ia simpan di tempat semula.
"Gue bisa di salahin kalo ada yang liat gue sendirian di kelas"
Ia mengambil gelang itu dan membawanya keluar, sebuah pikiran gila menghentikannya. Ia berjalan menuju meja Fay dan memasukkan gelang itu kedalam tas Fay.
Merasa selesai ia berlari keluar tak ingin tersalahkan.
.
.
.Fay berjalan menuju kelas dengan riang, setelah mengantar Morana ia merasa bisa berdamai dengan semuanya.
Ia masuk ke kelas dengan senyuman manis. Arah tatapannya menatap bangku sensiri yang dikerubungi murid kelasnya.
Fay berjalan perlahan, barang barang yang seharusnya ada di tas audah berserakan di lantai.
Thalia yang sudah melihat Fay mendekat langsung menyerang dengan membabi buta, Fay yang tak siap terjatuh dengan Thalia berada di atasnya.
"Argggh" jerit Fay kesakitan, Thalia mengabaikan itu dan melanjutkan menjambak rambut Fay. Tak ada yang memisahkan.
"BERANI LO JALANG!! BERANI NGANCURIN BARANG GUE!" jerit Thalia
Fay beringsut menjauh dari amukan Thalia, ia mencoba berlari yang ditahan oleh Thalia.
"Bukan aku, aku ga tau apa apa. Tadi aku keluar bareng Mora" bela Fay.
Mora yang tiba tiba disebut gelagapan "jangan bawa bawa Mora" jawabnya ia beringsut mundur tak ingin ikut campur.
Fay menatap kecewa Morana, Morana yang ditatap mengalihkan pandanganganya ke pintu.
Fay sudah berantakan dan masih tak ada yang membantu.
"Gue suka komuk nya" kekeh Revina berbisik di telinga Felicia. Felicia menatap wajah babak belur Fay.
"Heeh, satisfying" balas Felicia, ia merasa beruntung bukan dirinya yang diserang Thalia, tersenyum miring dan mulai menikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Game
Teen FictionFay, gadis itu sangat dibenci oleh teman-temannya. Kesalahan kecil yang ia buat meruntuhkan segalanya. Menyerah. Kata itu selalu berputar di pikiran gadis remaja itu. "Aku bertahan karena ada yang lebih keren" -Fay Vanesha "You like to play, I lik...