Chapter 14

3 0 0
                                    

Valerie membuka file yang dikirim oleh Luca, ia membacanya dengan penuh fokus di depannya Aillard memperhatikan gadis itu.

"Apa yang akan Master lakuin?" Tanya Aillard.

"What I should've done to you" [ yang seharusnya aku lakuin ke kamu] jawab Valerie tenang matanya masih menatap layar ponsel.

Aillard tahu apa yang seharusnya terjadi kepada dirinya. Mati. Ia meneguk ludah

"Gue cari angin dulu" Aillard memilih melarikan diri, ia berjalan ke arah pintu dengan canggung, Valerie melirik tak ambil pusing.

Selesai dengan ponsel Valerie berjalan mendekati brangkar yang digunakan Fay.

"Gue baru inget pacar lo namanya Kaisar bukan Raja. Kenapa dia sih Cha? Masih banyak cowok baik di luar sana" Valerie memulai obrolan, tentu saja tak ada yang menjawab.

"Dia cuman cowok manja yang segala sesuatunya harus diturutin. Dia banyak kasus, sekali pake nama orang tuanya dia lepas dari tanggung jawab" Valerie sempat membaca beberapa rekaman kenakalan Kaisar yang disembunyikan orang tuanya.

"Lo bilang jangan bunuh orang karena lo kan, Cha?"

"..."

"Gue lukain boleh?"

"..."

"Gue anggap lo ijinin" Valerie tersenyum miring dan berjalan pergi setelah mencium lembut kening kembarannya.
.
.
.

Valerie mengendarai motor yang ia 'temukan' di parkiran Rumah Sakit. Rumah kosong dalam hutan menjadi tujuan Valerie.

Jalan sepi membuat Valerie dengan leluasa membawa motor berkecepatan maksimum, ia menyalip beberapa kendaraan lain yang menghalanginya.

Valerie tak merasa takut sama sekali terhadap sekelilingnya, pohon pohon besar menjulang tinggi menghalangi cahaya bulan.

Setelah sampai di tujuan ia langsung masuk ke dalam rumah kosong itu, bangunan itu terlihat akan roboh kapan pun, keadan mencekam tak ia hiraukan.

Ketika sudah di dalam ia membongkar kayu yang berada di lantai, papan yang terpaku kuat itu dengan mudah ia tarik.

Sebuah brankas besar yang tertanam terlihat, di permukaan brankas itu ada kunci yang harus dibuka oleh sidik jari dan kode password.

Valerie mengetik kode dan cahaya muncul di beberapa titik brankas, lalu ia menempelkan kelima jarinya di layar yang ada.

Brankas terbuka. Valerie mengambil uang pecahan seratus ribu sebanyak mungkin, ia juga mengambil tas yang berisi senjata api, senjata tajam, bom, dan hal lainnya. Ia juga mengambil baju seragam berwarna hitam.

Menutup kembali brankas lalu Valerie dengan gesit mengganti pakaian.

Berlari keluar dan kembali mengendarai motor. Destinasi saat ini sudah ia tentukan sedari tadi.

.
.
.

Kepulan asap itu menemani malam dingin Aillard, batang tembakau terjepit manis di bibir ranumnya.

Lamunan Aillard terpecah ketika mendengar deringan ponselnya.

Luca

Ia menerima panggilan dan menempelkan ponsel di telinganya.

"Where is she? I couldn't reach her" [dimana Valerie? Aku ga bisa menghubungi dia] Tanpa basa basi Luca bertanya

"I don't know, man. I'm outside" [Aku ga tau. Aku lagi di luar]

"Go to her, Aillard" [pergi ke dia, Aillard] terdengar helaan nafas di ujung sana.

"Yes sir"

Return GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang